TRIBUTE TO MAMAN SUPRATMAN
DEDIKASI SEORANG GURU HONORER
Oleh:
IDRIS APANDI
(Widyaiswara Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan/LPMP Jawa Barat)
Maman Supratman, seorang guru honorer di SMPN 17 Bekasi mendadak terkenal setelah profilnya diunggah di media sosial oleh salah seorang guru SMPN 17 Kota Bekasi Sukamto, M.Pd. Sosok Pak Maman menjadi pusat perhatian karena di tengah usianya yang sudah 74 tahun tetap semangat mengabdikan dirinya mendidik walau statusnya sebagai guru honorer selama 40 tahun dengan honor yang tidak seberapa. Pak Maman pernah mengajukan pemberkasan menjadi PNS, tetapi karena usianya sudah 40 tahun, usulan tersebut gagal karena usia minimal untuk bisa diterima menjadi PNS adalah 37 tahun.
Pengabdian dan dedikasi Pak Maman menjadi inspirasi bagi kalangan pendidik dan layak mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya. Di usia 74 tahun, pada umumnya seorang pegawai sudah pensiun, beristirahat, dan menikmati masa tua, tetapi berbeda bagi Pak Maman. Di usia tersebut, Beliau masih aktif berkarya mencerdaskan anak bangsa.
Pak Maman adalah guru yang serba bisa. Di SMPN 17 Bekasi, sekolahnya tempatnya mengajar, Beliau mengajar mata pelajaran kesenian khususnya seni musik angklung. Selain itu, Beliau juga mengajar seni rupa dan elektro pada mata pelajaran fisika.
Kemampuannya bermusik didapatnya secara otodidak. Setelah keluar sebagai karyawan di pabrik kertas pada tahun 1970, dia pergi ke daerah Jatiluhur, Jawa Barat. Beliau melihat banyak bambu hitam di daerah itu dan berinisiatif membuat alat musik angklung.
Pak Maman pernah sempat menolak saat ditawari menjadi guru. Saat itu, dia hanya seorang penjual alat musik angklung buatan sendiri. Pekerjaan tersebut dia lakukan setelah berhenti bekerja di perusahaan kertas pada 1970. Ia mengisahkan, pada 1976, dirinya diminta menyediakan alat musik angklung oleh SMP Negeri 6 Bekasi, yang saat itu bernama SMP 1 Pondok Gede.
Dikarenakan di sekolah itu tidak ada guru kesenian, Maman ditawari untuk menjadi guru di sana. Pada awalnya Pak Maman menolak, tetapi setelah dibujuk dan diyakinkan oleh Kepala Sekolah, Pak Maman akhirnya menyetujui ajakan untuk menjadi guru mata pelajaran seni musik dan seni rupa.