Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Kampung Nelayan yang Perlu Penataan

Diperbarui: 30 Juli 2016   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampung nelayan di Pandeglang Banten. (Foto : dokpri)

Sudah dua tahun berturut-turut Saya mengunjungi kampung ini, tapi secara umum tidak ada perubahan. Sebenarnya orang tua Saya pernah membawa Saya berkunjung ke kampung ini ketika Saya masih kecil, karena ayah Saya berasal dari Banten dan memiliki sanak saudara di kampung ini. Kampung ini merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Pandeglang Banten. Kampung ini juga merupakan jalur ke arah objek wisata Tanjung Lesung dan Ujung Kulon. Penduduknya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan dan hanya sebagian kecil buruh serabutan.

Pada umumnya, mereka hidup di bawah garis kemiskinan. Masih banyak dijumpai rumah-rumah yang terbuat dari bilik bambu yang sudah usang dimakan usia, bahkan diantaranya atapnya ada yang sudah diganjal oleh tiang penyangga supaya tidak roboh. Lantai rumah pun masih banyak yang beralaskan tanah, halaman rumah tampak kurang terawat dan kurang tertata dengan rapi. Kalau musim hujan dapat dipastikan halaman rumah akan kotor oleh tanah yang terkena air hujan.

Pola hidup masyarakat pun masih telihat kurang sehat. Ada rumah yang jaminannya kurang layak, sanitasinya bisa dikatakan buruk. Kakus ada dibuat di luar rumah, air comberan mengalir sehingga mengundang nyamuk dan bibit penyakit.

Memang di daerah ini ada perkembangan. Sudah ada warga yang memiliki rumah yang cukup permanen. Dibangun menggunakan batu bata dan berlantaikan keramik. Jalan-jalan gang pun sudah dipaving block walau masih ada sebagian gang yang belum dipaving block. Walau demikian, secara umum kampung ini bisa dikatakan sebagai kampung yang mayoritas miskin dan sanitasi lingkungannya kurang baik.

Fasilitas air bersih dan MCK tampak kurang terawat dengan baik, kotor, pintu-pintunya sudah copot, bahkan ada fasilitas air bersih yang sudah rusak sehingga tidak digunakan lagi. Sungguh sayang, fasilitas MCK dan air bersih yang dibangun menggunakan uang negara kurang dipelihara dengan baik sehingga rusak.

Sambil keliling-keliling kampung Saya melihat-lihat kondisi lingkungan sekitar. Ada satu hal yang menarik. Dibalik rumah-rumah warga yang pada umumnya masih terbuat dari bilik bambu dan tampak lusuh, Saya melihat mereka sudah memiliki sepeda motor. Mungkin karena kredit sepeda motor semakin gampang menyebabkan mereka juga berminat untuk memilikinya.

Sepeda motor saat ini telah menjadi kebutuhan sekaligus juga sebagai gaya hidup. Terasa ada yang kurang kalau rumah tidak memiliki sepeda motor. Oleh karena itu, kadang orang memaksakan untuk memilikinya walau harus kredit. Selain sepeda motor, mereka hampir semianya telah memiliki pesawat TV. Antene parabola terpasang di depan rumahnya. Bahkan ada juga beberapa orang penduduk yang telah memiliki mesin cuci.

Awalnya, Saya berpikir bahwa kemiskinan membuat mereka tidak memperbaiki rumah dan menata lingkungan tempat tinggalnya, tetapi ketika saya melihat bahwa mereka memiliki sepeda motor, Saya mulai mengubah asumsi saya tersebut. Ini bukan hanya soal kemiskinan semata, tapi ini juga berkaitan dengan budaya, pola hidup, atau pola pikirnya. Oleh karena itu, selain pembangunan infrastruktur pedesaan yang perlu terus ditingkatkan, hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengubah atau membngun pola pikir masyarajatnya supaya tercipta masyarakat yang sejahtera lahir dan batin.

Pembangunan infrastruktur dan pembangunan pola pikir harus berjalan beriringan agar terjadi keseimbangan dan keselarasan antara keduanya. Sarana fisik yang telah dibangun perlu dijaga dan dirawat dengan baik agar dapat bertahan lama. Perilaku hidup sehat juga perlu ditanamkan, karena jika melihat gaya hidup mereka saat ini sangat rentan terhadap datangnya bibit penyakit.

Pemerintah perlu terus melakukan sosialiasi pentingnya hidup sehat. Hal ini bukan hal yang mudah, karena kaitannya dengan pola pikir yang telah sekian lama terbentuk. Selain itu, kalangan akademisi khususnya yang berlatar belakang kesehatan dan tata kerja Iingkungan dibutuhkan kiprahnya. Jika ada program Kuliah Kerja Nyata (KKN), maka daerah ini cukup tepat untuk dijadikan sebagai tempat KKN.

Peran tokoh agama juga diperlukan agar masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan. Bukankah menjaga kebersihan sebagian daripada iman? Intinya, semua pihak harus bersinergi dalam melakukan pembangunan di masyarakat sesuai dengan perannya masing-masing. Semoga ketika suatu saat Saya datang lagi ke kampung ini sudah ada perubahan yang lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline