Lihat ke Halaman Asli

Idris

Hidup disayang mati dikenang

Setelah Temui Megawati, Kapan Prabowo Temui Pendukungnya?

Diperbarui: 25 Juli 2019   00:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Megawati-Prabowo. tribunnews.com


Sudah kuduga, baru saja Indonesia digegerkan dengan pertemuan Jokowi dan Prabowo di Stasiun MRT pada beberapa hari silam, kini tepat pada Rabu, 24 Juli 2019 hari ini, Indonesia kembali geger dengan adanya kunjungan Prabowo ke kediaman Ibunda Megawati, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta.

Kunjungan Prabowo tersebut ditemani oleh Sekjen Gerindra Ahmad Muzani dan Wakil Ketua Umum Gerindra Edhy Prabowo.

Menariknya, pertemuan dua raja partai ini menjadi sorotan publik yang mencengangkang. Sebab, dalam pertemuannya juga dihadiri oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan lantaran dirinya sebagai penjabat publik dan bukan seorang kader Partai PDI-P.

Keheranan mulai menggebu-gebu pada masyarakat dan senada bertanya setelah pertemuan spesial bersama Megawati, Kapan Prabowo temui pendukungnya?

Pengutaraan pertanyaan tersebut mengingat karena adanya sebagian pendukung Prabowo yang merasa kecewa dengan dirinya lantaran ia melakukan rekonsiliasi dengan pihak petahana yang sempat memenangkan pilpres Rabu, 14 April 2019 lalu.

Dalam hal ini, idealnya Prabowo tidak hanya melakukan pendekatan secara persuasif terhadap pihak pemenang atau petahana, sebagai politikus yang dewasa ia juga perlu merangkul para pendukungnya yang sedang terpuruk dalam kekecewaan.

Khawatirnya, jika ia hanya merangkul lawan politiknya dengan secuil harapan, dan ia bergegas tega membiarkan pendukung yang telah berjuang bersamanya, tentu hal itu akan menimbulkan musuh berkelanjutan.

Seperti halnya dengan "Musuh datang silih berganti, berharap sahabat sejati tak kunjung pula"

Meski dalam politik tak ada hal yang sejati, tapi minimal ia mampu memberikan citra  yang baik bagi bangsa dan negara.

Sebetulnya, silaturahmi yang telah mereka lakukan merupakan sikap yang perlu diteladani oleh berbagai pihak, terutama para politisi elit yang saat ini masih terlihat berdiam-diaman. Padahal mereka tahu, diam-diaman adalah sikap yang akan menimbulkan permusuhan, permusuhan akan melahirkan pertikaian, dan pertikaian akan menghancurkan persaudaraan.

Untuk itu, kisah pilpres sudah menjadi cerita dalam sejarah, hal yang perlu kita lakukan saat ini, mari rajut kembali tenun-tenun kebangsaan agar mereka yang rakyat kembali tersenyum dengan penuh kedamaian. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline