Lihat ke Halaman Asli

Suporter PS TNI Tidak Salah, hanya Menang Fisik dan Mental

Diperbarui: 24 Mei 2016   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: bola.net

Bentrok yang melibatkan suporter PS TNI yang didominasi anggota TNI dengan suporter Persegres Gresik United (GU) tidak perlu dibesar-besarkan, apalagi mengaitkannya dengan operator kompetisi, Menpora maupun PSSI. Sebab, kurang lebih, bentrok yang terjadi hari Minggu lalu itu, hanya masalah komunikasi saja.

Disebutkan, bentrok itu berawal dari aksi suporter GU yang berusaha mencopot atribut suporter PS TNI yang ada dipinggir lapangan. Tidak terima dengan aksi tersebut, suporter PS TNI berusaha mengingatkan untuk tidak melanjutkan aksi tersebut, namun tidak dihiraukan. Malah, suporter GU melempar dan meneriaki suporter PS TNI dengan kata-kata binatang.

Merasa tidak dihargai, suporter PS TNI pun menyerbut suporter GU yang ada di tribun sektor empat yang mengakibatkan belasan suporter GU dilarikan ke rumah sakit.

Sebagai pendatang baru, suporter PS TNI di setiap pertandingan tandang yang kemungkinan akan dipenuhi suporter, harusnya menjalin komunikasi dengan pihak suporter tim lawan, apalagi menyangkut atribut yang akan digunakan. Sebab, sebagaimana lajim diketahui, setiap suporter yang hadir mendukung timnya di kandang sendiri, mempunyai tempat khusus di sisi stadion yang biasanya ditempati salah satu kelompok suporter.

Tidak jarang, suporter juga sering bentrok dengan sesama pendukung tim, namu dari kelompok lain. Beberapa klub sepakbola di Indonesia, memang memiliki kelompok suporter lebih dari 1. Terkadang, kelompok suporter itu malah terlibat bentrok satu sama lain, jika kelompok suporter lain menyerobot salah satu sisi stadion tempat salah satu suporter biasa tempati.

Contoh yang sering penulis temukan adalah saat menyaksikan pertandingan langsung di stadion saat PSMS Medan bertanding di Teladan. PSMS yang memang memiliki 3 kelompok suporter sering bentrok lantaran masalah seperti diatas, konon lagi jika melibatkan suporter tim lawan. Di kasus PS TNI vs Persegres kemaren kasusnya hampir sama, bedanya kedua suporter tidak mendukung tim yang sama.

Lalu bagaimana seharusnya?

Di beberapa kesempatan, penulis beberapa kali pula dibuat kaget saat menyaksikan pertandingan PSMS Medan langsung di stadion Teladan. Beberapa kali, kelompok suporter lawan seperti Persija, Sriwijaya FC, PSPS Pekanbaru sampai Persiwa dan Persipura malah terlihat nyaman menyanyikan yel yel dukungan ke timnya.

Usut punya usut, beberapa kelompok suporter tersebut terlebih dahulu berkoordinasi dengan kelompok suporter setempat, dalam hal ini Kampak FC. Syarat yang diberikan suporter setempat ternyata tidak neko-neko, suporter lawan hanya diminta untuk tidak keluar dari sisi tribun yang dimana mereka ditempatkan, baik penonton yang memakai jersey tim lawan maupun atributnya. Hal ini sangat masuk akal agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Di beberapa kesempatan pula, penulis mendapati kelompok suporter lawan hanya menempati sisi tribun tertutup saja.

Inilah yang tidak dilakukan suporter PS TNI yang merupakan pendatang baru, begitu pun dengan suporter GU yang merupakan tuan rumah di laga itu. Sebagaimana diketahui, pertandingan PS TNI selalu dipenuhi dengan suporter dimana pun mereka bertanding. Nah, karena fakta itu, harusnya sebelum pertandingan, antara suporter PS TNI dan GU sudah menyepakati di sisi-sisi mana saja PS TNI dan GU.

Dalam hal ini suporter PS TNI sama sekali tidak arogan, begitu pun dengan suporter GU. Sebab, benar dan salahnya tidak dari salah satu kelompok suporter, tapi kedua-duanya. Banyaknya korban di pihak suporter GU tidak lantas membenarkan tindakannya, suporter Ps TNI hanya menang fisik dan mental saja dari mereka. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline