Menonton Sepak Bola harusnya menyenangkan bukan menakutkan. . . .
Sepak bola indonesia kembali berduka, ratusan orang kehilangan nyawa dan puluhan orang tua yang sedih karena anak mereka yang harus jadi korban. Siapa yang bisa disalahkan, Panitia pelaksana, Ketua PSSI atau Aparata keamanan? Semua bungkam, semua berdalih seolah itu adalah kecelakan biasa yang biasa dimana banyak ratusan nyawa yang hilang.
Semua orang mulai saling menyalahkan satu dengan yang lainnya, ada yang berasumsi bahwa aparat keamanan yang salah, ada yang berasumsi penonton yang anarkis, dan ada banyak lagi asumsi yang beredar diluar sana.
Terlepas dari semua asumsi yang sedang beredar diluar sana, ada hati orang tua yang hancur dikala anaknya yang menjadi salah satu dari sekian banyakanya korban, entah mau menyalahkan siapa, entah harus mengadu kemana pikir orang tua? Mereka hanya bersedih, mereka hanya bisa menangis.
Dalam benak orang tua sekarang yang ada hanya kesedihan dan bahkan ini akan menjadi sebuah kengerian untuk kedepannya, dimana sepak bola harusnya menjadi tontonan yang menggembirakan ini justru malah menjadi mengerikan.
"Bu . .Pak, Aku pamit menonton petandingan sepakbola di stadion ya", dan orang tua pun mejawab dengan lantang " TIDAK boleh, nanti jika terjadi keributan seperti kejadian kemarin bagaimana "
Dan pada akhirnya ketakutan kedua orang tua tidak terelakkan, karena dengan kejadian seperti ini membuat semua orang tua takut dan enggan memberikan izin untuk anaknya pergi menonton pertandingan sepakbola di stadion.
Andai saja penonton tidak turun kelapangan, andai aparat keamanan yang mengamankan tidak terprovokasi oleh penonton, mungkin tidak akan terjadi hal yang mengerikan seperti kejadian yang baru saja kita semua dengar di media atau portal berita.u
Mari berbenah, menjadi suporter harus bisa berlapang dada jika tim kebanggan kalah. .
Mari berbenah, pihak keamanan yang tidak mudah terprovokasi dan bisa benar-benar menjaga keamanan . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H