Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Tribute To Een Sukaesih: Selamat Jalan Sang Guru Kalbu

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14183801351075034165

[caption id="attachment_382212" align="alignleft" width="673" caption="Een Sukaesih Sang Guru Kalbu Kini Telah Tiada. (Foto: www.jakpro.id)"][/caption]

Setelah dirawat beberapa hari di RSUD Sumedang, Een Sukaesih, sang guru kalbu akhirnya menyerah dari sakit yang dideritanya sejak tahun 1981. Beliau menghembuskan nafas terakhir pada hari Jum’at, 12 Desember Pukul 15.20 WIB. Wafatnya Bu Een bukan hanya menjadi kehilangan besar bagi anak-anak didiknya, tetapi juga kehilangan bagi dunia pendidikan.

Menurut Penulis, Beliau layak untuk mendapatkan gelar Pahlawan Pendidikan mengingat sumbangsihnya luar biasa terhadap dunia pendidikan. Beliau adalah sosok yang sangat luar biasa karena menjadi inspirasi bagi guru-guru karena dalam kondisi sakit parah yang dideritanya, Beliau masih mau mengabdi mencerdaskan anak-anak bangsa dengan tanpa pamrih. Baginya mendidik adalah panggilan jiwa. Baginya mendidik tidak dibatasi ruang kelas, tapi bisa dilakukan dimana saja dan dalam kondisi yang sangat terbatas sekalipun.

Berdasarkan hal tersebut, Prof. Moh. Surya menyebutnya sebagai guru kalbu. Guru kalbu adalah guru dengan kualitas tertinggi. Guru yang penampilannya berbasis kualitas kalbu. Hatinya tulus ikhlas sehingga menjadi guru adalah bagian dari kebajikan yang tertanam dalam kalbunya. Ada ada tujuh karakteristik yang menjadi sumber bagi terwujudnya guru kalbu. Pertama, faith atau keyakinan yang sunguh-sungguh difahami, dihayati, dan diamalkan dalam keseluruhan perilakunya sebagai guru. kedua, truth atau kebenaran yang bersumber dari kebenaran agama, budaya, keilmuan, dan sebagainya yang dijadikan landasan dalam keseluruhan pikiran dan tindakan. Ketiga, compassion atau keharusan rasa, yang akan menjadi tali ikatan batin emosional antara dirinya sebagai pendidik dengan peserta didik.

Keempat, humility atau sikap rendah hati, yaitu sikap untuk secara ikhlas menjadikan dirinya semata-mata hamba Allah dan melaksanakan tugasnya semata-mata sebagai wujud ibadah kepada Allah SWT. Kelima, love atau cinta kasih, sebagai fondasi hubungan pedagogis antara pendidik dan peserta didik. Keenam, gratitude atau bersyukur, yaitu senantiasa mensyukuri apa yang telah terjadi pada dirinya. Dan ketujuh, integration atau keutuhan diri, yang diwujudkan dalam keseluruhan perilaku sebagai cerminan keutuhan kepribadian.

Menurut Surya, ketujuh karakteristik guru tersebut dimiliki oleh Een Sukaesih dan Beliau layak didaulat menjadi guru kalbu. Menjadi guru merupakan panggilan jiwa, sarana pengabdian, sekaligus lahan ibadah kepada Allah SWT.

Atas dedikasi dan pengabdiannya tersebut, pada tanggal 7 Juni 2013, Universitas Pendidikan Indonesia (dulu IKIP Bandung) tempatnya kuliah pada jurusan Bimbingan dan Konseling (BK) memberikan penghargaan Anugerah Sepanjang Hayat kepadanya. Liputan 6 SCTV juga memberikan penghargaan kepadanya pada tiga kategori, yaitu kategori pendidikan, pengabdian kepada masyarakat, dan kemanusiaan.

Apa yang dilakukan oleh Een Sukaesih adalah cerminan seorang guru sejati, guru yang berdedikasi, guru yang pantang menyerah, guru yang dengan setulus hati mengabdikan dirinya untuk pendidikan. Cita-citanya untuk mencerdaskan anak bangsa tidak terhalangi oleh penyakit lumpuh yang dideritanya. Kita, para pendidik harus menjadikan apa yang dilakukannya sebagai inspirasi dan contoh teladan. Dalam kondisi fisik yang normal, kita kadang suka mengeluh, melaksanakan tugas asal gugur kewajiban, kurang memiliki tanggung jawab. Lebih lebih sering mendiskusikan telatnya pembayaran tunjangan profesi dan menunggu jadi peserta sertifikasi daripada bagaimana meningkatkan kualitas pembelajaran. Sementara Bu Een, sebutan untuk Een Sukaesih tidak pernah mempertanyakan soal gaji dan honor. Tidak pernah meminta fasilitas dan penghargaan kepada pemerintah sebagai guru berdedikasi ataupun sebagai guru berprestasi.

Een Sukaesih mungkin tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan pemilihan guru berdedikasi yang suka diadakan pemerintah, tetapi secara substanstif Beliau adalah sosok guru yang memiliki dedikasi yang sangat luar biasa terhadap Pendidikan. Apa yang dilakukannya telah menjadi oase di tengah keringnya dunia pendidikan kita dari ruh pendidikan itu sendiri. Ruh pendidikan adalah mendidik setiap anak didik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang.

Selamat jalan Bu Een, sang guru kalbu, sang guru pejuang. Kami mengucapkan terima kasih terhadap pengabdian dan dedikasimu terhadap dunia pendidikan. Semoga dirimu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Dan semoga kami dapat meneruskan perjuanganmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline