Lihat ke Halaman Asli

Iden Ridwan

Mahasiswa

The Death Of Expertise dan Gerakan Kampus: Sebuah Kritik Terhadap Tuduhan Partisan dari Istana

Diperbarui: 8 Februari 2024   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas.com/Dinda Aulia Ramadhanty

Esai ini bertujuan untuk mengkritik tuduhan partisan yang dilontarkan oleh pihak istana terhadap gerakan kampus yang menuntut perubahan politik dan sosial di Indonesia. Tuduhan tersebut didasarkan pada asumsi bahwa gerakan kampus adalah sebuah bentuk penolakan terhadap pengetahuan dan keahlian yang dimiliki oleh para elit politik dan birokrat yang berkuasa. 

Esai ini juga bertujuan untuk menekankan bahwa sikap istana yang enggan menerima pendapat para ahli menyebabkan matinya kepakaran lebih dirasakan pada masyarakat. Esai ini akan menggunakan konsep "the death of expertise" yang dipopulerkan oleh Tom Nichols, seorang profesor urusan keamanan nasional di AS, sebagai kerangka analisis untuk menunjukkan bahwa tuduhan istana adalah sebuah bentuk ketidakpedulian dan ketidakpercayaan terhadap para ahli, yang seharusnya dihargai dan didengarkan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pembangunan.

Pertama, saya akan menjelaskan tentang konsep "the death of expertise" yang dikemukakan oleh Nichols. Menurut Nichols, "the death of expertise" adalah sebuah fenomena sosial dan politik yang ditandai oleh penurunan rasa hormat dan kepercayaan publik terhadap para ahli dan pengetahuan yang mapan di berbagai bidang ilmu dan profesi. 

Nichols mengklaim bahwa fenomena ini disebabkan oleh faktor-faktor seperti kemajuan teknologi, keterbukaan informasi, kesenjangan pendidikan, polarisasi ideologi, dan kesombongan diri, yang membuat orang-orang merasa lebih pintar dan lebih berhak daripada para ahli. 

Nichols menilai bahwa fenomena ini adalah sebuah ancaman bagi demokrasi dan kesejahteraan masyarakat, karena menghambat dialog dan kerjasama yang rasional dan bertanggung jawab antara para ahli dan publik. Nichols juga mengkritik para ahli yang tidak mampu menjaga otoritas dan kredibilitas mereka, dengan cara tidak komunikatif, tidak transparan, tidak akuntabel, dan tidak etis. Nichols menyarankan agar para ahli harus lebih bersikap rendah hati, terbuka, dan peduli terhadap publik, sementara publik harus lebih bersikap hormat, mau belajar, dan kritis terhadap informasi yang mereka terima.

Kedua, saya akan membahas tentang gerakan kampus di Indonesia, yang merupakan sebuah fenomena sosial dan politik yang melibatkan partisipasi aktif para mahasiswa dan dosen dalam menyoroti dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh bangsa dan negara. 

Gerakan kampus memiliki sejarah panjang dan penting dalam perjuangan demokrasi dan kemerdekaan di Indonesia, mulai dari era kolonial, orde lama, orde baru, hingga reformasi. Gerakan kampus juga memiliki kontribusi besar dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat, dengan menghasilkan berbagai karya ilmiah, seni, dan budaya yang bermutu dan bermanfaat.

Gerakan kampus di Indonesia kini dianggap sebagai musuh bukan lagi teman diskusi seperti yang seharusnya. Gerakan kampus merupakan sebuah bentuk kritik terhadap penyalahgunaan dan penyelewengan kekuasaan oleh para elit politik dan birokrat yang mengatasnamakan kepentingan rakyat. 

Gerakan kampus juga bukanlah sebuah bentuk penyebaran informasi palsu, penolakan terhadap fakta ilmiah, dan sikap arogan dan tidak hormat terhadap para elit, melainkan sebuah bentuk penyebaran informasi alternatif, pengakuan terhadap fakta sosial, dan sikap berani dan bertanggung jawab terhadap para pemangku kepentingan. Gerakan kampus memiliki landasan argumentasi dan bukti yang kuat untuk mendukung tuntutan mereka, yang bersumber dari berbagai disiplin ilmu, metode penelitian, dan data empiris.

Ketiga, saya akan membahas tentang tuduhan partisan yang dilontarkan oleh pihak istana terhadap gerakan kampus. Tuduhan tersebut adalah bahwa gerakan kampus adalah sebuah bentuk intervensi politik yang bertujuan untuk menjatuhkan marwah pemerintahan yang sah dan demokratis, dengan cara memanfaatkan isu-isu sensitif. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline