Lihat ke Halaman Asli

cinta dan perkawinan

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Adalah sebuah anugrah dapat menikah dengan orang yang dicintai dan mencintai kita. Cinta dapat menjadi suatu alasan orang memutuskan untuk menikah, tapi keberlangsungan sebuah pernikahan tidak hanya didasari cinta. Ada hal-hal lain misal ekonomi dan komitmen. Banyak orang menganggap uang bukanlah segalanya, betul. Tapi tetap saja faktor ekonomi memegang peran vital. Uang belum tentu membuat bahagia, tapi bagaimana sebuah keluarga sempat memikirkan bahagia ketika kehidupan pernikahannya dirongrong masalah ekonomi, hutang, biaya hidup yang membengkak, biaya anak (ingat, anak adalah tanggung jawab moral orang tuanya). Saya sangat prihatin ketika sebuah pasangan tanpa persiapan matang memutuskan menikah. Dengan beralasan dikejar usia, perjodohan,cinta,dsb. Perkawinan bukanlah hal sepele. Perkawinan tidak saja menyatukan dua insan lawan jenis tapi juga pembukaan gerbang kehidupan yang baru. Perkawinan bukanlah pintu akhir, melainkan sebuah awal dimulainya kehidupan. Tanpa persiapan matang (termasuk ekonomi) sangat riskan terjadi hal hal negatif tidak hanya bagi pasangan, tapi juga bagi anak anak yang nantinya hadir. Anak adalah tanggung jawab orang tua. Mereka tak pernah minta dilahirkan, jadi adalah sebuah dosa besar menjebak mereka dalam kesengsaraan hanya karena kurang matangnya orang tuanya ketika hendak menikah. Ketika telah berada dalam pernikahan cinta bukan lagi mutlak, banyak fakta yang menunjukkan cinta pasangan hilang pada akhir taun ke 3 pernikahan. Sering timbul percekcokan, ketidaksamaan pendapat, dll. Di sinilah komitmen berperan. Apapun kondisi pasangan, ya itulah pasangan kita, bahagiakan pernikahan kita dengan menjalankan komitmen. Komitmen yang bertanggung jawab, bukan sekedar komitmen bertahan. Pada akhirnya cinta dapat hadir kapan saja, berkali kali, mungkin pada banyak orang. Tapi cinta yg sejati terukur dengan waktu, lewat bertahun tahun cinta itu tetap ada, tak pernah pudar. Dan pernikahan bukanlah pemutus cinta, wujud cinta yang sebenarnya adalah sebuah kasih sayang yang tak lekang, baik oleh waktu maupun oleh pernikahan. Ketika ikatan pernikahan telah membatasi, bukan berarti cinta itu harus hilang, disitulah terujinya kedewasaan cinta untuk menemukan jalan pengungkapannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline