Lihat ke Halaman Asli

Geutrida Malthida

Mother of 3 cats. SJ . 嵐 . Visca el Barca.

"The Revenant", Cinta untuk Leo

Diperbarui: 5 Februari 2016   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Alhamdulillah, mas Leo masih ganteng (www.telegraph.co.uk)"][/caption]Leo yang saya maksud dijudul bukan Leo yang baru saja memenangkan Ballon d’Or dan dua hari yang lalu mencetak hattrick ya. Ini Leo yang satunya lagi.......

______
Banyak yang bilang kalau bulan Februari adalah bulan penuh cinta. Mungkin ada benarnya juga. Karena saya mendapat begitu banyak kebahagiaan memasuki awal bulan ini.

Setelah kemarin Barca sukses mencukur Valencia 7-0 di Semi Final Copa del Rey dan memastikan satu kakinya ke final, saya kembali dibuat merinding sekaligus menganga berkat penampilan seorang Leonardo Di Caprio di The Revenant. Film yang sukses menyabet 3 gelar Golden Globe (Best Motion Picture-Drama, Best Performance by an Actor in a Motion Picture-Drama, dan Best Director, Motion Picture) dan masuk 12 nominasi Oscar. Iya, dua belas.

Film yang disutradarai oleh Alejandro Gonzales Inarritu ini berkisah tentang Hugh Glass (Leo), yang bersama rekan-rekannya menjelajah alam liar di luar Amerika untuk berburu kulit hewan. Bersama Hawk (Goodluck), anaknya yang blasteran Indian, Glass pun menjadi penunjuk jalan untuk kembali ke koloni karena mereka diserang oleh suku Ree.

Dalam perjalanan pulang dan sedang beristirahat di tengah hutan, Glass diserang oleh seekor beruang Grizzly hingga terluka parah. Fitzgerald (Tom Hardy) yang sejak awal selalu menentang ide Glass, berama Bridger (Poulter) menawarkan diri  untuk menjaga Glass hingga Glass meninggal dan mendapatkan pemakaman yang layak. Begitupun dengan Hawk yang senantiasa menemani sang Ayah.

Hingga dua hari kemudian, terjadi sesuatu yang membuat Glass sangat murka dan memburu Fitzgerald...........

[caption caption="Emak beruangnya juga layak dapat Oscar! (www.news.com.au)"]

[/caption]Ada jeritan, tangisan....hingga kekuatan

Tidak ada rasa kantuk sedikitpun saat saya duduk di kursi merah selama 2,5 jam. Sejak awal, Inarritu sudah membuat saya seakan terjun dan terhanyut dengan film ini. Aksi suku Indian yang menyerbu Glass dan rekan-rekannya dipinggir sungai, jelas membuat adrenalin saya terpacu. Andai saya ada di sana, andai saya yang terkena tusukan panah mereka....

Lalu kita akan berlanjut ke scene cabik-mencabik yang dialami Glass seorang diri. Iya, peratarungan Glass dengan si induk beruang mampu mengoyak batin siapapun yang menonton. Inarritu membuatnya begitu nyata. Adegan yang keras tapi manis, brutal namun realistis.

Tak selamanya brutal, The Revenant juga menampilkan momen surelais dimana Glass menerawang jauh bersama istrinya yang sudah meninggal dan Hawk dimasa kecil. Kejadian yang memilukan namun sanggup menghangatkan hati saya.

Sebentar, saya sedang menghitung berapa jempol yang harus saya berikan untuk departemen make-up, music scoring dan juga cinematography. Itu karena ketiganya begitu menyatu dan solid membangun mood saya disepanjang film. Dinginnya salju di pegunungan dan air sungai, hangatnya perapian dikesunyian malam, hingga buasnya hewan sebagai penanda penguasa hutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline