Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Widyaprada Ahli Madya BBPMP Jawa Barat. Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Literasi dan Membangun Adab terhadap Buku

Diperbarui: 20 Maret 2017   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu tanda orang literat adalah mampu membangun adab terhadap buku. (Foto : http://ekanadashofa.staff.uns.ac.id)

LITERASI DAN MEMBANGUN ADAB TERHADAP BUKU

Oleh:

IDRIS APANDI

(Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Ketua Komunitas Pegiat Literasi Jabar/KPLJ)

Budaya literasi saat ini tengah digerakkan oleh pemerintah dengan mengharapkan dukungan dari berbagai pihak, seperti keluarga, masyarakat, dan dunia usaha. Bicara            tentang literasi tidak dapat dipisahkan dengan buku, karena buku merupakan salah satu sumber yang dapat dibaca agar untuk mewujudkan manusia yang literat.

Ada pribahasa yang mengatakan bahwa “buku adalah gudangnya ilmu, dan membaca adalah kuncinya.” Oleh karena itu, buku tidak akan banyak memberi manfaat kalau tidak dibaca. Ada orang yang senang mengoleksi buku, tapi karena kesibukannya, buku yang dibelinya tersebut belum sempat dibaca, bahkan segelnya pun belum sempat dibuka.

Bagi banyak orang, termasuk kalangan terdidik membeli buku belum menjadi kebutuhan, apalagi sebuah kebiasaan. Berpikir panjang mana kala akan membeli buku karena terasa mahal. Sampulnya dibolak-balik, dilihat-lihat harganya, hingga akhirnya memutuskan untuk membelinya. Berburu buku di pameran buku atau menunggu saleharga buku di toko juga salah satu cara bagi penikmat buku dengan harga yang murah. Hal itu sah-sah saja karena memang difasilitasi dan memberikan keuntungan bagi pedagang maupun pembeli.

Menurut Saya, gerakan literasi harus diikuti dengan membangun adab terhadap terhadap buku, termasuk menghargai para penulisnya, karena menulis buku bukan pekerjaan mudah. Prosesnya ada yang berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, tergantung jenis buku yang ditulisnya.

Adab terhadap buku antara lain; membacanya sampai tuntas, mencatat hal-hal yang penting, merawatnya, dan menyimpannya di tempat yang aman. Membaca buku pun ada tata caranya, seperti membuka dimulai dari bagian halaman kanan atas dengan lembut, jangan membuka halaman menggunakan (maaf) ludah pada jari tangan, jangan dilipat, tandai bagian-bagian penting, buat catatan yang rapi, jangan bahkan sampai kotor, sobek, atau rusak. Ilmu yang didapatkan dari membaca buku diharapkan dimanfaatkan bagi dirinya, serta dapat dibagi kepada orang lain.

Ada kalanya Saya melihat di sebuah ruangan, buku-buku menumpuk begitu saja, penuh dengan debu, ruangannya pun lembab, kotor, dan kurang terawat. Sungguh sangat ironis. Di saat kita menyadari bahwa buku gudangnya ilmu, tetapi penghargaan terhadap buku masih rendah.

Ditengah masih rendahnya budaya baca, penghargaan terhadap buku masih jadi sebuah tantangan. Berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Indonesia persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. (Kompas, 29/08/2016).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline