Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Botol Isi Ulang & Air Minum Kejujuran, Inovasi Pendidikan Karakter di SMP Santa Ursula Bandung

Diperbarui: 3 Oktober 2016   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SMP Santa Ursula Bandung. (Foto : dok. pribadi)

Jika anda berkunjung ke SMP Santa Ursula Bandung, Anda akan menemukan sebuah lingkungan sekolah yang bersih, indah, tertib, dan tertata rapi. Hal tersebut sudah menjadi budaya setiap warga sekolah tersebut.

Saya yang kebetulan diundang menjadi pemateri pelatihan bagi guru-gurunya tanggal 1 Oktober 2016 merasa sangat nyaman dan betah berada di sekolah tersebut. Berkat kebersihan, kerapihan, dan budaya sehat yang dibangun, sekolah ini menjadi juara I Sekolah Sehat Tingkat Kota Bandung tahun 2014/2015.

Foto bersama dengan pak Tjio Dedy, S.Pd. Kepala SMP Santa Ursula Bandung. (Foto : Dok. Pribadi))

Di sekolah ini Anda akan sulit menemukan botol air mineral, karena sekolah ini memberlakukan larangan penggunaan botol air mineral. Hal ini dilakukan dilakukan dalam rangka mengurangi sampah plastik. Sebagaimana diketahui bahwa sampah plastik adalah sampah yang memerlukan waktu 500 sampai dengan 1000 tahun untuk bisa terurai oleh tanah. Tentunya hal ini juga turut mencemari tanah.

Pencemaran lingkungan berdampak terhadap terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu, dalam rangka ikut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang sehat, utamanya dihasilkannya sampah plastik, maka setiap guru dan siswa membawa botol air minum dari rumah, dan jika memerlukan air minum, tinggal mengambil dari galon yang disediakan di sekolah.

Air minum yang ada di galon tersebut, Saya sebut sebagai air minum kejujuran, demikian? Karena setiap orang yang memerlukan air minum boleh mengambil pada galon tersebut, lalu memasukkan uang pada kotak yang ada di samping galon tersebut. nominalnya tidak ditentukan, tetapi diserahkan kepada orang yang mengambil air tersebut. Dengan demikian, maka aspek kejujuran begitu ditekankan dalam hal ini.

img-20161001-120747-57f1ef4a187b61cd0da99588.jpg

Kotak tempat menyimpan uang pengganti air yang diambil di galon. (Foto : Dok. Pribadi)

Menurut Saya, penggunaan botol minuman yang dibawa dari rumah dan air minum kejujuran adalah dua inovasi yang dilakukan oleh SMP Santa Ursula Bandung dalam menanamkan pendidikan karakter, yaitu sadar lingkungan dan kejujuran.

Dua karakter ini yang saat ini justru sangat langka. Bencana alam seperti longsor dan banjir adalah sebagai dampak dari masyarakat yang belum sepenuhnya sadar lingkungan. Lingkungan dirambah dan dirusak secara brutal untuk memuaskan keserakahan manusia. Dan orang membuang sampah ke sungai tanpa rasa bersalah.

Kerusakan alam disamping telah menyebabkan bencana yang menjatuhkan banyak korban, juga telah menyebabkan pemanasan global dimana es di kutub utara dan selatan mencair. Dampaknya, permukaan air laut semakin meningkat, lalu terjadi abrasi, pulau dan daratan terancam semakin banyak yang terendam dan hilang, dan tentunya akan mengancam kehidupan manusia.

Begitupun kejujuran sudah menjadi barang yang sangat langka. Korupsi, menipu, menggelapkan, memalsukan sudah menjadi penyakit akut yang semakin menggerogoti moral bangsa. Hal tersebut terjadi dalam setiap lini kehidupan. Dari kelas teri sampai dengan kelas kakap.

Dari masyarakat sampai level pejabat. Ada ungkapan yang menyatakan bahwa saat ini orang jujur akan semakin tertinggal, susah kaya, akan sulit maju dan sukses karena ukuran kesuksesan hanya dinilai berdasarkan harta, gelar, pangkat, dan jabatan.

Para pelaku semakin banyak tertangkap. Dan rata-rata mereka adalah pejabat dan kaum terpelajar. Hal ini menandakan bahwa lulusan pendidikan saat ini banyak yang minim dengan nilai kejujuran. Tapi yang muncul adalah nafsu serakah untuk memperkaya diri dan atau kelompoknya. Proses pemilu yang memakan biaya yang sangat mahal menyebabkan para anggota DPR/DPRD dan kepala daerah melakukan jalan pintas yaitu korupsi untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan.

Begitu pun di kalangan masyarakat pada umumnya, masih suka terjadi praktek penipuan, pemalsuan, mengurangi timbangan, merekayasa SPJ, dan sebagainya, baik yang dilakukan dengan sengaja ataupun karena “keterpaksaan.” Ketika masyarakat melakukan penyelewengan, maka yang disampaikan adalah pembelaan diri, “Saya mah cuma korupsi kecil-kecilan lah, tuh lihat para pejabat mah korupsinya sampai milyaran.” Seolah-olah korupsi atau penyelewengan yang dilakukannya dapat dibenarkan.

Langkah yang dilakukan oleh SMP Santa Ursula Bandung merupakan langkah yang sederhana, tetapi berdampak sangat besar dalam membentuk karakter siswa. Tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang memiliki sikap, ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang akan dijadikan bekal seorang manusia dalam menjalani kehidupannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline