Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Literasi Produktif Berbasis MGMP

Diperbarui: 3 Maret 2017   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para guru anggota sebuah MGMP sedang mengikuti pelatihan menulis. (Foto : Dok. Pribadi)

LITERASI PRODUKTIF BERBASIS MGMP

Oleh:

IDRIS APANDI

Gerakan literasi telah menjadi agenda nasional. Sejak tahun 2015, gerakan ini hingar bingar dan mulai digerakkan di berbagai daerah. Pelatihan dan sosialisasi gerakan literasi dilakukan. Banyak sekolah yang dijadikan percontohan implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Berbagai kegiatan dilakukan sebagai wujud implementasi gerakan ini, seperti melengkapi buku koleksi perpustakaan sekolah, membuat sudut baca di kelas, mengoptimalkan majalah dinding (mading), membuat “pohon literasi”, membuat laporan/kajian buku, dan sebagainya.

Hal tersebut merupakan hal yang baik dan perlu didukung. Walau demikian, dalam pengamatan Saya, kegiatan ini lebih fokus menjadikan siswa sebagai sasaran. Mungkin maksudnya ingin menanamkan minat baca sejak dini ditengah masih rendahnya minat baca dan masih dominannya budaya lisan, godaan tayangan TV dan pesona gadget, tetapi terkesan banyak pengondisian, yang kurang alamiah, seperti membaca buku bersama di halaman sekolah.

Menurut Saya, di sekolah, kegiatan literasi harus diawali oleh guru dan difokuskan kepada literasi produktif, dimana guru-guru menulis produk tulisan seperti menulis artikel, puisi, cerpen, atau buku. Sebenarnya kalau peran sekolah mau dioptimalkan, GLS bisa berbasis sekolah, bisa berbasis kelas. Saya punya seorang teman. Dia berhasil membangun gerakan literasi berbasis kelas. Tulisan hasil siswa dibukukan. Hal tersebut tentunya menjadi sebuah kenangan dan kebanggaan bagi mereka.

Sekolah pun dapat menyeponsori guru-guru untuk menulis karya tulis dan membukukannya. Masalah adalah berdasarkan “curhat” dari beberapa guru pegiat literasi di daerah, Saya mendengar bahwa tidak semua guru senang dan mendukung terhadap GLS. Responnya dingin. Seolah urusan GLS hanya urusan guru yang ditugaskan mengikuti diklat GLS atau urusan guru bahasa, padahal tidak demikian. Urusan literasi adalah urusan semua pihak, tidak terbatas kepada kelompok guru tertentu. Kadang guru-guru di sekolah pun sulit untuk diajak menulis, kurang merespon ketika ada pelatihan menulis, dengan berbagai alasan seperti sibuk, kecapain, tidak berminat, belum waktunya naik pangkat, dan sebagainya.

Ketika literasi produktif berbasis kelas atau berbasis sekolah masih belum bisa dilakukan, maka salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah literasi produktif berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). MGMP berupakan organisasi profesi yang mewadahi guru-guru dari mata-mata pelajaran tertentu sebagai sarana komunikasi, silaturahmi, sosialisasi, berinovasi, dan berkreasi.

Aktivitas MGMP mungkin selama ini lebih banyak kepada penyusunan administrasi pembelajaran seperti RPP, pengembangan bahan ajar, menyusun instrumen penilaian hasil belajar siswa, sehingga kadang terkesan monoton. Oleh karena itu, kegiatan di MGMP perlu lebih variatif.

Salah satu kegiatan yang bisa dikembangkan adalah literasi produktif. Pengalaman Saya ketika diundang menjadi Narasumber oleh sebuah MGMP. Saya mendorong peserta untuk menulis karya ilmiah melalui pendekatan praktek. Misalnya ketika penyusunan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), setelah memberikan gambaran selintas tentang PTK, Saya mengajak para peserta praktek menyusun proposalnya.

Dalam kesempatan lain, Saya mengajak peserta untuk menulis salah satu jenis karya tulis yang relatif bisa diselesaikan dalam waktu singkat, misalnya menulis puisi. Puisi-puisi tersebut dikumpulkan, dikompilasi, dan diterbitkan menjadi buku ber-ISBN. Adalah sebuah kebanggaan apabila sebuah MGMP dapat menerbitkan buku hasil karya para anggotanya. Dengan kata lain, peran MGMP bisa dirasakan oleh para anggotanya. Sepanjang pengetahuan Saya, MGMP ada juga yang telah menulis buku pelajaran, buku suplemen pembelajaran, atau LKS, tetapi memang belum semua MGMP melakukannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline