Nabi Muhammad SAW adalah sosok pemimpin yang menjadi panutan dan teladan umatnya. Beliau pemimpin yang arif dan bijaksana, memiliki sifat jujur (shidiq), dipercaya (amanah), cerdas (fathonah), dan menyampaikan syari’at Islam kepada umatnya (tabligh). Karena akhlaknya yang mulia, Beliau dihormati kawan dan disegani lawan. Dan karena kejujurannya, Beliau diberi gelar Al-amin (orang yang dapat dipercaya).
Kepribadian beliau bukan hanya dikagumi oleh umat Islam. Umat nonmuslim pun sangat mengagumi dan menghormati kepribadiannya. Michael H. Hart, dalam sebuah tulisannya “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah” menyatakan Muhammad sebagai sosok nomor satu yang paling berpengaruh di dunia di atas Isaac Newton dan Kristus. Tak ada pemimpin yang mampu menyatukan umat yang plural seperti Beliau. Dengan piagam Madinah, Beliau melindungi kaum minoritas bahkan menjadikan dirinya jaminan jika ada kaum minoritas yang dianiaya atau diperangi.
Beliau mampu menyatukan suku-suku yang berperang dan melaksanakan perdamaian, memimpin dengan penuh cinta kasih, membuat konstitusi (undang-undang dasar), bermusyawarah, dan menyampaikan demokrasi melalui parlemen (majelis syura). Raymond Lerouge dalam tulisannya yang berjudul “Kekaguman Dunia terhadap Islam” menyatakan bahwa Nabi Muhammad juga meletakkan dasar-dasar peraturan yang disiarkan ke seluruh dunia dan semata-mata hanya menjalankan hukum keadilan dan belas kasih. Beliau mengkhotbahkan persamaan antara seluruh manusia serta kewajiban untuk saling menolong dan persaudaraan sedunia. Disamping seorang pemimpin pemerintahan, Beliau juga adalah seorang negarawan sejati. Beliau adalah sosok pemimpin yang paling sukses dalam sejarah kepemimpinan dunia.
Nabi Muhammad adalah sosok pemimpin yang menjadi pelayan umat. Beliau sangat dekat dengan rakyatnya. Beliau melindungi kaum lemah dan miskin. Pelayananan beliau terhadap umat tidak mengenal tempat dan waktu. Akses umat untuk menghadapnya juga tidak terhadang oleh tembok protokoler. Walaupun tidak gembar-gembor memberikan pelayanan prima, tetapi de facto Rasulullah SAW memberikan pelayanan prima kepada umat sehingga umat pun sangat puas dengan pelayanan Beliau.
Sosok kepemimpinan Nabi Muhammad sudah selayaknya menjadi contoh oleh para pemimpin kita saat saat ini. Memang, berbeda dengan manusia pada umumnya, Muhammad adalah sosok istimewa dimana setiap gerak langkahnya berada dalam lindungan, tuntutan, dan petunjuk Allah SWT. Dalam memimpin umat pun, Beliau senantiasa mendapat tuntunan dari Allah melalui wahyu yang disampaikan oleh malaikat Jibril. Tetapi setidaknya, sifat-sifat mulia Muhammad tersebut bisa menjadi motivasi bagi para pemimpin saat untuk setidaknya berupaya mendekati gaya kepemimpinan Rasulullah SAW.
Saat ini sulit rasanya mencari pemimpin yang jujur dan berkarakter sebagai pelayan umat. Aturan protokoler juga memosisikan pemimpin bukannya menjadi pelayan umat, tetapi justru dilayani. Dalam menjalankan tugasnya, para pemimpin digaji tinggi, plus berbagai fasilitas seperti rumah dinas, mobil dinas, dan berbagai fasilitas lainnya. Setelah terpilih, pemimpin bukannya dekat dengan rakyat, tetapi jauh dengan rakyat. Berbeda dengan masa kampanye, sebelum terpilih mereka mau turun gunung, menemui rakyat kecil, makan nasi aking bersama. Seolah-olah mereka siap menjadi memperjuangkan nasib dan menjadi pahlawan bagi si miskin. Tetapi, ternyata si miskin akhirnya harus kecewa karena suara mereka dikhianati karena pemimpinnya hidup bermewah-mewahan dan bergelimang harta yang notabene berasal dari uang rakyat sementara rakyatnya banyak yang hidup kesusahan.
Pemimpin adalah pelayan publik. Mereka digaji dari uang rakyat. Mereka diberi mandat untuk melayani rakyat. Oleh karena itu, mereka sudah sepatutnya tidak menghianati amanah dari rakyat. Jika kita bercermin kepada pelayanan publik ala Rasulullah SAW, Beliau adalah sosok pemimpin yang memberikan kebahagiaan dan tidak menakut-nakuti, memudahkan urusan orang dan tidak suka mempersulit urusan orang.
Hal ini berbanding terbalik dengan kualitas pelayanan publik saat ini. Citra pelayanan publik saat ini belum baik di mata masyarakat. Pelayanan publik dihadapkan pada panjangnya rantai birokrasi plus sejumlah biaya siluman yang kadang-kadang harus dikeluarkan oleh masyarakat yang membutuhkan pelayanan. Memang, pemerintah saat ini tengah gencar-gencarnya melakukan reformasi birokrasi untuk meningkatkan kualitas pelayananan publik. Bahkan pemerintah telah menerbitkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Kita tidak menutup mata, bahwa pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Misalnya dengan adanya sistem pelayanan satu atap, lelang elektronik, samsat keliling, pelayanan SIM keliling, dan sebagainya. Tetapi, kita pun perlu terus mengkritisi bahwa kualitasnya masih jauh dari harapan rakyat.
Sebagai umat yang ingin mengambil teladan Rasulullah SAW, dalam konteks pelayanan publik, kita tentunya berharap bahwa para pemimpin kita memberikan pelayanan publik seperti pelayanan yang diberikan Rasullah SAW kepada para umatnya. Pelayanan yang total, tulus, dan tanpa pamrih. Jika negeri berada dalam keadaan susah, dialah yang pertama kali mengalami kesusahan, sedangkan jika negeri mencapai kemakmuran, dialah yang terakhir menikmati kemakmuran. Rasullullah SAW adalah sosok pemimpin yang tidak pernah tenang dan merasa berdosa jika rakyat ada merintih kelaparan. Beliau pun adalah sosok pemimpin yang tidak gila hormat. Beliau adalah pemimpin berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan para umatnya. Walaupun beliau adalah sosok yang istimewa, tetapi tidak mau diistimewakan.
Sebagai pelayan publik sejati, menjelang wafat pun, Rasulullah masih memikirkan umat dan menitipkan umat kepada pada sahabatnya. Dan ketika Rasulullah wafat, tangis dan kesedihan begitu mendalam karena umat telah ditinggalkan oleh sosok pemimpin dan pelayan pelayan publik sejati yang tak akan pernah tergantikan lagi. Kini, adakah para birokat dan pejabat yang kesehariannya terus memikirkan rakyatnya? Adakah pejabat yang dikenang oleh rakyat karena segala jasa baiknya ketika mereka melepaskan jabatan atau ketika wafat? Semoga pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla yang akan dilantik tanggal 20 Oktober 2014, dengan gaya blusukannya minimal dapat mendekati gaya pelayanan pubik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H