"Duh"! Ekspresi kaget penulis yang baru saja mendengar nasib naas seorang kariyawati yang dihajar hingga berdarah oleh anak seorang bos roti si George Sugama Halim di salah satu toko tempat di mana ia bekerja.
Kasus ini baru viral setelah laporan korban tak kunjung digubris oleh satuan kepolisian polres Jakarta Timur, sejak dua bulan yang lalu. Diketahu dari informasi media nasional bahwa korban yang bernama Dwi Ayu Darmawati (DAD) telah melaporkan pelaku penganiyaan yang menimpa dirinya pada tanggal 17 Oktober 2024.
Pada kasus ini, penulis akan mengutarakan sikap keprihatinan penulis kepada si korban, kejengkelan penulis pada si pelaku, dan kekecewaan penulis pada pelayanan hukum kapolres Jakarta Timur yang masih lemot dalam menangani kasus yang masuk kategori serius ini.
Sebelum penulis lanjutkan, agar tetap santai silakan SERUPUT KOPIMU. Yuk, kita mulai!
Sahabat kompasiana, sebulum penulis mengulas beberapa pandangan soal "Nasib Dwi Ayu Darmawati di Tangan Netizen!" penulis akan terlebih dahulu mengungkap kronoligi singkat soal penganiyaan yang terjadi pada Dwi Ayu Darmawati (korban).
Menurut kabar yang digali penulis, peristiwa ini terjadi pada 17, Oktober 2024. Kurang lebih sekitar pukul, 21:00 WIB. Ketika itu, para pegawai sedang fokus bekerja, tetiba datanglah Goerge masuk ke dalam toko lalu duduk di sofa yang tersedia di Toko. Kemudian George memesan makanan secara online, tak lama kemudia datanglah pesanannya, lalu seketika George meminta kepada salah satu kariyawati dalam hal ini Dwi selaku korban untuk mengantar pesanannya ke kamar pribadinya.
"Dia nyuruh saya seperti menyuruh seorang babu," uraian Dwi yang diunggah di media sosialnya.
Selanjutnya, permintaan itu pun ditolak oleh Dwi lantaran ia sedang mengerjakan pekerjaan lain yang memang tidak boleh ditunda-tunda sesuai arahan SOP yang berlaku. Adapun tentang cara penolakan Dwi soal permintaan tersebut yang berujung kemarahan si George sampai ngamuk-ngamuk, penulis kurang cukup sumber informasi untuk mengulasnya ke dalam utas ini.
Tapi Apapun cara penolakan yang digunakan Dwi saat menolak permintaan si Goerge, yang namanya tindakan sewenang-wenang atau main hakim sendiri itu tidak bisa dibenarkan secara hukum. Dan kita pahami saja, memang kalau seseorang yang merasa tajir, biasanya sifat arogansinya tinggi, apa lagi itu yang nolak adalah kariyawati yang bekerja di perusahaan orang tuanya, tentunya dia merasa "direndahkan" makanya tak heran mental bengisnya keluar dan murka menunjukan bahwa dia anak sang pengusaha di Perusahaan itu. Maka, tidak boleh satu orang pun yang menolak perintahnya. Begitu kira-kira.
Kembali pada kronologi, setelah penolakan terjadi, ngamuklah si Goerge dengan melempar kursi dan mesin EDC yang mengakibatkan Dwi terkena luka bocor di bagian kepalanya. Suasana panik lantaran tidak ada yang bisa melerai kemarahan si anak bos itu.