Lihat ke Halaman Asli

Mh Firdaus

Penulis

Ke Raja Ampat Kala Pandemi (Bag 1)

Diperbarui: 9 Juni 2021   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gugusan Pulau Indah Tak Bertepi - Dok. pribadi

Sejak 6 hingga 8 April 2021, saya bersama teman berada di Sorong, Papua Barat untuk pekerjaan. Disayangkan bila selagi di sana, saya tidak mampir ke Raja Ampat. Lokasi destinasi wisata premium terdiri; pemandangan indah, pantai eksotik, lokasi snorkling favorit, dan view laut indah lainnya, di provinsi Papua Barat. Melalui berbagai kanal, akhirnya saya mendapat travel penyelenggaranya. Berikut ceritaku ke Raja Ampat.  

Sabtu, 10 April 2021, pukul 6.00, kami sudah di loby hotel Kryiad, Sorong. Mobil travel bertarif Rp 100.000 per antaran, menjemputku ke pelabuhan. Sesampai disana, suasana ramai. Semua orang hendak ke Raja Ampat. Puluhan kapal berjenis "speed boat" bersandar di dermaga kecil. Mobil pengantar bergiliran mengantar wisatawan.  

Para wisatawan menyemut di pinggir dermaga. Ada yang berkelompok dengan seragam dan ada pula solo-travel. Semua menumpang kapal dengan satu tujuan, Raja Ampat". Wenny, pemilik travel perjalananku telah menunggu sambil hilir mudik. Ia menyapa satu persatu penumpang speed boatnya. Ada 12 orang laki-laki dan perempuan bersamaan hendak ke Raja Ampat.

Pukul 07.15 pagi, kapal kami berlabuh. Selain 12 wisatawan lokal, ada 3 awak dan seorang kapten kapal. "Selamat pagi semua. Bapak-bapak dan ibu-ibu.... Kami awak kapal akan menamani anda semua. Perjalananan ke spot pertama di Raja Ampat kira-kira 3 jam. Terdapat tiga spot indah untuk photo, 1 spot snorkling dan satu lagi pantai timbul untuk berenang cantik. Oh ya, masker tetap dipakai ya...", ungkap Beny, awak kapal asli Papua membuka percakapan.

Kapal melaju sedang. Hamparan laut Papua Barat terbentang luas. Cuaca pagi itu bersahabat. Langit biru berarak mengiringi perjalanan. Perlahan air laut memercik ke atas speed boat. Ombaknya pecah oleh hantaman speed boat. Penumpang berphoto melalui ponselnya dengan berbagai gaya. Mereka saling bercakap dengan teman sebelahnya.

Beberapa menit kemudian, rasa bosan menyergap sebagian besar penumpang. Satu per satu berdiri dan berhilir mudik di dalam speed boat. Sebagian mulai ngobrol dengan teman baru. Berbagai cerita tersaji di sana. Satu setengah jam perjalanan berlalu. Dentuman ombak besar kini terasa. Kapal oleng ke kiri dan ke kanan. Para awaknya menenangkan suasana. "Tidak apa-apa kawan... Di laut, hal seperti ini sudah biasa. Jangan khawatir. Inilah suasana di tengah laut. Welcome to the sea... ", ungkapnya meyakinkan.

Saat ombak tenang, awak kapal membagikan papeda, kue khas Indonesia timur -- termasuk Papua --  kepada penumpang. Ini pas sekali, karena lapar mulai menghampiri. Aneka minuman dingin dibagikan menyertai papeda. Kondisi ini memancing penumpang mengeluarkan makanan yang dibawah untuk berbagi. Suasana pun mencair diantara penumpang. Di sudut lain, terlihat penumpang tidur ringan di kursinya. Yang lain, asyik ngobrol dengan awak kapal dan Kapten sembari mengemudi.

Tak terasa, 2.5 jam berlalu. "Welcome to Telaga Bintang", lokasi indah pertama menyambut kehadiran kami. Kapal menepi ke dermaga mini nan elok. Air laut yang biru dan gugusan pulau tak berpenghuni nan rindang berjejer di kiri dan kanan dermaga. Pulau-pulau atau daratan kecil bagai pelindungnya. Seperti diungkap awak kapal, ada 3 tujuan spot photo indah yang bakal dikunjungi dalam pelayaran; Pianemo, DORE KARUI, dan Telaga Bintang. Untuk mengantisipasi keramaian di spot favorit, Piyanemo, maka kami menuju Telaga Bintang lebih awal.

Air laut biru di tengah gugusan karang pulau daya tarik Telaga Bintang - Dok. pribadi

Telaga Bintang merupakan pulau mungil. Spot photonya rada sulit dan mungil. Untuk mencapai titik strategis photo, kami harus naik batu karang. Super hati-hati bagi wisatawan yang naik ke spot photo diinginkan. Tangganya bertekstur vertikal. Saya menganjurkan bagi pembaca yang mau ke sini untuk memakai snaker kekinian. Jangan memaki sandal. Licin dan menyusahkan diri. Karena sempit dan vertikal, kami mengantri ke spot photo terbaik. Sesampai diatas, satu kata terucap, "Wow.... indah nian pulau ini. Biru laut berkilau, seolah ia memancar ke atas. Gugusan pulau2 kecil mengelilingi seolah melindungi dari mara bahaya". Ketakjuban atas keindahannya tak behenti melalui gumanan bibir. Jepretan kamera hand phone wisatawan bersautan. Beny, photografer resmi biro perjalanan, memotret kami satu per satu. Ia mengarahkan wisatawan dengan berbagai gaya.

Bagi yang sudah dipotret, antri turun dari bukit ke dermaga. Saya mendapat giliran ke-5 diphoto. Udara panas mengiringi sesi photo. Angin laut semilir mengiringi suasana. Setengah jam kami berphoto di bukit Telaga Bintang. Rintik hujan turun tak diundang. Untungnya, ia hadir saat sesi photo di atas bukit hendak selesai. Alhamdulillah, saat photo session selesai kapal wisatawan lain hadir. Mungkin karena pandemi,  kehadiran pengunjung berkurang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline