Lihat ke Halaman Asli

Hoegeng Imam Santoso yang Dirindukan

Diperbarui: 23 Agustus 2016   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jenderal Polisi (Purn.) Hoegeng Imam Santoso (lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 14 Oktober 1921 – meninggal 14 Juli 2004 pada umur 82 tahun) adalah salah satu tokoh kepolisian Indonesia yang pernah menjabat sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ke-5 yang bertugas dari tahun 1968 - 1971. Hoegeng juga merupakan salah satu penandatangan Petisi 50.

Soeharto memberhentikan Hoegeng ketika belum genap masa jabatannya.Ketika dipensiunkan,keluarganya menerima dengan lapang.Namun,keluarganya sempat bingung untuk tinggal dimana.Namun,akhirnya,pengganti beliau memberikannya sebuah rumah sebagai hadiah dari kepolisian.

Kemudian,Widodo Budidarmo,Kapolda Metro saat itu,mengumpulkan uang dari setiap polda untuk memberikan kendaraan kepada Hoegeng,itupun awalnya Hoegeng tidak ingin menerimanya,tapi Pak Widodo bilang bahwa itu sebagai tanda terimakasih kepolisian kepada Hoegeng,karena mereka tahu bahwa Pak Hoegeng tidak memiliki kendaraan.

Setelah dia berhenti menjadi Kapolri,orang tetap menghormati beliau.Banyak orang sudah tidak menjabat tidak dihormati lagi.Karena mereka tidak memiliki karakter,integritas. Dipensiunkan sebagai kapolri,ia berupaya menuntaskan tugasnya yang belum terselesaikan.

Beliau juga mendirikan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBHI) pada awal tahun 1970-an.

Hoegeng adalah salah satu dari 50 penandatangan petisi 50,yang dicekal untuk pergi ke luar negeri termasuk untuk melaksanakan ibadah haji bersama istrinya.ia juga dilarang tampil umum di tv untuk bernyanyi di acara music Hawaii.

Ada satu hal yang mungkin membuatnya merasa tidak dihormati bahkan sakit hati adalah,ketika beliau menerima undang HUT Bhayangkara tahun 1988.Saat itu beliau sudah siap untuk berangkat ke acara tsb.

Beliau sudah menggunakan seragam & atribut lengkap,namun di hari H itu,beliau mendapat kabar bahwa beliau tidak boleh hadir dalam acara tsb.Pada 1997,kembali saat itu Hoegeng datang di HUT Bhayangkara atas undangan langsung dari kapolri saat itu,Dibyo Widodo,sang kapolri juga membawa hadiah untuknya berupa mobil sedan,tanpa membawa permohonan maaf dari mereka yang selama itu  menolak kedatangannya.

Menurut putra keduanya “Saya,Mbak Rini dan Adik tidak pernah merayakan ulang tahun.Tidak boleh kata beliau merayakan ulang tahun.Nanti orang ingin mendekati saya tidak bias,tapi melalui keluarga memberikan sesuatu.jadi kami tidak pernah merayakan ulang tahun.” Kenangnya.

Dalam wasiatnya,Hoegeng menolak dirinya dimakamkan di TMP Kalibata.Hingga akhir hayatnya ia tetap mempertahankan idealisme nya sebagai orang yang sederhana & jujur.

sumber : Memoar Kompas TV oleh Watchdoc.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline