Lihat ke Halaman Asli

Pengaturan Skor di Final Piala Kemerdekaan

Diperbarui: 14 September 2015   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pengaturan skor di Final Piala Kemerdekaan sengaja saya jadikan judul artikel ini setelah membaca sebuah artikel yang menyoroti tentang PASSION di kanal ini. Di artikel itu, penulisnya menyebut pengaturan skor menjadi alasan utama tim-tim besar kehilangan gairah bermainnya selama ini, termasuk PSMS Medan yang baru saja meraih gelar piala kemerdekaan. Tidak ada yang salah, pengaturan skor/pertandingan memang berdampak sangat buruk ke permainan di lapangan jika memang benar telah terjadi dalam sebuah pertandingan. Namun, jika itu hanya dugaan saja apalagi hanya sebatas tuduhan tanpa bukti, itu gila namanya.

Entah si penulis sudah lupa atau hanya pura-pura lupa, PASSION yang beliau sebut hilang di artikel itu terjadi setelah Djohar Arifin terpilih sebagai Ketum PSSI di tahun 2012 lalu. Pada saat itu, PSSI membentuk kompetisi baru diluar Indonesia Super League (ISL) dengan menambahkan beberapa klub yang mendapat promosi gratis, PSSI menyebutnya sebagai "tim degradasi terbaik, kota sepakbola dan lain sebagainya", otomatis tim-tim yang saat itu berlaga di kompetisi tertinggi tidak terima. Mereka beranggapan, jika ingin berlaga di kompetisi tertinggi, klub harus "merangkak dan berdarah-darah" terlebih dahulu dari bawah, baru bisa berkompetisi di level tertinggi. Selain itu, pembagian saham LPIS (regulator kompetisi) antara PSSI dan klub sama sekali tidak manusiawi, yakni klub hanya memperoleh 1% dari keuntungan setiap musimnya. Oleh karena tim-tim ISL ogah bergabung ke kompetisi bentukan PSSI yang baru dan tetap dibawah naungan PT.Liga Indonesia. Karena kengototan PSSI pada saat itu, entah siapa yang memulai, tim-tim besar seperti PSMS Medan, Persebaya Surabaya, Arema Indonesia dan Persija Jakarta dikloning dan bertanding di kompetisi bentukan Djohar Arifin CS pada saat itu. Nah, inilah yang dilupakan penulis artikel tersebut, dengan menyebut pengaturan skor/pertandingan yang sebenarnya tidak terbukti itulah yang menyebabkan tim-tim tersebut kehilangan PASSION-nya.

Upss jadi lupa dengan Piala Kemerdekaan Hehe...

Tidak ada yang aneh dengan kemenangan PSMS Medan atas Persinga Ngawi tadi malam. Bahkan, hal ini memang sudah saya prediksi sebelumnya jika Persinga memang tidak ada apa-apanya dibanding PSMS Medan. Yang aneh adalah, yang menganggap pertandingan hebat tadi bisa hebat seperti itu karena pertandingan tersebut tidak disetting/diatur, melainkan karena inilah sepakbola Indonesia sebenar sebelum terjadinya dualisme di tahun 2012 lalu. Terlebih jika ada yang menganggap PSMS Medan sehebat itu karena bermain di turnamen yang dipelopori Pemerintah, omegad...itu salah besar. 

Lantas, kenapa selama ini PSMS seolah hidup segan mati tak mau, mau tidak mau saya harus mengatakan itu karena PSSI yang melabeli dirinya revolusioner di tahun 2012 yang berdampak dualisme klub. Lalu, kenapa PSMS bisa kembali seperti sediakala di seperti saat menjadi runner up ISL 2007 silam? Ini karena saat ini memang dihidupkan oleh orang-orang yang memang nyetel dengan ciri khas PSMS Medan, tidak ada hubungannya sama sekali dengan Pemerintah. Saat ini, mayoritas pemain-pemain PSMS adalah anak-anak Medan asli, ditambah lagi PSMS dipegang oleh seorang petinggi TNI dari Bukit Barisan, apa gak hebat tuh? Hehe...

Dalam artikel PASSION yang saya sebut diatas juga tersirat sebuah argumen jika Piala Kemerdekaan jauh lebih baik dari Piala Presiden. Saya tahu kenapa penulis beranggapan demikian, anggapan tersebut muncul karena Piala Presiden memang diisi oleh tim-tim ISL yang jika diibaratkan dengan penulis dengan klub ISL, ibatat Kucing dan Tikus. Padahal, siapapun tahu jika kasta klub-klub ISL satu tingkat diatas tim-tim dari divisi utama, yang artinya klub ISL lebih berbobot dari tim-tim asal divisi utama. Dalam hal ini, penulis saya yakin tidak berbohong, sebab jika hati memang sudah di penuhi kebencian, terkadang otak memang susah diajak berpikiran positif Hehehe..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline