Lihat ke Halaman Asli

Lukisan Kematian

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="256" caption="saungfernanda.blogspot.com"][/caption] Sebatang kuas bertinta menari meliuk liuk menggoreskan permukaan kanvas. Melukis fragmen fragmen lukisan bertajuk kematian. Berceritalah dia tentang gambar yang dilukisnya, tentang kematian dalam kehidupan. Tentang kehidupan dalam kematian. Dia dengan gagahnya menertawakan makhluk makhluk yang telah mati dalam hidupnya. Makhluk makhluk yang telah berkubang dalam penjara nestapa. Penjara yang bernama rasa putus asa. Dia lalu berhenti sejenak, memberi waktu pori pori tubuhnya bernafas. Sembari merenungi permukaan kanvas. Dia mengangguk angguk, lalu mulai bercerita. Tiadalah yang dapat mengirim seseorang ke kematian abadinya, terkecuali padamnya nyala api. Api harapan, api penyemai kehidupan, api penggerak urat urat nadi untuk terus bertahan. Kita tak akan mati dalam hidup, jikalau diantara puing puing nyeri yang menghadang berkas harapan masih bersinar benderang. Pelitamu bukan untuk padam. Pelitamu bukan untuk membuat lukisan kematian. Pelitamu untuk menggoreskan kehidupan di sela sela intaian maut dan nyawa yang siap melayang. -indra-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline