Lihat ke Halaman Asli

Tata Kelola Sepakbola, di Sisi Ini Memang Sudah Tepat

Diperbarui: 28 Maret 2016   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi - goal.com"][/caption]Distributor minuman ringan Mogu-mogu yang menjadi sponsor PS TNI di Piala Jenderal sudirman (PJS) dan Piala Bayangkara dikabarkan telah mengakuisisi (mengambil alih) Persiram Raja Ampat.  Pengambil alihan ini kabarnya, agar PS TNI yang mengejutkan di kedua turnamen diatas bisa tampil di kompetisi tertinggi April mendatang.

Sebagaimana diketahui, untuk bisa tampil di kompetisi tertinggi Indonesia, sebuah tim sepakbola memang harus merangkak dari kompetisi paling bawah. Jika merangkak dirasa berat, harus merger/mengakuisisi sebuah tim yang tampil di kompetisi tersebut.

Diakuisisinya Persiram Raja Ampat mengingatkan aku ke artikel yang pernah aku tulis di forum ini. Yang mana intinya menyebutkan bahwa, sebagian klub yang berlaga di kompetisi tertinggi Indonesia (ISL) memang terkesan asal tampil doank. Tidak jarang, klub tersebut menjadi aib bagi kompetisi itu sendiri, sebab hanya berharap pemasukan dari tiket pertandingan dan share dari pihak penyelenggara doank.

Merger sebenarnya bukan hal baru di sepakbola Indonesia, bahkan punya cerita tersendiri. Seperti kisah diakuisisinya Persijatim oleh Pemda Sumsel yang kemudian berubah nama menjadi Sriwijaya FC sekarang. Kemudian, Perseba Super yang menjadi Pusamania Borneo FC, Pelita jaya menjadi Pelita Bandung Raya dan lain sebagainya. Tentu peristiwa-peristiwa diatas ditolak banyak pengalamat.

Namun yang terjadi setelahnya, saat klub-klub eks IPL lalu meminta merger dengan klub ISL yang kemudian ditolak klub ISL itu sendiri, sebagian besar pengamat malah berpendapat "itulah hal terbodoh yang dilakukan klub-klub ISL" Hahaha..

Membaca judul tulisan ini aku yakin banyak yang merasa heran. Tapi seperti maksudku diatas, beberapa klub di kompetisi tertinggi Indonesia sebelumnya memang harus menyerah oleh sebuah kalimat sakti berbunyi, "mengurus sebuah tim sepakbola tidak cukup dengan bermodal niat baik doank". Jadi, sebagian klub tersebut memang harus terseleksi dengan sendiri, agar tidak jadi benalu saat kompetisi berjalan. Dan jika tetap ingin eksis, maka merger-lah dengan klub lain.

Yang dilakukan PS TNI untuk bisa tampil di ISC A nanti sudah tepat. Sebab, sekarang orang-orang yang berniat terlibat di sepakbola Indonesia pasti mengerti kalimat sakti diatas. Sayang menurut aku pribadi, nama yang digunakan PS TNI di ISC A nanti bukan nama yang mereka gunakan di PJS dan Piala Bayangkara, melainkan Persiram Raja Ampat. Namun jika seleksi bagi klub di kompetisi tertinggi "seperti ini" adalah bagian Tata Kelola yang digadang-gadang Menpora, aku belum bisa mengatakan berhasil, tapi aku harus mengatakan itu sudah tepat.

Beberapa investor yang ingin terlibat di sepakbola sepertinya terganjal aturan yang menyatakan, tim yang diambil alih tidak bisa berganti nama sebelum batas waktu yang ditentukan. Aturan-aturan seperti ini tidak perlu lagi dipertahankan, sebab memiliki sebuah tim sepakbola dengan nama dan identitas yang dibuat sendiri sesuai kehendak pemilik baru, tentu menjadi sebuah kebanggaan.

Terakhir, mari menjadi penonton untuk drama-drama berikutnya. Yang jelas, yang patut disyukuri adalah kepastian akan bergulirnya kompetisi dalam waktu dekat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline