Lihat ke Halaman Asli

Kisah Pilu Saat Wisuda

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah Universitas Negeri ternama ramai dengan para wisudawan-wisudawati, rapi dengan baju toga yang dikenakan. Beberapa wanita sudah dari subuh hari pergi ke salon untuk mempermak wajahnya. Kost-kostan, tempat penginapan, hotel semua penuh dengan keluarga wisudawan-wisudawati.

Hingga saat pagi menjelang, mobil-mobil sudah mulai terparkir di gedung tempat acara wisuda digelar. Saat yang lain senang dengan kehadiran orang tuanya.

Di suatu sudut kostan, seorang wisudawan sudah tampak bersiap-siap, namun ia berkata pada ayah ibunya yang sudah tua, yang malam tadi baru sampai di tempat menginapnya, maklum orang tuanya dari kampung yang sulit akses transportasi. Bahkan jaringan telepon pun belum ada.

Sang anak tak mau teman-temannya yang mengenal sosok dirinya sebagai anak gaul yang kaya raya berkata pada ayah ibunya, “Emak dan Bapak ga usah ikut ya! Nanti takut susah nyarinya. Nanti saya kasih potonya aja!”.

Bapaknya yang sudah 70 tahunan, “Tapi Nak, kita jauh-jauh ingin sekali melihat kamu wisuda!”.

Anaknya menimpal, “Sebentar kok Pak, udah ah, saya berangkat dulu. Assalamu’alaikum”.

Ayah dan ibunya pun terdiam, tak bisa berkata apa-apa. Namun ada rasa perih dalam hati mereka. Tak bisa melihat anaknya diwisuda dan menjadi sarjana.

Di tempat wisuda temannya bertanya, “Fulan, bokap nyokap lu ga datang?”.

“Waduh, kebetulan bokap ada meeting bisnis, nyokap sedang ke Australia, nengok adik gua yang kuliah disana juga.” Jawabnya.

***
Saudara-saudariku,
Berapa banyak anak yang tak bangga dengan ayah ibunya
Orang kampunglah, kunolah, katro, dan sebutan lainnya.
Berapa banyak juga anak muda sekarang
Yang ingin dikatakan gaul dan hebat
Lalu tak mau memperkenalkan ayah ibu juga rumah tempat ia berasal kepada rekan-rekannya.

Padahal,
Saat kau terlahir ke dunia,
orang tuamu bersyukur dan bahagia
Memberitahu warga sekitar bahwa telah lahir anak yang sangat mereka cintai
Merawat dan membesarkanmu
Memberikan pakaian dan makanan terbaik bagimu
Menyekolahkanmu, bahkan bersusah payah menguliahkanmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline