Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penikmat bacaan dan tulisan

Mati Bahagia Ala Freddy Budiman

Diperbarui: 31 Juli 2016   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : IDRIS APANDI

Gembong narkoba Freddy Budiman telah dihukum mati 29 Juli 2016 dini hari. Ketika Peninjauan Kembali (PK) ditolak oleh MA, Freddy sadar bahwa saat eksekusi akan segera tiba.

Dia pasrah, menerima dengan lapang dada. Oleh karena itu, dia lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah. Dia bertaubat, meminta ampunan kepada-Nya atas kesalahan yang telah dia perbuat. Allah adalah dzat yang Maha Pengampun. Sebelum ajal menjemput, pintu taubat selalu terbuka bagi setiap hamba-Nya.

Freddy ingin mengakhiri hidupnya dengan Khusnul khatimah. Sebagai mantan gembong narkoba, dia berpesan kepada generasi muda agar menjauhi narkoba karena merusak moral bangsa. Dia pun sadar bahwa bisnis narkoba adalah bisnis haram. Sebanyak apapun keuntungan yang didapatkan tidak akan berkah. Setiap orang tua, sejahat apapun pasti berharap anaknya menjadi anak yang shaleh. Oleh karena itu, dia pun berpesan kepada anaknya untuk menjadi Kiai.

Di penjara Freddy telah banyak mendapatkan pelajaran hidup. Dia telah banyak berkontemplasi tentang makna dari hidup dan kehidupan. Apa tujuan hidup manusia dan akan kemana manusia setelah mati? Hidayah memang bisa datang kepada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Intinya, jangan pernah berputus asa dari Rahmat Allah.

Sebuah pribahasa mengatakan lebih baik mantan penjahat daripada mantan ustadz. Hal itu menunjukkan kita jangan mudah menghakimi seseorang jahat, atau kita lebih shaleh dari orang lain karena yang paling tahu derajat keimanan dan ketakwaan seseorang adalah Allah SWT.

Berbahagialah Freddy Budiman karena dia tahu kapan dia akan mati. Setidaknya dia dapat mempersiapkan datangnya ajal dengan sebaik-baiknya. Dia bisa memperbanyak ibadah dan meminimalisasi berbuat maksiat.

Di kampung kelahirannya, Surabaya, Freddy dikenal sebagai sosok yang dermawan. Warga tidak tahu persis apa bisnis yang sebenarnya digelutinya, tetapi mereka terkejut ketika dia ditangkap polisi karena terlibat jaringan narkoba internasional.

Freddy sudah mendapatkan hukumannya di dunia, dan alangkah bijaknya kita tidak lagi mempersoalkan lagi jejaknya di dunia hitam. Kita justru harus mengambil hikmah atau pelajaran dari kisahnya. Seorang bandar narkoba yang berubah menjadi sosok yang religius.

Sepintas hukuman mati yang dijatuhkan seperti kejam, tetapi justru itulah yang terbaik bagi dirinya. Andai saja dia masih bebas atau hanya dihukum ringan atau seumur hidup, dia belum tentu menjadi sosok yang religius. Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Hanya orang sombong yang mengaku bahwa dirinya dirinya tidak punya dosa.

Bagi Saya, Freddy telah mengakhiri hidupnya dengan bahagia walau harus mati diujung senjata tim eksekusi. Bagaimana dengan kita? Kita pun tentunya ingin mati dengan khusnul khatimah, dan dengan cara yang baik pula, tidak bernasib seperti Freddy Budiman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline