Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penikmat bacaan dan tulisan

Pesan Budaya dan Pendidikan dari Jembatan Akar

Diperbarui: 3 Mei 2016   04:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jembatan Akar di Kecamatan Bayang Kab. Pesisir Selatan Sumatera Barat (Foto : http://www.mongabay.co.id/)

Minggu, 1 Mei 2016 Saya merasa berkesempatan berkunjung ke Jembatan Akar, sebuah jembatan yang bersejarah dan termasuk salah satu tujuan wisata. Jembatan ini membentang sepanjang 30 meter menghubungkan Nagari Puluik-Puluik dan kampung Lubuk Siliau Kecamatan Bayang Utara. Pengalaman tersebut terasa sangat istimewa karena Saya berkunjung tepat 100 tahun usia jembatan akar tersebut. Pada dinding tembok sebelum masuk ke jembatan tertulis sejarah singkat bahwa jembatan akar dibangun tahun 1916 oleh seorang tokoh yang bernama Pakiah Sokan dengan bantuan masyarakat setempat.

jembatan-akar-5726ca0d1693734c05b36224.jpg

Sejarah singkat Jembatan Akat (Foto : Dok. Pribadi)

Disebut jembatan akar karena jembatan tersebut memang tersusun dari akar dari dua pohon beringin yang berada di dua batas sungai yang berseberangan. Akar-akarnya bersatu, bergabung saling terhubung menjadi sebuah anyaman yang kokoh. Proses bersatunya akar-akar tersebut tentunya membutuhkan waktu lama.

Walau pun tersusun dari akar-akar pohon beringin yang kokoh, tetapi pada bagian kanan dan kiri jembatan tersebut terbentang kawat beton yang berfungsi sebagai penahan akar-akar sekaligus dapat digunakan untuk pegangan orang menyeberang. Di bawah jembatan mengalir sungai airnya tampak kecokelatan karena saat itu memang kondisi setelah hujan mengguyur wilayah tersebut.

Untuk mengabadikan momen langka tersebut, Saya bersama beberapa orang teman yang juga berkunjung mengabadikannya melalui foto-foto selfie. Perasaan yang pertama kali Saya rasakan ketika melihat jembatan akar adalah takjub. Akar-akar bisa tersusun dengan kokoh menjadi sebuah jembatan sehingga dapat digunakan untuk menyeberang masyarakat sampai dengan saat ini.

Jembatan akar yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan ini mungkin satu-satunya jembatan akar yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Oleh karena itu, jembatan tersebut tentunya harus dilestarikan, karena jembatan tersebut disamping diperlukan untuk kepentingan menyeberang, juga merupakan “saksi sejarah” kehidupan masyarakat setempat mulai dari masa pra kemerdekaan hingga kini. Selain itu, jembatan akar menjadi icon nagari Piliuk-Piliuk, menjadi kearifan lokal, sekaligus andalan pariwisata masyarakat di sana.

jembatan-akar3-5726ca5f5a7b61cb0458dd7e.jpg

Penulis sedang memandangi derasnya arus sungai dari atas jembatan akar (Foto : Dok. Pribadi)

Pesan Budaya dan Pendidikan

Kami mengunjungi jembatan akar terlalu sore, sehingga waktu kunjungan pun sangat singkat. Hari hampir gelap, adzan maghrib segera berkumandang, kami pun harus segera bergegas, sehingga kami tidak dapat terlalu banyak mengeksplorasi dan mengumpulkan informasi tentang jembatan akar tersebut. Kami hanya mengandalkan informasi dari teman yang mengantarkan kami, dan mengamati lingkungan setempat. Akibatnya tidak banyak cerita yang Saya dapatkan saat itu.

Walau demikian, menjelang pulang perhatian Saya tertuju kepada prasasti atau sejarah singkat yang menempel pada dinding tembok. Pada dinding tersebut tertulis bahwa jembatan akar dibangun oleh Pakiah Sokan, seorang ulama setempat tahun 1916. Jembatan tersebut dibangun selain sebagai sarana membangun silaturahmi antara warga kampung Puluik-puluik dan kampung Lubuk Siliau yang terpisah oleh sungai, juga agar warga dan anak-anak kedua kampung tersebut dapat memperdalam ilmu agama. Dan saat ini, jembatan tersebut menjadi sarana vital untuk penyeberangan warga dua kampung tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline