Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penikmat bacaan dan tulisan

Pesan Aksi 212 terhadap Dunia

Diperbarui: 2 Desember 2018   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG

Sangat luar biasa. Itulah kalimat yang sangat pantas untuk menggambarkan Aksi Bela Islam III tanggal 2 Desember 2016. Jutaan umat Islam dari berbagai daerah datang, tumpah ruah, dan menyemut di Tugu Monas. Warna putih tampak sangat jelas terlihat bak jamaah haji yang sedang melaksanakan wukuf di padang arafah.

Jamaah duduk rapi dalam shafnya. Meraka memanjatkan doa, memekikkan takbir, melantunkan shalawat, dan shalat Jumat. Kekhusyuan tampak terlihat, banyak yang menitikkan air mata mendengarkan para ulama berceramah dan memimpin doa. 

Orang yang tidak berkesempatan hadir pun banyak yang merasa begitu “emosional” dan terharu melihat pemandangan luar biasa tersebut. Bagaimana tidak? Kekompakan umat Islam sangat terlihat. Acara dilaksanakan dengan tertib. Ada petugas yang mengatur penempatan jamaah, ibu-ibu yang menyiapkan konsumsi, ada “pasukan semut” yang siap memungut sampah, dan anak-anak pun banyak ikut berbaur mengikuti acara tersebut.

Komaruddin Hidayat, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah mengatakan bahwa di dunia ini, baru ada tiga perkumpulan yang melibatkan jutaan manusia. Pertama, pada musim haji, kedua, di tahrir square, pada saat Revolusi Mesir yang menuntut lengsernya Presiden Hosni Mubarak yang telah berkuasa selama 30 tahun, dan ketiga, aksi bela Islam Super Damai III, 2 Desember 2016. Aksi tersebut akan tercatat dalam memori dan sejarah umat Islam di Indonesia.

Aksi Bela Islam III 212 merupakan aksi lanjutan dari aksi 411 yang menuntut penegakkan hukum terhadap Ahok yang dituduh menista QS Al-Maidah ayat 51. Kini Ahok telah menjadi tersangka, dan berkasnya telah dilimpahkan dari Polri ke Kejaksanaan Agung, dan menunggu proses pengadilan.

Aksi Bela Islam III 212 sangat dramatis. Pada awalnya aparat kepolisian melarang massa di daerah untuk pergi ke Jakarta, melarang PO Bus untuk menyewakan armadanya untuk mengangkut massa ke Jakarta, dan diancam mendapatkan sanksi jika masih menyewakan.

Hal tersebut tidak menyurutkan semangat umat Islam yang membulatkan niatnya umat Islam untuk pergi ke Jakarta. Para santri dari Ciamis memilih jalan kaki ke Jakarta. Mereka melakukan hal tersebut karena lillah,untuk membela agamanya. 

Aksi yang bisa dibilang nekat tersebut mendapatkan sambutan yang sangat luar biasa dari masyarakat. Banyak warga membantu rombongan para mujahid tersebut. Umat Islam dari daerah lain pun datang ke Jakarta dengan menggunakan sarana transportasi pesawat terbang dan kereta api.

Massa yang hadir di Monas sangat di luar digunaan. Diperkiraan mencapai tujuh jutaan. Monas bergemuruh dengan untaian doa, bergetar dengan pekik takbir, dan bergemuruh dengan alunan shalawat. 

Suasana semakin semarak ketika Presiden Joko Widodo yang pada awalnya disangsikan (walau diharapkan) hadir, ikut ikut melaksanakan shalat Jumat di Monas, lalu menyampaikan pidato singkat yang isinya ucapan terima kasih kepada seluruh peserta aksi doa bersama yang telah mengikuti kegiatan dengan tertib. Joko Widodo pun tidak ketinggalan memekikkan takbir yang diikuti oleh seluruh peserta yang hadir.

Aksi berjalan sangat tertib. Taman tidak ada yang rusak. Kapolri Jenderal Tito Karnavian pun mengapreasi aksi ini. Beliau mengatakan bahwa tidak ada ranting pohon yang patah. Taman Monas pun langsung bersih pasca aksi. Hal ini membuktikan bahwa Aksi Super Damai bukan hanya jargon atau isapan jempol belaka, tetapi secara nyata dibuktikan oleh umat Islam yang hadir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline