Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Teacherpreuneur

Diperbarui: 30 Desember 2015   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Teacherpreuneur adalah sosok guru yang kreatif, inovatif, pekerja keras, pantang menyerah, bersungguh-sungguh, pandai melihat peluang sekecil apapun."][/caption]

 

Pasal 1 ayat (1) undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”

Tugas guru sangat berat karena di pundak guru dibebankan tugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru merupakan ujung tombak pembangunan pendidikan pada sebuah bangsa. Dengan kata lain, kualitas pendidikan sebuah bangsa tidak lepas dari kualitas gurunya.

Guru adalah sosok yang paling depan berhadapan dengan peserta didik. Ibarat pasukan tempur, guru harus siap dengan berbagai amunisi perang. Guru harus menguasai teori pendidikan, didaktik, dan metodik agar dapat tampil prima, meyakinkan, dan percaya diri. Dan utamanya, agar materi yang disampaikan bisa dipahami dan dikuasai oleh peserta didik.

Pada kenyataannya, ketika melaksanakan tugas, guru dihadapkan pada berbagai tantangan dan hambatan. Antara lain, keterbatasan sarana dan prasarana, keterbatasan sumber belajar, alat peraga, dan media pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran kurang optimal.

Dalam pembelajaran, guru sering dihadapkan pada kondisi rendahnya minat, motivasi, keaktifan, dan hasil belajar peserta didik. Tantangan tersebut harus dicari alternatif penyelesaian masalahnya oleh guru. Mungkin selama ini guru telah banyak berpikir bagaimana cara menyampaikan materi pelajaran supaya mudah dipahami dan dikuasai oleh peserta didik, tetapi hasil belum optimal. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk terus berpikir dan berpikir mencari formula terbaik dalam membelajarkan siswa.

Guru yang mentalnya lemah akan menyerah dan cenderung menyalahkan keadaan lingkungan dan peserta didik, tetapi guru yang mentalnya kuat tentu tidak akan menyerah, tetapi justru semakin terpacu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Inilah yang sosok guru yang diharapkan, sosok guru yang tidak menyerah dengan keadaan. Sosok guru yang memiliki jiwa kewirausahaan (teacherpreuneur), yaitu sosok guru yang kreatif, inovatif, pekerja keras, pantang menyerah, bersungguh-sungguh, pandai melihat peluang sekecil apapun.

Hakikat jiwa kewirausahaan bagi guru adalah bukan mendorong guru untuk berdagang atau berjualan karena selama ini wirausaha diidentikkan dengan berdagang atau berjualan. Walau demikian, pada dasarnya tidak ada larangan bagi guru untuk melakukan hal tersebut sepanjang tidak mengganggu tugas pokoknya mengajar. Nilai-nilai kewirausahaan yang dimaksud dalam konteks ini adalah menanamkan ke dalam dirinya nilai-nilai kewirausahaan sehingga mampu menjadi guru yang tangguh, tidak menyerah terhadap keadaan dalam  rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Guru yang memiliki jiwa kewirausahaan selalu pandai mencari dan memanfaatkan peluang sekecil apapun, selalu melihat kemudahan diantara sekian banyak kesukaran. Guru yang memiliki jiwa wirausaha dalam mengajar selalu optimis, tidak banyak mengeluh, terus mencari cara-cara mengajar baru yang efektif, menantang, dan menyenangkan bagi peserta didik. Disamping mencari sendiri, dia pun tidak malu untuk bertanya kepada pakar atau diskusi bersama teman sejawat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline