Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Hakikat Pendidikan dalam Filosofi Sunda

Diperbarui: 3 Mei 2017   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

HAKIKAT PENDIDIKAN DALAM FILOSOFI SUNDA

Oleh:

IDRIS APANDI

(Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Ketua Komunitas Pegiat Literasi Jabar/KPLJ)

Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Momen ini digunakan untuk mengingatkan kembali pentingnya pendidikan dalam memanusiakan manusia. Ajaran Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional kembali dimunculkan sebagai untuk membangun semangat mendidik anak bangsa, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo(di depan member teladan), Ing Madyo Mangun Karso(di tengah membangkitkan semangat),dan Tut Wuri Handayani(di belakang memotivasi).

Ajaran Ki Hajar Dewantara tersebut tentunya sangat baik sebagai ruh untuk membangun pendidikan Indonesia. Dalam konteks kesukuan, karena kebetulan Ki Hajar Dewantara berasal dari Jawa, maka ajaran tersebut walau berbahasa jawa, tetapi telah menasional. Bahkan slogan Tut Wuri Handayani menghiasi logo Kemdikbud.

Walau demikian, bukan berarti suku-suku lain di nusantara tidak memiliki falsafah pendidikan. Saya yakin setiap suku memiliki nilai atau ajaran pendidikan, hanya memang tidak seterkenal ajaran Ki Hajar Dewantara. Salah satunya adalah di suku Sunda. Cukup banyak nilai atau falsafahh yang menjadi fondasi membangun pendidikan. Antara lain Silih Asah, Silih Asih,dan Silih Asuh.

Silih Asahartinya adalah saling berbagi pengetahuan dan informasi agar sama-sama memiliki kecerdasan dan ilmu pengetahuan. Ilmu yang disebarkan akan semakin memberikan manfaat kepada yang lain dan tentunya akan semakin berkah. Silih Asih artinya adalah saling menyayangi dan saling mengasihi. Tidak membeda-bedakan antara yang dengan yang lain. Kasih sayang akan melahirkan kenyamanan, kedamaian, kerukunan, kekeluargaan, persatuan dan kesatuan antar masyarakat.

Silih Asuh adalah saling menjaga atau saling mengayomi. Orang yang kuat membantu orang yang lemah, orang kaya membantu orang miskin, atau senior menjadi mentor juniornya. Dengan demikian, akan terjalin keharmonisan dalam kehidupan. Pada intinya manusia, baik kuat atau lemah, kaya ataupun miskin saling membutuhkan. Orang kaya jangan sombong dan pelit. Begitupun orang miskin harus mau bekerja pada orang kaya. Disitulah akan terjalin kerjasama yang baik.

Berikutnnya, cageur, bageur, bener, pinter, singer, tur teu kabalinger.Kata-kata tersebut sangat kaya akan makna untuk membentuk karakter manusia. Cageur artinya sehat, baik jasmani maupun rohani. Bageurartinya memiliki budi pekerti yang baik,  bener artinya hidup dengan mengacu kepada nilai dan normal yang berlaku, pinterartinya cerdas atau memiliki pengetahuan yang luas. Singerartinya adalah cekatan, tipe pekerja keras, tidak suka bermalas-malasan. Dan teu kabalinger artinya adalah tidak neko-neko,tidak berbuat buruk, tidak suka membuat keributan, dan sebagainya.

Nilai-nilai di atas jika diterapkan dalam pendidikan, sudah sangat baik dan sangat mendukung pembentukan pendidikan karakter. Ki Sunda akan menjadi manusia yang memiliki jati diri dan berkepribadian. Menjadi manusia yang memiliki harkat, martabat, dan bermanfaat bagi sesama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline