Lihat ke Halaman Asli

Rial Roja

Digital Marketing/Content Writer

Anggaran Besar, Hasil Kecil: Di Mana Masalahnya dalam Pengelolaan APBN?

Diperbarui: 15 Desember 2024   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Uang Koin (Sumber: Pixabay/kschneider2991)

Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Indonesia selalu menjadi topik hangat yang menyita perhatian signifikan. Dengan anggaran ratusan bahkan ribuan triliun rupiah, besar harapan bagi pemerintah untuk mengelola dana tersebut secara efisien. Namun, mengapa hasilnya seringkali tidak sesuai dengan jumlah yang dikeluarkan? Apakah masalahnya berakar pada perencanaan, pelaksanaan, atau pemantauan?

Ketimpangan Antara Anggaran dan Hasil

Salah satu kritik utama pengelolaan APBN adalah kesenjangan antara besaran dana yang dialokasikan dengan hasil yang dicapai. Infrastruktur yang buruk, pelayanan publik yang kurang optimal, dan kemiskinan yang berkepanjangan sering kali menunjukkan bahwa anggaran yang besar tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat. Situasi ini menimbulkan pertanyaan: apakah permasalahan tersebut terkait dengan alokasi yang tidak tepat, atau ada tantangan lain yang ada di lapangan?

Ketika anggaran dialokasikan, sering kali terdapat bias terhadap proyek-proyek besar yang terkesan "glamor" namun dampaknya tidak terlalu langsung terhadap masyarakat. Membangun jalan raya atau bandara baru, misalnya, tentu saja penting, namun bagaimana dengan kebutuhan penting seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan akses terhadap air bersih? Ketidakseimbangan dalam prioritas ini memberikan hasil yang mungkin tampak mengesankan di permukaan namun gagal mengatasi permasalahan mendasar.

Birokrasi yang Terlalu Rumit

Salah satu permasalahan penting adalah birokrasi yang rumit. Perencanaan dan pelaksanaan proyek seringkali memakan waktu yang lama karena harus melalui berbagai prosedur administrasi. Akibatnya, dana yang seharusnya dialokasikan untuk kebutuhan mendesak tertahan dalam proses birokrasi. Selain itu, inefisiensi seringkali muncul karena kurangnya koordinasi antar lembaga.

Kompleksitas birokrasi ini juga menciptakan lahan subur bagi korupsi. Ketika pengawasan lemah, individu dapat mengeksploitasi kesenjangan dalam sistem demi keuntungan pribadi. Tak heran jika laporan audit kerap mengungkap penyalahgunaan dana publik yang merugikan negara.

Pengawasan yang Lemah

Salah satu unsur krusial dalam pengelolaan APBN adalah pengawasan. Namun mekanisme pemantauan di Indonesia seringkali kurang efektif. Keterlibatan berbagai lembaga cenderung menciptakan proses yang tumpang tindih dan kurang fokus. Akibatnya, kesenjangan anggaran seringkali luput dari perhatian hingga terjadi kerugian yang signifikan.

Permasalahan lemahnya pengawasan juga merambah ke tingkat daerah, dimana sebagian kepala daerah kesulitan mengelola anggarannya secara optimal. Akibatnya, proyek yang dirancang untuk memberikan manfaat langsung kepada masyarakat sering kali terbengkalai karena kurangnya keahlian manajerial atau konflik kepentingan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline