Lihat ke Halaman Asli

Idei Khurnia Swasti

a Life Learner - Psikolog Klinis

"I'm Okay" sebagai Jawaban Standar?

Diperbarui: 1 Februari 2022   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Elena Mozhvilo on Unsplash   

Hayooo... Siapa yang sering banget ngejawab kayak gini kalau ditanyain... "kamu kenapa?" atau "ada apa?" 

Atau dalam kata lain, bisa jadi seringnya bilang, "ga papa" atau "ga ada apa-apa" padahal sebenarnya ada sesuatu (dan sesuatu ini berat!).

Iya. Ada sesuatu.
Lha tapi kok justru bilang yang sebaliknya?
Hmmm... terjadi semacam 'sabotase otak' nih. 

Kok bisa?

Pada saat kita sedang berhadapan dengan banyak hal yang harus dikerjakan atau dipikirkan, maka otak akan sangat sibuk melakukan upaya pertahanan diri dan berusaha tetep selaras dengan realita/kenyataan. 

Dalam teori Struktur Kepribadian Freudian, Ego sih yang punya peran ini dan Ego menggunakan otak -fungsi kognitif- untuk menjalankan peran reality testing-nya ini.

Dari sudut pandang psikoanalitiknya, Freud menganggap Ego berasal dari Id primitif, atau kekuatan instingtual, untuk menjadi bagian dari pikiran yang berasumsi pada fungsi persepsi dan kontrol eksekutif. 

Ego akan mencari cara yang dilakukan untuk memuaskan tuntutan Id dan menjaga agar semuanya 'mandali', tidak menyalahi aturan serta pastinya tidak memunculkan perasaan bersalah sebagaimana harapan Superego. Singkat kata, Ego mengupayakan agar kita tetap waras :) 

Kekuatan Ego (Ego strength)  ditempatkan pada Ego atau 'Diri' yang tumbuh berkelanjutan,  atau 'Diri' menjadi diperkuat melalui kesediannya berhadapan dengan realita. Disebut "inner strength" adalah keadaan ego yang bebas konflik -yang mana kondisi ini sulit banget dicapai dalam waktu lama, karena merupakan perjuangan terus menerus. Yaitu, memenuhi tuntutan Id dengan pleasure principle-nya dan di saat yang sama, mewujudkan harapan Superego dengan moral principle-nya.

Kalau kesulitan menyelami Ego, peran psikoterapis/psikolog barangkali sudah diperlukan sebagai pemandu melalui penggunaan Ego-Strengthening Scripts (McNeal & Frederick, 1993).

Kemudian, identitas pun terbentuk salah satunya dari pemahaman dialog-dialog internal di dalam diri lho, ternyata!

Pada usia remaja menuju dewasa awal  (emerging adulthood), berdasarkan kerangka pemahaman resiliensi, Masten (2014) menyebutkan bahwa pengembangan identitas diri dianggap sebagai faktor pelindung dan sumber daya, terkait dengan penyesuaian optimal dan kesejahteraan fungsional. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline