Lihat ke Halaman Asli

Rial Roja

Digital Marketing/Content Writer

Media Sosial dan Body Image: Apakah Kita Semua Jadi Korban?

Diperbarui: 17 Desember 2024   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Media Sosial di Handphone (Sumber: Pixabay/geralt)

Di era dominasi media sosial ini, kita mendapati diri kita berada di dunia yang penuh dengan gambar-gambar sempurna. Wajah mulus, tubuh ideal, dan gaya hidup mewah memenuhi keseharian kita. Meski segala sesuatu tampak menyenangkan di permukaan, sadarkah kita dampaknya terhadap persepsi diri kita? Pertanyaan sebenarnya adalah, apakah media sosial telah menjadikan kita korban standar kecantikan yang tidak realistis?

Dunia Maya dan Standar Kecantikan

Saat kita membuka Instagram atau TikTok, kita sering menjumpai standar kecantikan yang terkesan seragam: kulit mulus, tubuh proporsional, dan penampilan glamor. Ini bukanlah suatu kebetulan. Algoritma media sosial cenderung mempromosikan konten visual yang menarik bagi sebagian besar pengguna. Akibatnya, standar kecantikan ini tampak bersifat universal, padahal kenyataannya hanya sekedar konstruksi sosial yang diperkuat oleh teknologi.

Persoalannya, tidak semua orang bisa memenuhi standar tersebut, yang pada akhirnya menimbulkan tekanan tersendiri. Banyak pengguna terjebak dalam siklus membandingkan diri mereka dengan orang lain, meskipun mereka tahu bahwa banyak gambar yang mereka lihat telah diedit atau difilter. Perasaan tidak puas pada tubuh biasanya muncul karena ekspektasi yang tidak realistis tersebut.

Pengaruh Media Sosial Pada Generasi Muda

Generasi muda, khususnya remaja, merupakan kelompok yang paling rentan terhadap pengaruh media sosial. Mereka berada pada tahapan kehidupan dimana pencarian jati diri sangatlah penting, dan pengakuan dari lingkungan sosial seringkali menjadi kebutuhan utama. Sayangnya, media sosial bisa menjadi ruang yang dipenuhi komentar negatif dan perbandingan tidak sehat.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Youth and Adolescence menunjukkan bahwa paparan konten yang menggambarkan tipe tubuh ideal di media sosial dikaitkan dengan meningkatnya ketidakpuasan terhadap tubuh, terutama di kalangan remaja perempuan. Permasalahan ini juga mulai muncul di kalangan remaja putra, yang kini menghadapi tekanan untuk memiliki tubuh atletis atau berotot, seperti yang sering digambarkan dalam konten-konten populer.

Apakah ini Semua Salah Media Sosial?

Meskipun media sosial sering disalahkan, penting untuk disadari bahwa media sosial hanyalah sebuah alat. Media sosial mencerminkan, dan dalam beberapa kasus memperkuat, norma-norma yang ada di masyarakat. Namun, cara kita memilih berinteraksi dengan media sosial juga penting. Apakah kita memilih untuk mengikuti akun-akun yang menginspirasi hal-hal positif, ataukah kita tertarik pada akun-akun yang membuat kita merasa tidak mampu?

Di sisi lain, media sosial juga menciptakan platform gerakan yang menantang standar kecantikan tradisional. Kampanye seperti #BodyPositivity dan #SelfLove telah memberdayakan banyak orang untuk menerima diri mereka apa adanya. Tokoh masyarakat dan influencer yang mempromosikan keberagaman tubuh mulai mendapat pengakuan. Hal ini menggambarkan bahwa media sosial dapat menjadi alat yang ampuh untuk mendorong perubahan positif bila digunakan dengan bijak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline