Lihat ke Halaman Asli

Geutrida Malthida

Mother of 3 cats. SJ . 嵐 . Visca el Barca.

Jangan Menangis, Iker...

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

San Iker yang terluka (wpmedia.o.canada.com)

[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="(wpmedia.o.canada.com)"][/caption] “La Decima sangatlah penting, dan itu lebih penting dari Piala Dunia.” -Iker Casillas, setelah Real Madrid memenangi gelar Liga Champions 2013/2014- ____ Ucapan adalah doa. Setidaknya begitulah nasihat yang saya dapatkan dari kedua orang tua saya sejak dulu. Dan subuh tadi, sebuah doa yang mungkin tanpa sengaja terlontar dari mulut kiper kebanggan negeri matador menjadi kenyataan. Ya, San Iker mungkin tidak akan pernah menyangka bahwa doanya benar-benar manjur di Maracana. Ah, mari kita belajar realistis kawan….ini bukan tentang doa semata. La Furia Roja memang datang ke Brasil dengan status juara bertahan. Selama kurang lebih enam tahun menguasai dunia dengan keindahan tiki-taka nya yang tak terbendung, mereka menjadi salah satu kandidat terkuat untuk kembali mengangkat trophy paling bergengsi dalam sejarah persepakbolaan. Namun, impian indah itu sirna hanya dalam hitungan hari. Adalah Belanda dan Chile yang menjadi pelaku utamanya, yang memaksa anak asuh Vicente del Bosque untuk meninggalkan pesta lebih awal. Tidak tanggung-tanggung, 7 gol bersarang di gawang Iker Casillas yang selama ini dianggap angker oleh banyak lawan. Ya, mungkin musuh terbesar publik Spanyol saat ini adalah Eduardo Vargas. Pemain Chile bernomor punggung sebelas inilah yang sudah merontokkan semangat juang Iniesta dkk ketika gol jarak dekatnya berhasil bersarang di gawang Casillas di menit ke-20. Dan ketika Aranguiz mampu memanfaatkan bola rebound dari Alexis sehingga membuat Casillas memungut bola untuk yang kedua kalinya, saat itu jugalah pertandingan sudah berakhir. Sang kapten hanya dapat menahan tangisnya. Seluruh dunia seakan tertawa menyaksikan sang banteng yang sudah tak sanggup lagi bertarung… Dan seribu satu alasan pun menghujam atas kekalahan pahit yang didapatkan oleh Spanyol. Dimulai dari kutukan juara bertahan yang sulit untuk kembali juara (ingat apa yang terjadi di PD 2002 dan 2010?), formula tiki-taka yang sudah usang, tidak siapnya mental para jugador datang ke Brasil, kondisi fisik pemain yang sudah tidak selincah 4 bahkan 6 tahun yang lalu, hingga tentu saja...ucapan sang kapten yang “lebih mencintai” si kuping lebar dibandingkan Nike, dewi Yunani. Apapun alasannya, inilah sepakbola. Kekalahan dan kemenangan hanyalah hasil akhir yang harus diterima, betapapun itu sangat menyakitkan. Dan apa yang sudah menimpa pasukan La Roja, mengingatkan saya akan ucapan seorang kawan tadi malam saat kami berbincang santai tentang sepakbola sebelum laga hidup mati antara Spanyol dan Chile dimulai.... “Kualitas itu nisbi, kan?” ____ Selamat kepada Belanda dan Chile yang sudah mengamankan tiket ke babak 16 besar...dan semoga jagoan saya bisa menyusul (amin). Salam respect untuk semua. Vamos Albiceleste…como sale hoy…!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline