Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Pak Tua

Diperbarui: 8 Desember 2016   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak Tua. (Foto : Dok Pribadi)

Siang itu, matahari begitu terik
Langkah kakimu terlihat gontai
Kakimu yang semakin lemah harus menahan badan dan beban yang yang dipanggulmu
Keringat mengucur dari keningmu
Lipatan-lipatan di keningmu tandai usiamu yang kian uzur

Sejenak kau berhenti untuk menghela nafas yang terasa sesak
Dan sejenak memanjakan kakimu yang lelah melangkah
Kau gunakan topi yang kau pakai untuk mengipasi badanmu yang bermandi keringat
Dagangan yang kau panggul sejenak kau turunkan
Dibiarkan teronggok
Menemanimu istirahat

Tatapan matamu terlihat kosong
Kelopak matamu terlihat dalam
Walau kendaraan lalu lalang di depanmu
Dan klakson saling bersahutan
Tapi kau tak peduli

Setelah nafas tak lagi terengah-engah
Setelah kaki tak lagi lelah
Setelah keringat tak lagi mengucur
Kau pun siap melangkahkan kaki
Tanganmu yang berdebu kembali meraih pikulan dagangan
Disimpan kembali di pundakmu yang sudah menghitam

Kakimu yang kian lemah kembali melangkah
Tak tahu arah yang hendak dituju
Biarlah kata hati yang memandumu
Meraih asa untuk melanjutkan hidupmu

Pak Tua, seharusnya kau sudah istrirahat
Menikmati masa tuamu
Menimbang cucu
Duduk di teras rumah
Sambil menikmati secangkir kopi
Dan ditemani beberapa potong singkong rebus

Tapi tidak demikian denganmu
Di masa tuamu, kau masih harus berjuang melawan kerasnya hidup
Dengan tenaga yang masih tersisa

Di masa tuamu kau masih harus memeras keringat
Banting tulang melawan kepongaham kota
Tak ada anak yang mengunjungimu
Tak ada famili yang peduli padamu

Di rumah sederhanamu
Sudah menunggu sang istri
Yang menunggu kepulanganmu
Sambil membawa kabar gembira
Beberapa lembar rupiah untuk sekedar menyambung hidup
Walau kadang harapan tak sesuai kenyataan
Tak ada satupun daganhan yang terjual
Yang menawar kadang tak berprikemanusiaan
Sehingga dirimu pun kadang tidak berdaya melawannya
Memberikan daganganmu dengan harga di luar kewajaran

Pak Tua, dalam kesusahanmu
Tak lupa kau tetap berdoa pada Yang Maha Kuasa
Memohon Rahmat dan Kasih Sayang-Nya
Karena Dia lah sejatinya pengatur makhluk di di dunia

#idrisapandi, 07122016. 15.38.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline