Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Pelatihan Guru Bukan Sekadar Mengerjakan Lembar Kerja

Diperbarui: 23 Oktober 2019   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru-gGuru-guru Gugus Teratai Tanjung Selor, Bulungan, mempresentasikan hasil analisis masalah pembelajaran dalam satu sesi pelatihan berbasis KKG.(DOK. DISDIKBUD BULUNGAN, KALTARA)

Guru merupakan salah satu elemen penting dalam sistem pendidikan nasional. Guru merupakan garda terdepan dalam proses pendidikan dan pembelajaran di satuan pendidikan. 

Semua pihak mafhum bahwa mutu pendidikan sangat ditentukan oleh mutu guru. Oleh karena itu, peningkatan mutu guru merupakan sebuah kewajiban jika mutu pendidikan ingin meningkat

Sejalan dengan implementasi kurikulum 2013, berbagai peningkatan mutu guru terus dilaksanakan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Tujuannya agar guru mampu beradaptasi dengan dinamika kurikulum yang terus berkembang dan menjawab tantangan zaman dalam menyiapkan generasi emas 2045.

Berbagai model pelatihan pun dilakukan baik secara tatap muka (luar jaringan/luring), dalam jaringan (daring), maupun secara kombinasi (luring dan daring). Berbagai materi diberikan disertai dengan sekian banyak lembar kerja (LK). 

Lembar kerja menjadi tren tersendiri dalam pelatihan guru beberapa tahun terakhir. Tujuannya sebenarnya bagus, agar ada proses berpikir dan berlatih atau praktik dari para peserta pelatihan. 

Dengan kata lain, pemahaman konsep ditindaklanjuti oleh praktiknya. Pasca paparan umum oleh fasilitator, para peserta diklat disibukkan mengisi lembar kerja dalam waktu tertentu dan hasilnya wajib dikumpulkan baik dalam bentuk soft copy maupun hard copy.

Beragam karakter peserta pelatihan saat mengerjakan lembar kerja tersebut. Ada yang antusias, ada yang hanya sekadar mengerjakan lembar kerja, dan ada yang cenderung kurang serius, apalagi saat lembar kerja dikerjakan secara berkelompok, suka ada salah satu peserta yang diandalkan membereskan lembar kerja tersebut, sedangkan anggota yang lain kurang berkontribusi. 

Hal ini berdampak terhadap kualitas hasil dari lembar kerja tersebut. Akibatnya, kualitas lembar kerja beragam. Ada yang bagus dan ada yang asal jadi saja, bahkan tidak tertutup kemungkinan, isinya pun copas dari sumber lain.

Beragamnya kualitas lembar kerja yang dihasilkan oleh peserta pelatihan tidak hanya disorot dari beragamnya kemampuan dan pemahamkan peserta dalam mengerjakan lembar kerja, tetapi juga perlu dilihat juga dari lembar kerja itu sendiri. Misalnya, kurang proporsionalnya antara waktu yang tersedia dengan lembar kerja yang harus dikerjakan. 

ilustrasi pengajar. (Kompas/Didie SW)

Ada kalanya suatu materi yang hanya 2 JP, tetapi lembar kerja banyak, sehingga para peserta kewalahan mengerjakannya. Tetapi ada juga materi yang jumlah JP-nya cukup banyak, tetapi lembar kerja sedikit, sehingga para peserta banyak menganggur. 

Belum lagi fasilitatornya yang kaku dan LK-Minded, tidak melihat situasi dan kondisi menginstruksikan bahwa semua lembar kerja wajib dikerjakan dengan alasan sebagai tagihan wajib dan akan dinilai menjadi bagian yang kurang menyenangkan dalam sebuah pelatihan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline