Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Merayakan Idul Fitri dengan Suka Cita dan Sederhana

Diperbarui: 15 Juni 2018   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://ideramadhan.com

Gema takbir berkumandang sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadan dan menyongsong idulfitri yang sering disebut sebagai hari kemenangan bagi umat Islam yang telah berpuasa selama sebulan yang disempurnakan dengan membayar zakat fitrah untuk menyucikan diri.

Perasaan umat Islam sebenarnya bercampur aduk, antara sedih dan gembira. Di satu sisi sedih karena harus berpisah dengan Ramadan, sebuah bulan yang agung dan mulia, bulan dimana pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu, amal kebaikan pahalanya dilipatgandakan, pintu taubat dibuka lebar-lebar, dan ada satu malam lailatulkadar, yaitu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Di satu sisi gembira karena manusia akan merayakan idulfitri sebagai hari kemenangan, hari manusia kembali kepada kesucian, ibarat bayi yang baru lahir, hari saling memaafkan dan membebaskan setiap kesalahan, hari untuk saling bersilaturahim, dan hari untuk berziarah kubur. Dengan kata lain, kedatangan idulfitri disambut dengan penuh suka cita. Takbir bergema sepanjang malam. Ada yang takbir di masjid, ada yang takbir keliling, atau yang ada yang di rumah masing-masing. Semuanya mengagungkan kebesaran Allah.

Berkaitan dengan datangnya idul fitri, selain disambut dengan suka cita, mari kita juga rayakan dengan sederhana, tanpa mengurangi makna dari perayaan idulfitri itu sendiri. Suka cinta harus dimaknai dengan rasa syukur bahwa kita masih diberikan umur untuk merayakan idulfitri bersama keluarga. Orang yang berada di perantauan rela mudik, menempuh jarak ratusan bahkan ribuan kilometer, rela menembus kemacetan, demi untuk bisa berlebaran di kampung halaman.

Idulfitri merupakan momen yang istimewa untuk saling memaafkan. Anak bersimpuh memohon maaf kepada orang tua, suami istri saling saling memaafkan, orang yang lebih muda sowan kepada yang lebih tua untuk memohon maaf sekaligus meminta nasihat.

Idulfitri merupakan hari yang sangat indah dan momen yang tepat untuk mengekspresikan rasa syukur kepada Allah. Oleh karenanya, jangan sampai ternoda oleh hal yang berlebih-lebihan, karena Allah Swt. tidak suka terhadap orang yang berlebih-lebihan.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa pada hari raya idulfitri iblis menjerit, karena pada hari tersebut Allah mengampuni dosa-dosa umat Islam yang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan disertai keimanan dan keihlasan. Oleh karena itu, iblis mengumpulkan bala tentaranya dan memerintahkan untuk menggoda umat Islam dengan kesenangan dan kelezatan yang berlebihan, minum arak, berbuat maksiat agar kesucian umat Islam yang telah kembali ke fitrah ternoda oleh dosa-dosa yang lakukan di hari raya idul fitri. Oleh karena itu, umat Islam yang bersuka cita merayakan idul fitri harus mawas diri dan jangan sampai lengah, tergoda oleh setan.

Pakaian baru digunakan sebagai bentuk rasa syukur dan untuk menutupi aurat. Walau pada saat idulfitri hanya disarankan menggunakan pakaian terbaik dan tidak berarti harus baru, tetapi realitanya, pakaian terbaik identik dengan pakaian baru. Oleh karenanya, berlebaran tanpa pakaian baru ibarat sayur tanpa garam.

Makanan dan minuman yang lezat pada umumnya tersaji di rumah masing-masing sebagai pelengkap dan dinikmati bersama keluarga di hari raya. Hal itu juga sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan rezeki yang diberikan Allah. Prinsipnya, makanlah disaat lapar dan berhenti sebelum kenyang. Tidak perlu berlebihan.

Pasca bersantap besama keluarga, biasanya bersilaturahim ke tetangga, saudara dan ziarah ke makam keluarga. Disamping untuk saling memaafkan, juga untuk saling mendoakan bagi yang masih hidup dan mendoakan yang telah meninggal. Doa yang baik dihari yang baik, semoga diijabah oleh Allah Swt.

Idulfitri menjadi sarana berbagi rezeki dari yang mampu kepada yang kurang mampu. Bahkan ada tradisi memberi angpau kepada anak-anak. Setelah sungkem  biasanya diberi angpau oleh orang tua, kakek, atau saudaranya. Beberapa waktu yang lalu viral tulisan jangan membuat anak-anak bermental pengemis dengan meminta-minta angpau.  Menurut saya ada benarnya juga, tapi kalau diberi ya diterima saja, asal tidak meminta, karena memang biasanya sudah disiapkan jauh-jauh hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline