Di dunia digital yang kita jalani, siswa dapat dengan mudah mengakses banyak informasi hanya dengan ujung jari mereka. Internet menawarkan lautan pengetahuan, hiburan, dan peluang kolaborasi di seluruh dunia. Namun, apakah akses yang luas ini benar-benar meningkatkan literasi digital kita? Ataukah kita hanya mengawalinya saja tanpa memahami sepenuhnya esensi literasi digital?
Apa Itu Literasi Digital?
Sebelum kita menyelami lebih dalam, penting untuk memahami pengertian literasi digital. Konsep ini tidak terbatas pada kemampuan menggunakan perangkat seperti laptop atau smartphone; ini juga melibatkan keterampilan untuk menemukan, mengevaluasi, dan menerapkan informasi digital dengan bijak. Selain itu, hal ini mencakup keamanan digital, etika online, dan pemikiran kritis yang diperlukan untuk menavigasi arus informasi yang melimpah.
Namun di kalangan pelajar, literasi digital umumnya dipandang sederhana. Banyak siswa menganggap diri mereka "melek digital" hanya karena kemahiran mereka dalam menggunakan media sosial atau game online. Faktanya, literasi digital adalah kemampuan yang jauh lebih kaya dan kompleks.
Pendidikan Literasi Digital: Apa yang Sudah Dilakukan?
Banyak sekolah kini menambahkan literasi digital ke dalam kurikulum mereka. Kursus teknologi informasi biasanya mencakup pengenalan perangkat lunak, cara menavigasi internet, dan terkadang, dasar-dasar keamanan siber. Namun seberapa besar hal ini membantu siswa memahami risiko dan peluang di dunia digital?
Faktanya, sebagian besar program literasi digital di sekolah sebagian besar masih bersifat teoritis. Meskipun siswa diperlihatkan cara mencari informasi di Google, mereka sering kali tidak belajar cara mengevaluasi kebenaran informasi tersebut. Mereka mungkin mengetahui cara membuat akun media sosial, namun biasanya mereka tidak memahami permasalahan lebih dalam seputar privasi dan konsekuensi dari aktivitas online mereka.
Tantangan Literasi Digital di Kalangan Pelajar
Salah satu kendala utama yang sering ditemui adalah kurangnya perhatian terhadap pengajaran berpikir kritis. Dalam masyarakat post-truth, dimana berita palsu atau hoaks menyebar lebih cepat daripada kebenaran sehingga keterampilan memverifikasi informasi sangatlah penting. Sayangnya, banyak siswa yang belum mengembangkan kemampuan tersebut. Mereka kerap menerima apa pun yang terkesan menarik atau sering terlihat di timeline media sosialnya.
Kendala lainnya adalah kesenjangan digital. Meskipun ketersediaan akses internet semakin meningkat, beberapa siswa masih kekurangan perangkat atau koneksi internet yang mereka butuhkan. Hal ini menciptakan kesenjangan yang signifikan dalam literasi digital antara siswa perkotaan dan pedesaan, sehingga sulit untuk menerapkan program literasi digital yang komprehensif.