Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Peran TBM dalam Membangun Budaya Literasi (Sebuah Cerita dari TBM Citapen Berkah)

Diperbarui: 31 Mei 2016   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Literasi, Yuda Suhada bersama dengan para relawan TBM Citapen Berkah (Foto : Dok. Yuda Suhada).

Oleh:

IDRIS APANDI

Gerakan literasi adalah sebuah gerakan massal yang perlu perlu melibatkan berbagai pemegang kepentingan termasuk di dalamnya adalah masyarakat. Mendikbud Anies Baswedan dalam berbagai kesempatan menekankan tentang pentingnya pelibatan publik dalam membangun dunia pendidikan, yang saat ini populer dengan istilah ekosistem pendidikan, dan salah satu unsurnya adalah masyarakat.

Dengan adanya pelibatan masyarakat dalam mengampanyekan dan menyosialisasikan gerakan literasi, maka akan mempercepat gerakan ini untuk sampai kepada masyarakat. Selama ini gerakan literasi baru boomingdi sekolah, sementara di kalangan masyarakat belum banyak diketahui.

Salah satu unsur dalam masyarakat yang diharapkan berperan aktif adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Tulisan ini adalah sebuah cerita tentang perjuangan dan kiprah dari TBM Citapen Berkah dalam ikut membangun dan membumikan budaya literasi khususnya di lingkungan masyarakat Desa Citapen Kec. Cihampelas Kab. Bandung Barat.

Berdasarkan hasil wawancara Saya dengan Yuda Suhada, pengelola TBM Citapen berkah, Saya mendapatkan sejumlah informasi yang sangat bermanfaat. Pendirian TBM Citapen Berkah dilatar belakangi oleh keprihatinannya terhadap kebiasaan anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya yang lebih banyak menghabiskan waktu di warnet, bermain game online. Dampak dari banyak anak-anak yang bermain gamedi warnet adalah mereka akrab dengan dunia kekerasan, malas belajar, egois, individualistis, dan tidak tertutup kemungkinan mengakses situs porno.

Mereka juga boros menghabiskan uang jajan karena kecanduan bermain game. Ada yang mabal alias tidak pergi ke sekolah karena kecanduan bermain game,bahkan ada yang melakukan perjudian dan warnet. Dengan mendirikan TBM dan baru diresmikan bulan Mei ini, Yuda yang juga seorang dosen tersebut berharap anak-anak dapat mengisi waktunya dengan aktivitas yang positif, sedikit demi sedikit dapat mengurangi bermain game diwarnet.

Pendirian TBM ini secara umum mendapatkan dukungan dari pemerintah dan tokoh masyarakat setempat. Pada saat peresmian, Yuda mengundang aparat desa, ketua RT/RW, tokoh agama, dan tokoh masyarakat setempat. Acara peresmian diisi dengan pentas seni dan ceramah dari seorang muballigh.


Selain dukungan, ada juga tantangan, khususnya memberikan pemahaman dan mengubah pola pikir (mind set) masyarakat yang belum memahami pentingnya peran TBM dalam meningkatkan kualitas SDM khususnya dalam membangun budaya literasi, sebuah hal yang masih jauh dari kehidupan masyarakat.

Menggiring anak-anak dan remaja yang biasa bermain game menjadi senang membaca bukan juga hal yang mudah, penuh dengan tantangan dan perlu perjuangan yang luar biasa. Butuh proses dan butuh kesabaran. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk dapat menarik perhatian anak-anak masuk ke TBM, antara lain; melengkapi sarana dan prasarana dan koleksi buku yang disesuaikan dengan dunia anak-anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline