Jumat lalu saya mendapat pesan melalui aplikasi WhatsApp dari guru anak saya yang baru masuk SMP beliau berpesan agar anak saya memperbaiki tulisan tangannya. Tidak begitu lama kemudian saya periksa buku tulisnya dan memang harus diperbaiki karena tulisan tangannya berantakan dan hampir menggunakan huruf kapital semua. Akhirnya saya meluangkan waktu mengajari bagaimana menulis tangan yang baik.
Dalam era perubahan digital yang cepat, kita perlu memberikan prioritas pada pendidikan yang mengandalkan sumber-sumber cetak seperti buku dan mendorong pengembangan keterampilan menulis tangan pada siswa. Terkadang, metode tradisional ini dianggap ketinggalan zaman oleh beberapa individu, tetapi nyatanya, menulis tangan memiliki potensi untuk meningkatkan kemampuan literasi manusia modern saat ini.
Para pendidik harus memberikan penekanan supaya siswa terbiasa menulis tangan sesuai dengan cara penulisan yang baik dan benar. Karena menulis dengan tangan merupakan bagian dari keterampilan dasar yang harus dimiliki para siswa. Karena selama pandemic Covid 19 mempengaruhi sistem pendidikan diantaranya pembelajaran daring berbasis layar. Mungkin pandemi virus Corona berkontribusi terhadap beberapa kesulitan dalam proses belajar.
Saya pernah merasakan bagaimana belajar menulis tulisan sambung menjadi mata pelajaran wajib disekolah dulu dan memiliki sentuhan secara personal.
Mungkin sekarang sudah tidak berlaku lagi dan akan hilang sentuhan personal tersebut. Dalam lingkungan kerja, banyak teks harus dibuat menggunakan komputer, sehingga kemampuan mengetik yang lancar menjadi sangat penting dan tulisan tangan yang kurang jelas seringkali sulit untuk dibaca hal ini mungkin yang menjadi berkurang nya penggunaan tulisan tangan.
Ketika kita sekolah dasar salah satu konsep awal yang kita pelajari adalah cara menghasilkan abjad, menggunakan huruf besar dan huruf kecil, serta kemudian membentuk kata, kalimat, paragraf, dan esai dengan menggunakan tangan. Beberapa di antara kita mungkin pernah mengikuti kelas menulis indah agar tulisan kita menjadi rapi dan mudah dibaca.
Menurut William Klemm profesor senior Ilmu Saraf di Texas A&M University dalam artikel nya di psychologytoday.com mengatakan bahawa para ilmuwan menemukan bahwa belajar menulis kursif adalah alat penting untuk perkembangan kognitif, terutama dalam melatih otak untuk belajar " functional specialization" yaitu kemampuan untuk efisiensi yang optimal.
Dalam kasus belajar menulis kursif, otak mengembangkan spesialisasi fungsional yang mengintegrasikan sensasi, kendali gerakan, dan pemikiran. Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa beberapa area otak aktif selama pembelajaran menulis kursif pseudo-letter, dibandingkan dengan mengetik atau hanya latihan visual.
Menulis kursif adalah metode penulisan tangan di mana huruf-huruf disambungkan satu sama lain untuk membentuk aliran tulisan yang terus menerus. Dalam menulis kursif, karakter-karakter ini sering memiliki bentuk yang lebih melengkung dan alami daripada dalam penulisan cetak atau tebal. Gaya penulisan ini biasanya memerlukan keahlian khusus dalam menggunakan pena atau pensil untuk menghasilkan tulisan yang mudah dibaca dan memiliki estetika yang menarik.
Sedangkan pseudo-letter adalah suatu tanda atau lambang yang mempunyai ciri-ciri suatu huruf tetapi tidak termasuk dalam abjad apa pun. Pseudo-letter digunakan dalam penelitian kognitif atau eksperimen ilmiah untuk menguji berbagai aspek pengenalan karakter, pemrosesan visual, atau aspek kognitif lainnya dalam konteks karakter yang tidak familiar atau terkait dengan bahasa yang dikenal.
Terdapat keuntungan jangka panjang dalam pengembangan keterampilan berpikir yang diperlukan untuk membaca dan menulis. Untuk menghasilkan tulisan kursif yang terbaca dengan baik, diperlukan kendali motorik halus pada ujung jari. Dalam belajar menulis dengan tangan, dapat belajar dan mengingat ukuran yang sesuai, kemiringan bentuk global, dan detail karakteristik dari setiap huruf.