Jumat, 22 September 2017 saya kembali menginjakkan kaki di Bandara Husein Sastranegara, Bandung setelah beberapa hari bertugas dari luar daerah. Sebelum keluar dari bandara, saya dan juga banyak penumpang lainnya masuk dulu ke toilet untuk buang air. Seperti biasa, di depan toilet ada petugas yang membersihkan toilet. Dia tidak bosan-bosan mengepel lantai toilet. Tiap ada jejak kaki, dia langsung membersihkannya, karena memang tugasnya demikian.
Sesuai SOP yang telah dibuat, toilet memang harus bersih, karena hal tersebut dari bagian pelayanan prima demi kepuasan pelanggan. Selain toilet yang bersih, ada yang baru ruang toilet Bandara Husein Sastranegara, yaitu terdapatnya tulisan-tulisan peribahasa Sunda yang menempel pada dinding toilet. Peribahasa tersebut selain disajikan dalam bentuk huruf dan Bahasa Sunda, juga disertai dengan artinya dalam Bahasa Indonesia.
Sebagai tempat umum yang banyak dikunjungi oleh orang-orang baik dari dalam dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Bagi orang Sunda, tulisan-tulisan yang menempel di dinding pun bisa dijadikan sarana untuk mengingatkan kembali filosofi kehidupan suku Sunda, dan bagi yang bukan orang sunda, tulisan-tulisan tersebut sebagai sarana untuk memperkenalkan karakter suku sunda.
Tulisan-tulisan yang menempel pada dinding toilet tersebut antara lain:
"Tungkul ka jukut, tanggah ka sadapan" yang artinya: fokus pada pekerjaan yang dihadapi, tidak tergoda oleh hal-hal lain.
"Nt taraj, nincak hambalan" yang artinya: mengerjakan sesuatu sesuai dengan prosedur dan sistem yang teratur.
"Caina hrang, laukna benang" yang artinya: dapat menyelesaikan permasalahan tanpa pertentangan atau pihak yang dirugikan, atau istilahnya win-win solution.
"Landung kandungan, lar aisan" yang artinya: segala sesuatu dipertimbangkan, selalu hati-hati dalam memutuskan suatu perkara.
"Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salebak" yang artinya seia sekata, hidup rukun saling menghormati.
Selain peribahasa-peribahasa di atas, masih banyak peribahasa Sunda yang memberikan pelajaran hidup, tetapi mungkin hanya beberapa peribahasa yang dipilih oleh pengelola bandara.
Setelah keluar pintu bandara, sambil menunggu keluarga yang menjemput, saya pun berjalan-jalan dan melihat-lihat di sekitar terminal kedatangan. Pada dinding tembok ada lukisan atau grafiti indah yang bertuliskan, "Pada saat engkau terbang tinggi di angkasa raya, semua berada di bawahmu. Akan tetapi, tempatkanlah hatimu di bawah mereka semua." Dan pada bagian bawahnya tertulis Marsekal Soerjadi Soerjadarma.