Menurut Edward Lorenz, yang menciptakan istilah "butterfly effect" yang mengacu pada gagasan bahwa dalam sistem yang sangat peka seperti sistem cuaca, bahkan perubahan kecil dalam kondisi awal dapat memiliki dampak yang besar pada hasil akhir sistem tersebut. Lorenz memberikan contoh bahwa ketika sayap kupu-kupu dikibaskan di Brasil, hal tersebut dapat memicu serangkaian perubahan kecil dalam atmosfer yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pembentukan atau ketidakstabilan badai di lokasi lain di dunia. Ia berpendapat bahwa gerakan sayap kupu-kupu tersebut dapat menjadi faktor pemicu yang memicu serangkaian reaksi yang menyebabkan hasil yang sangat berbeda secara keseluruhan.
Contoh butterfly effect terjadi ketika seorang guru muda memilih untuk mengakhiri pekerjaannya sebagai pegawai negeri sipil karena menolak untuk mencabut laporan dugaan praktik pungutan liar (pungli). Ia kemudian melaporkan kejadian tersebut secara anonim melalui situs pengaduan. Unggahan tersebut di media sosial menjadi topik pembicaraan dan memunculkan berbagai macam reaksi dari orang-orang terhadap kasus tersebut.
Para netizen menyeruak berpartisipasi dalam ruang publik virtual serta terlibat dengan isu-isu dan berbagai peristiwa. Mereka dapat berbagi informasi, berkomunikasi, berdiskusi, dan berkontribusi dalam berbagai topik dan isu yang relevan dengan komunitas online mereka.
Netizen memiliki potensi besar dalam untuk menciptakan, mendukung, dan memperkuat masyarakat yang terbuka dan demokratis. Dalam situasi di mana sebuah keputusan tidak adil, infrastruktur yang tidak memadai, keterbatasan akses teknologi, kinerja pemangku kebijakan yang tidak baik serta memastikan akuntabilitas dan transparansi pemerintahan. Saat ini, netizen adalah konsumen dan penghasil berita. Jejaring atau media sosial seperti bahan makanan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari oleh mereka. Jejaring dan sosial media membantu mereka mendengar pluralitas independen suara mereka untuk memantau, mengevaluasi dan berkontribusi pada bidang politik, ekonomi, dan sosial kehidupan.
Umpan balik dan diskusi tentang masalah yang sedang viral ini memungkinkan netizen individu untuk menulis dan atau mengomentari isu-isu tersebut karena sulit untuk disalurkan pada media mainstream. Jejaring dan media sosial telah menjadi kekuatan dan alat yang tidak mahal bagi netizen untuk berbagi cerita dan pandangan mereka dan mendorong orang untuk mengomentari suatu isu yang diangkat dalam cerita mereka. Banyak orang telah memilih untuk menggunakan jejaring dan media sosial sebagai cara dalam mengekspresikan diri. Ini juga memungkinkan mereka untuk mengangkat masalah tanpa takut diedit bahkan dipotong oleh editor.
Saat ini, netizen berperan sebagai konsumen dan produsen berita. Jejaring sosial atau media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti makanan pokok yang harus dikonsumsi setiap hari. Melalui jejaring dan media sosial, mereka dapat mendengar beragam suara independen untuk memantau, mengevaluasi, dan memberikan kontribusi dalam bidang politik, ekonomi, dan kehidupan sosial.
Melalui umpan balik dan diskusi mengenai isu-isu yang sedang viral, netizen dapat menulis atau mengomentari isu-isu tersebut yang sulit disalurkan melalui media mainstream. Jejaring sosial dan media sosial telah menjadi kekuatan dan alat yang terjangkau bagi netizen untuk berbagi cerita dan pandangan mereka, serta mendorong orang lain untuk memberikan komentar pada isu-isu yang mereka angkat dalam cerita mereka. Banyak orang memilih menggunakan jejaring dan media sosial sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Hal ini juga memungkinkan mereka untuk mengangkat masalah tanpa takut "dipotong" oleh editor. Partisipasi netizen bertujuan untuk memberikan komentar, informasi, dan bahkan keluhan mereka karena seringkali program-program media mainstream terpengaruh oleh pemerintah dan sponsor dari kalangan elit. Semakin banyak netizen memberikan tanggapan dan komentar, semakin viral sebuah berita atau isu tersebut, dengan keyakinan bahwa harus dijadikan viral terlebih dahulu agar dapat didengar dan dipertimbangkan oleh pemangku kebijakan dan aparat penegak hukum.
Mengambil pelajaran dari pengalaman di mana kasus seorang anak pejabat pajak yang melakukan flexing dan kasus penganiayaan akhirnya melibatkan orangtuanya, Inspektorat Jenderal (Irjen) telah memerintahkan pemeriksaan terhadap asal usul kekayaan yang diperoleh oleh keluarga tersebut atas perintah dari Kementerian Keuangan. Seperti kasus guru muda tersebut diatas yang mendapatkan perhatian masyarakat luas bahkan pemangku kebijakan untuk menyelesaikan masalah dugaan pungli yang dilakukan oleh oknum kepala BKPSDM. Akibat kehebohan tersebut, banyak orang justru tertarik untuk mencari informasi mengenai kekayaan oknum Kepala BKPSDM.
Dalam analisis sosial, istilah " butterfly effect" " mengacu pada ide bahwa perubahan kecil dalam sistem sosial atau tindakan individu dapat memiliki dampak penting dan menyebar melalui jaringan sosial yang kompleks. Ini menggambarkan bagaimana tindakan atau peristiwa kecil seseorang dapat memicu serangkaian perubahan dan efek domino yang pada akhirnya mempengaruhi hasil akhir dari suatu sistem sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H