Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penikmat bacaan dan tulisan

Haji Sebagai Agen Perubahan Sosial

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Para tamu Allah telah pulang dari tanah suci ke tanah airnya masing-masing. setelah melaksanakan tahapan ibadah haji yang berat, akhirnya mereka mendapatkan “gelar” haji. Sampai di kampung halaman, mereka disambut dengan suka cita oleh keluarga, kerabat, dan teman-temannya. Mereka juga akan disapa dengan panggilan Pak Haji dan Bu Haji.

Setelah “digodok” di kawah candradimuka ibadah di tanah suci, mereka telah telah bersih dari dosa. Mereka menjadi sosok yang “baru”. Oleh karena itu, mereka diharapkan mampu menjadi teladan dan menjadi pelopor dalam amar makruf nahyi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada keburukan). Seorang haji dinilai memiliki tingkat keimanan dan tingkat kesalehan yang lebih dibandingkan dengan orang belum naik haji. Oleh karena itu, mereka ada yang didaulat menjadi imam sholat, memimpin tahlilan, penggerak kegiatan majelis taklim, atau kegiatan sosial-keagamaan lainnya di lingkungan tempat tinggalnya.

Dalam konteks sosiologis, gelar haji memiliki posisi yang khusus di mata masyarakat karena belum tentu setiap orang mampu menunaikannya. Menunaikan ibadah haji membutuhkan pengorbanan harta, tenaga, dan waktu yang luar biasa. Para jemaah haji rela meninggalkan keluarga yang dicintainya di rumah demi menggapai keutamaan ibadah di tanah suci.

Sikap, perkataan, dan perbuatan seorang haji diharapkan mampu menjadi contoh. Menjadi pribadi yang lemah lembut, santun, dermawan, dan senang membantu orang yang kesusahan tentunya akan bernilai ibadah dan mendapatkan kesan yang baik dari masyarakat.

Haji Mabrur

Setiap orang yang menunaikan ibadah haji tentunya ingin menjadi haji mabrur. Ketika  berangkat pun, oleh orang-orang yang mengantarkannya mereka dido’akan menjadi haji mabrur. Tidak ada definisi yang baku tentang haji mabrur, tetapi intinya indikator dari haji mabrur adalah ketika seseorang yang telah menunaikan ibadah haji, berdampak positif terhadap peningkatan kualitas ibadah dan akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. Yang tadinya malas beribadah menjadi rajin beribadah. Yang tadinya jarang berbuat kebaikan, menjadi rajin berbuat kebaikan. Yang tadinya suka malas membantu orang, menjadi senang memantu orang. Yang tadinya pelit bersedekah menjadi dermawan. Yang tadinya pasif dalam aktivitas sosial-keagamaan di masyarakat menjadi aktif, dan berbagai perubahan positif lainnya.

Sebagai figur di masyarakat, tentunya apa yang diucapkan dan apa dilakukan seorang haji akan dinilai oleh masyarakat. Seseorang akan dinilai konsisten (istiqomah) kalau apa diucapkannya sesuai dengan yang diperbuatnya. Ketika apa yang dikatakan tidak sesuai dengan apa yang dilakukan, maka biasanya akan muncul sanksi sosial. Penilaian masyarakat akan cenderung negatif terhadapnya. Walaupun penilaian seorang manusia yang paling utama adalah dari Allah SWT, tetapi sebagai makhluk sosial, juga tidak bisa menafikan penilaian masyarakat.

Agen Perubahan Sosial

Ketika seseorang orang telah bergelar haji mampu memberikan pengaruh positif terhadap lingkungannya, mampu menjadi inspirasi, mampu menjadi penggerak pemberdayaan masyarakat, mampu menjadi penggerak ekonomi masyarakat, dan mampu menjadi bagian dari solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi di lingkungannya, maka dia telah menjadi agen perubahan sosial. Haji-haji model inilah yang diharapkan banyak muncul di Indonesia. Setiap tahun ratusan ribu orang Indonesia menunaikan ibadah haji, bahkan ada yang harus menunggu bertahun-tahun untuk mendapatkan kesempatan naik haji.

Ketika para haji mampu menjadi agen perubahan sosial, maka mereka berkontribusi dan mampu menjadi mitra pemerintah dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa yang sudah sedemikian kompleks seperti kemiskinan, pengangguran, potensi disintegrasi sosial, dan potensi disintegrasi bangsa. Memang tidak setiap orang yang bergelar haji berasal dari kalangan berpendidikan dan memiliki jiwa kepemimpinan, tetapi minimal mereka bisa menjadi figur dan mediator dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungannya. Intinya, haji sebagai agen perubahan sosial adalah mereka yang mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam melakukan perubahan dalam masyarakat ke arah yang lebih baik. Haji sebagai agen perubahan sosial Insya Allah menjadi haji mabrur.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline