Lihat ke Halaman Asli

Four Country for Europe Trip - UNESCO's World Cultural Heritage Trip

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Event: International Student Week in Ilmenau (ISWI), 13-22 May 2011, Ilmenau University, Ilmenau City, Germany.

Duration: 17 days from 13 - 29 May 2011 for Germany ( Eisenach, Ilmenau, Weimar, Munchen, Frankfurt), Hungary (Budapest), Austria (Vienna, Graz, Salzburg), Slovenia (Maribor).

Penerbangan 16 jam menuju Rhein-Main International AirportFrankfurt membuat saya cukup letih. Dari Frankfurt saya langsung menuju ke Ilmenau, memakan waktu sekitar hampir empat jam dan tiket kereta seharga 60 euro untuk sampai di Ilmenau. Namun karena terlalu larut malam, saya memutuskan singgah di kota Eisenach yang kemudian menjadi kota kedua saya di Jerman setelah Frankfurt.

Eisenach merupakan salah satu kota di Jerman bagian Thuringen (tengah), kota-kota yang lain yaitu: Weimar, Erfurt, Ilmenau, dll. Thuringen merupakan permata sejarah dimana keindahan alam dan budaya disini masih benar – benar terjaga. Saya tidak sempat mengitari kota ini, karena keesokan paginya saya harus segera melanjutkan perjalanan ke Ilmenau.

Selama perjalanan ke Ilmenau, saya melihat hamparan bukit dandelion yang tidak bisa saya temukan di Indonesia. Sampai di Ilmenau, sepi. Penduduknya tergolong ramah apabila dibandingkan dengan penduduk Eropa lain. Ketika berkesempatan makan siang di luar kampus, saya bertemu mahasiswa Indonesia. Diajak berputar-putar, saya melihat sebuah kota mati di jam kerja, seperti tidak berpenghuni, sedikit kendaraan, mahasiswa kebanyakan pergi ke kampus mengendarai sepeda. Lima puluh persen kota itu adalah Universitas Ilmenau, hampir menyerupai kampus saya di Jatinangor - Sumedang. Menurut informasi yang saya terima dari teman-teman Jerman saya, Universitas Ilmenau merupakan universitas teknik terbaik ke-2 di Jerman. Di kota ini saya hanya melihat Rathaus dan stasiun kereta tua karena kota ini memang bukan kota wisata melainkan kota pendidikan.

Saya mendapat kesempatan mengunjungi kota Weimar, konon katanya kota ini adalah kota favorit Goethe, seorang sejarahwan Eropa. Saya mengunjungiThuringen Forest, Goethe House, Schiller House, Weimar Palace, Wittum Palace: Princesse Ann Amalia Library , Ilm Garden, Belvedere Garden Palace,  EttersburgGarden Palace, Tiefurt Palace, dll. Terasa sekali nuansa klasik di kota ini, maka tak heran jika hampir seluruh bagian kota masuk ke dalam daftar cagar budaya UNESCO.

Erfurt merupakan ibu kota di bagian Thuringen yang saat ini sedang berkembang pesat di Jerman dan juga menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Jerman bagian tengah, menjadi salah satu kota kunjungan saya.

Benar – benar tidak ada alasan untuk tidak berkunjung di Thuringen. Disini, para wisatawan dapat memilih, menjelajahi desa-desa terpencil yang masih menjaga tradisi, mengeksplorasi puri istana menakjubkan sampai hotel – hotel mewah sekalipun, atau menemukan keunikan kota-kota tua dengan budayanya masing-masing.

Munchen adalah kota terakhir dari perjalanan wisata saya di Jerman. Sebuah kesan akhir yang luar biasa yang diberikan kota ini. Kali ini saya bermain ke bagian tenggara Jerman atau biasa disebut Bayern. Nah, Munchen adalah ibu kota Bayern. Banyak objek – objek menarik yang bisa ditemukan disana, wajar saja karena memang Munchen adalah kota terpopuler wisatawan yang berkunjung ke Jerman.Munchen atau Munich, mendatangkan pengunjung dari seluruh bagian dunia karena kita dapat menikmati pesona kosmopolitan yang kaya tradisi. Sentuhan alpen dan mediteran, keindahan seni, tradisi lama dan teknologi modern, taman bir dan restoran mewah, opera serta kelab-kelab malam. Atraksi wisata kota ini termasukLiebfrauenkirche, Marienplatz, Modern Art Gallery Pinakothek, Residenzpalast, Nymphenburg Palace, Deutsche Museum, Olympia Stadion, dan masih banyak lagi. Oia saya juga bertemu dengan sebuah grup musik jalanan bernama "Balkon", bukan sembarang grup musik jalanan mereka sudah memiliki album dan menyuguhkan musik yang berkualitas.

Perjalanan berikutnya adalah negara yang pernah menjadi bagian Jerman modern, yaitu Hungaria dan Austria. Dari Frankfurt (Main) Hauptbahnhof ke Budapest-Keleti pu menghabiskan waktu sekitar 14,5 jam menggunakan ICE (kereta cepat). Dijemput oleh seorang kawan bernama Ester. Ester adalah penduduk asli hungaria yang pernah studi di Indonesia. Atmosfer yang berbeda yang saya dapatkan disini, Budapest itu perpaduan anatara bangunan modern dan bangunan klasik, berbeda dengan jerman yang modern. Kota tua dan iklimnya sedikit lebih panas. Menginap di apartemen yang terlihat tua dibagia luar namun cukup modern di bagian dalam tempat Ester tinggal. Kota ini terlihat sangat menarik dengan bangunan- bangunan historisnya. Banyak sekali tempat yang saya kunjungi di Budapest, antara lain:

Kozponti Vasarcsarnok, sebuah pasar tradisional yang juga menjual souvenir. Dibuka setiap hari Senin – Sabtu.

  • Lanchid (jembatan rantai). Jembatan ini adalah objek yang paling terkenal di Budapest. Sangat cantik kalau dilihat pada malam hari berkat lampu – lampu yang menghiasi jembatan tersebut. Nah jembatan ini lah yang menghubungkan kota Buda (barat) dan Pest (timur). Konon katanya dahulu kedua kota ini belum menjadi satu seperti sekarang. Terdapat sungai yang sangat besar dibawah jembatan ini, dikenal dengan sebutan Donau.

  • Tidak jauh dari Lanchid, terdapat sebuah bukit yang dinakamakan Citadella (benteng). Dari atas bukit ini kita dapat melihat ke arah kota Buda dan Pest. Disini juga terdapat patung peringatan St. Gellert yang menghadap ke arah kota.
  • Orszaghaz (Parlement), bangunan ini merupakan salah satu lambang dari ibu kota Hungaria. Sayang saya tidak sempat berkunjung ke dalamnya, namun informasi yang saya dapat yaitu bangunan ini dapat dikunjungi setiap hari tanpa dipungut biaya masuk asal kita menunjukan kartu identitas. Lagi – lagi saya beruntung, tepat di depan gedung tersebut sedang berlangsung pameran fotografi yang cukup menarik.

  • Museum Nasional Hungaria. Free entry, tapi sayang tidak diperbolehkan mengambil satupun gambar di dalam. Secara keseluruhan isi dari dari museum ini menceritakan tentang kerajaan Hungaria pada jaman dahulu kala. Dari mulai perkakas, lukisan, hingga baju tradisional bangsawan Hungaria dipajang di museum ini. Beruntungnya saya, karena tepat pada hari itu ada sebuah konser musik dan pameran di depan museum yang menarik untuk ditonton.

  • Saint Stephen's Basilica adalah sebuha gereja katolik roma yang dibangun untuk menghormati mendiang King Saint Stephen, pendiri Hungaria.

  • Hosok tere (Heroes’ Square) merupakan alun – alun paling berpengaruh di kota ini. Kaya akan sejarah politik dengan patung – patung pahlawan diatas kuda – kuda. Terletak di samping taman kota, berdekatan dengan Museum Fine Arts dan Palace of Art. Monumen ini terletak di Andrassy Avenue yang telah dicanngkan menjadi salah satu World Heritage Site.

  • Berjalan – jalan disuatu kota tentu saja akan menjadi kurang lengkap apabilan tidak mampir ke pusat fashion, pusat perbelanjaan di kota ini, Vaci Street. Dari mulai souvenir, restauran, dan toko-toko fashion branded pun ada disini.

  • Vajdahunyad Castle, adalah istana di City Park yang dibangun antara 1896 dan 1908, dirancang oleh Ignac Alpár. Menampilkan kastil dengan gaya arsitektur yang berbeda: Rumawi, Gothic, Renaissance dan Baroque. Sekarang objek wisata ini lebih dikenal dengan Museum Pertanian. Terdapat Patung Anonymus, seorang penulis sejarah pada abad ke-12.Dia menulis buku-buku sejarah pertama di Hungaria kuno, sebagian besar didasarkan pada legenda. Takhayul mengatakan bahwa dengan menyentuh pena patung tersebut, maka anda akan menerima keberuntungan.

Kesulitan yang saya temui saat di Budapest adalah sedikitnya penduduk setempat yang bisa berbahasa Inggris, untung saja saya ditemani Ester yang bisa bahasa Indonesia dan Inggris, jadi saya tidak terlalu cemas akan hal itu. Oh iya sekedar informasi, mata uang Forint yang berlaku disana, untuk 1 euro = 200 Forint. Kota klasik yang cantik ini membuat saya menanamkan niat untuk suatu saat berkunjung menjelajahi bagian Pest kota ini.

Negara ketiga, Austria. Dari Budapest, saya naik kereta cepat ke Wina menggunakan tiket Eurail Pass. Stasiun kereta di Wina mirip seperti Jerman yang modern. Lagi – lagi saya sangat menikmati liburan saya di negara ini. Seperti menemukan apa yang benar – benar saya cari di perjalanan Eropa: choir, opera,dan Schloss (istana) yang pernah saya lihat di film “The Sound of Music” menjadi objek tujuan utama saya. Ketertarikan saya pada dunia paduan suara hingga teater membuat saya excited sampai ke puncak!

Saya menginap di rumah keluarga asuh seorang teman yang sedang au pair*. Bersama teman tersebut keesokan harinya saya memulai perjalanan saya mengobservasi kota ini. Naik tram dan metro menuju jantung kota Wina.

  • Pemandangan yang disuguhkan kepada saya yaitu restaurant “Wien – Bratislava” yang mewah yang terletak dipinggir sungai di tengah kota dan patung “Heilige Maria (Bunda Maria) bitte für uns” diatas jembatan jalan sungai. Saya juga sempat menikmati bermain bersama merpati – merpati liar di sebuah taman, memberi remah – remah roti hingga berkejaran dengan mereka, seperti di film – film asing, belum pernah saya merasakan sebebas itu bercanda dengan segerombolan merpati, rasanya menyenangkan. Dan ini sedikit cerita saya dengan mereka: http://bibirdalamkloset.tumblr.com/post/11995489357/ils-me-manquent-toujours-les-pigeon-wien

  • Gereja St. Charles di Karlsplatz, sebuah gereja Katolik berkubah khas Baroque, menjadi objek pertama saya. Sayang saya tidak sempat melihat interior di dalamnya.

  • Naik U-Bahn (kereta bawah tanah) menuju StephansPlatz dan Saham-im-Eisen-Platz, komplek bangunan-bangunan mewah nan unik  pusat wisata dan perbelanjaan ekslusif. Atmosfir di daerah ini sangatlah ramai pengunjung. Salah satu objek wisata yang sangat menarik yaitu Stephansdom (St. Stephen Cathedral), gereja megah perpaduan antara arsitektur kuno dan modern. Sebagai bangunan keagamaan paling penting di ibukota Austria, katedral ini menjadi saksi peristiwa penting dalam sejarah bangsa dimana memiliki atap genteng multi-warna, giant door, 23 lonceng, 18 altar, lukisan-lukisan, patung-patung, makam, kapel, dsb., menjadi salah satu simbol kota yang paling dikenal. Memiliki menara setinggi 136 meter (445 kaki), sehingga disebut sebagai titik tertinggi dan fitur dominan dari langit Wina .

  • Hofburg Palace, istana  ini telah diperluas selama berabad-abad dengan penambahan berbagai tempat tinggal seperti Amalienburg, kapel: Hofkapelle atau Burgkapelle, Naturhistorisches & Kunsthistorisches Museum, perpustakaan kekaisaran: Hofbibliothek sekarangPrunksaal,perbendaharaan: Schatzkammer, teater nasional: Bergtheater, sekolah berkuda: Hofreitschule, dll. Di area istana ini kita bisa melihat kereta kuda putih kencana lengkap dengan kusir berkostum necis.

  • Masih di distrik yang sama dengan Hofburg Palace, saya mengunjungi Gedung Parlemen Austria di Ringstrass yang bernuansa neo-Yunani. Hampir semua eksterior bangunan ini terbuat dari perunggu. Disekelilingnya banyak patung-patung dewa-dewi Yunani dan juga ada air mancur Athena (Pallas Athene Brunnen) di depannya.

  • Dalam perjalan kembali ke rumah teman, kami sempat melewati Universitas Wina yang merupakan universitas berbahasa jerman tertua di dunia. Universitas ini adalah universitas terbesar di Austria dan salah satu yang terbesar di Eropa.

  • Votivkirche yang diartikan sebagai gereja nazar. Gereja ini merupakan salah satu gereja penting yang ada di Wina dengan nuansa neo-gothic yang sangat cantik terlihat di malam hari. Sama seperti Stephansdom, gereja ini telah mengalami renovasi besar-besaran setelah Perang dunia II.

  • Rathaus (balai kota) sebuah bangunan tempat walikota dan  dewan kota bekerja. Di depannya terdapat sebuah taman besar (Rathauspark) dan di dalamanya terdapan sebuah restoran tradisional bersejarah (Wiener Rathauskeller).

  • Wiener Riesenrad adalah kincir raksasa di pintu masuk taman hiburan di Leopoldstadt. Sebelum hancur karena perang dunia II, kincir ini memilki 30 gondola, namun kini hanya 15 gondola yang digantikan. Sialnya saya lupa memotret kincir ini gggggrrrrrr..
  • Perjalanan saya lanjutkan keesokan harinya dengan mengunjungi objek terkeren diantara objek keren lainnya, yaitu Schloss Schönbrunn. Sejak 1996, istana ini mengisi daftar warisan budaya UNESCO. Terdapat Sebuah kebun yang luas dengan air mancur matahari dan arboretum yang cantik, 32 patung dewa yang disusun berjajar, gloriette, lintasan gigapixel sebagai spot dimana kita bisa melihat kota Wina dari atas bukit setinggi 60 meter, dll.

Schonbrunn merupakan objek wisata terakhir saya di Wina. Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Graz, kota terbesar kedua di Austria. Dari Wina ke Graz saya naik OBB (kereta cepat Austria) menggunakan eurail pass. Masih dengan menginap di rumah keluarga asuh teman saya yang lain.

  • Eksplorasi dimulai dengan menjajahi taman kota (Stadtpark), berlanjut ke Landegzeughaus, gudang senjata terbesar di dunia. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai gudang ini Karena saya tidak sempat masuk untuk melihat-lihat kedalamnya.

  • Jackominiplatz, sebuah komplek bangunan dan perbelanjaan yang ramai baik oleh turis local hingga internasional. Disini saya menemukan toko es krim yang sangat enak dan ramai pengunjung. Suatu kombinasi yang pas di musim spring menuju summer.
  • Kunsthaus (museum seni modern kontemporer). Museum ini memiliki bentuk yang sangat unik di bagian eksteriornya sehingga dijuluki sebagai “Friendly Alien”, karena memang bentuknya seperti pesawat alien. Arsitektur, desain, media, internet, film, dan fotografi bersatu di bawah satu atap.

  • Tak jauh dari Kunsthaus, saya temui Murinsel yang terletak di sungai Mur. Bangunan ini seperti cangkang laut raksasa yang merupakan sebuah ampfiteater berkapasitas 350 orang dengan taman bermain dan kafe di dalamnya.

  • Landhausgedung tempat parlemen negara bagian federal dari Styria beradasebuah istana dalam gaya LombardicIni adalah salah satu contoh arsitektur Renaissance yang paling penting di Austria,dibangun oleh arsitek Italia Domenico dell'Allio antara 1557 -1565.

  • Eggenberg Castle / Schloss Eggenberg / Istana Eggenberg merupakan istana terbesar yang juga menjadi salah satu UNESCO’s World Heritage bergaya Baroque. Dihiasi taman yang indah dengan pemandangan burung merak hijau dan putih yang bebas berkeliaran.  Universalmuseum Joanneum yang merupakan museum tertua di Austria telah mengambil alih pengelolaan istana dan taman. Untuk dapat memasuki istana ini, pengunjung dikenakan biaya, tapi tidak jika menggunakan kulturpass (semacam kartu yang hanya bisa dimiliki oleh penduduk setempat untuk bisa mendapatkan free charge di objek-objek wisata seperti museum, schloss, dll). Uniknya di dalam istana ini ada ruang planetarium yang menampilkan lukisan berupa empat unsur (air, tanah, api, udara), dua belas simbol zodiak dan tujuh planet. Ada juga 24 ruangan yang menceritakan sejarah dan kehidupan Yunani dan mitologi Romawi, adegan agama dari Perjanjian Lama , dan legenda sejarah dari Eropa Barat. Lagi-lagi dilarang mengambil gambar di objek wisata ini.
  • Grazer Schlossberg, sebuah benteng diatas sebuah bukit di pusat kota Graz. Terdapat Uhrturm (menara jam) yang dikenal sebagai ikon kota. Disana juga terdapat kafe dan restaurant table-service dan self-service yang menyuguhkan pemandangan kota tua dari atas bukit, kemudian terdapatSchlossberg Offene Theatre (panggung teater terbuka), Schloßbergbahn Funicular yaitu kereta diatas lereng curam, goa, dan Schlossbergplatz.

  • Rathaus dan Hauptplatz juga menjadi objek kunjungan saya. Sama seperti Rathaus di Wina, tempat ini merupakan sebuah town hall.

  • Tour Austria ini menjadi sangan sempurna ketika saya diundang oleh seorang kenalan untuk menyaksikan paduan suara anaknya di Orpheum. Takjub saya menyaksikan kesyahduan dan keindahan teknik bernyanyi yang ditampilkan sebuah sekolah paduan suara di kota ini. Dan menjadi mengejutkan ketika teman saya menraktir nonton opera di Schausipielhaus Graz, hari itu saya menonton opera Italia yang berjudul “I Capuleti E I Montecchi”. Menakjubkan! Saya tidak bisa barang sedikitpun mengalihkan perhatian dari pertunjukan opera tersebut. Untuk sekedar informasi, harga tiket masuk untuk satu orang dibangku tengah adalah 35 euro sama dengan kurang lebih 455 ribu rupiah. Semakin depan bangku yang dipesan, harganyapun semakin mahal. Dreams came true!

Dari Graz ke Salzburg menghabiskan waktu kurang lebih 2,5 jam menggunakan OBB seharga 23,8 euro. Saya berharap banyak di kota ini, namun sayang hari itu hujan deras sehingga saya hanya sempat mengunjungi beberapa objek wisata saja. Salzburg merupakan kota terbesar keempat di Austria, juga merupakan kota kelahiran Mozart, seorang musisi kenamaan diseluruh dunia.

  • Melewati Getreidegasse (juga dikenal sebagai Grain Lane) yaitu jalan perbelanjaan yang ramai di bagian kota tua Salzburg. Rumah no. 9 Getreidegasse merupakan tempat dimana Wolfgang Amadeus Mozart dilahirkan dan menetap hingga usia tujuh belas tahun. Disini saya membeli Kugle Mozart yaitu cokelat berbentuk not balok yang isinya berupa pistachio, nougat, atau marzipan dilapisi wafer tipis dan cokelat hitam atau putih dibagian terluarnya. Rasanya unik dan lezat sekali.

  • Istana Mirabelle, sebuah bangunan bersejarah yang cantik dihiasi dengan taman yang sangat indah penuh dengan bunga berwarna-warni yang setiap musimnya berganti jenis, ketika itu bunga mawar yang memenuhi taman, dimusin lain berganti dengan tulip. Ada juga patung - patung dan air mancur disana. Film The Sound of Music juga mengambil area ini sebagai lokasi syuting.

  • Salzburg Cathedral merupakan gereja katolik roma yang dibangun pada abad 17, bergaya khas baroque. Di gereja ini juga Mozart di baptis.

  • Dalam perjalanan menuju Untersberg, kami melewati Hohensalzburg Castleyang berada di puncak gunung FetungsbergUntersberg merupakan sebuah gunung massif dari pegunungan Alpen yang membatasi negara Jerman dan Austria. Setidaknya saya masih bisa melihat salju abadi di puncak gunung dari kejauhan.

Salju abadi menjadi penutup pada perjalanan saya di Austria. Perfect!

Saya menyempatkan diri berkunjung ke kota Maribor – Slovenia selama dua jam. Saya tidak berharap banyak dari perjalanan kali ini karena waktu yang saya miliki juga memang tidak banyak. Kali ini saya berjalan-jalan sendirian menikmati ketenangan kota Maribor. Melihat pusat casino, jembatan merah besar, Europark (Mall), dan Fransiscan Cruch.

Kembali ke Frankfurt – Germany untuk bersiap – siap terbang pulang ke Indonesia tercinta. Terakhir, saya punya beberapa tips yang mungkin berguna untuk kalian yang akan berkunjung ke negara-negara tersebut diatas, antara lain:

1.Jangan terlalu banyak bawa barang bawaan. Kalau mau, simpan di loket di airport atau stasiun kereta dengan membayar 1 hari 2-5 Euro tergantung besar kecilnya loker yang disewa.

2.Kalau mau makan murah, hemat, simple, dan halal, saya menyarankan membeli doner kebab khas Turki yang terdapat di hampir setiap sudut kota di Eropa. Harganya berkisar antara 4-5 Euro. Untuk orang Indonesia, porsinya cukup besar.

3.Pastikan membeli eurail pass (tiket kereta antara negara di Eropa) di Indonesia, bisa pilih negara tujuan (3-5 negara) dan waktunya juga bebas antara 3 – 7 hari. Dalam tenggat waktu tersebut, kita  bisa ke bolak-balik sebebasnya. Saya beli eurail pass tiga negara (Jerman, Austria, Hungaria) untuk lima hari seharga 2,9 juta rupiah itu jauh lebih murah dibandingkan kita beli ngecer. Kalau tidak menggunakan eurail pass, biaya untuk tiket kereta saja bisa kena 2 sampai 4 kali lipat. Jangan lupa untuk mencap eurail pass sesampainya di negara pertama. Untuk mengaktifkan eurail pass, kita harus mengunjungi bahn office (kantor stasiun kereta).

4.Kalau takut berpergian sendirian, manfaatkan jejaring couch surfing untuk mendapatkan guide.

5.Jika perlu membeli tiket tram, hitung berapa hari anda akan berada di satu kota, misal saya membeli tiket tram terusan tiga hari karena tiket terusan lebih murah dibanding harus membeli tiket harian. Contohnya, harga tiket tram sehari di Graz = 4,20 euro, sedangkan tiket terusan tiga hari = 9,90 euro.

6.Kemana mana lebih enak jalan kaki karena jarak sebuah kota tidak terlalu jauh. Dan pasti menyenangkan karena banyak pemandangan yang bisa dinikmati.

7.Meskipun spring, sediakan baju hangat karena malamnya pasti lebih dingin dari Indonesia (sekitar 15 – 5 derajat)

8.Manfaatkan momen ketika mengikuti konferensi nasional. Sekali berada di Europe, sayang rasanya kalau tidak berkunjung ke negara lain.

9.Jangan takut untuk jadi solo traveler karena disana petunjukknya jelas. Rata-rata officer di stasiun dan bandara bisa ngomong bahasa Inggris. Ada kepuasan tersendiri ketika menjadi solo backpacker.

*au pair = salah satu jenis program homestay di beberapa negara di Eropa berupa pengasuhan anak paruh waktu berbayar.

NB:

Saya punya cerita seru mengharu biru ketika saya menjadi solo traveler di momen ini. Awalnya saya tidak mau berjalan - jalan sendirian di negara asing yang sama sekali belum pernah saya singgahi. Bahkan sayapun telah menolak ajakan teman saya untuk mampir ke Amsterdam dan Prague karena alasan itu. Yah walaupun jadinya bukan solo melainkan double karena berdua dengan teman saya tersebut, tetap saya tolak. Alasan mengapa saya akhirnya memilih Hungaria dan Austria, selain Jerman adalah karena di kedua negara itu saya bisa bertemu dengan teman saya yang memang tinggal di negara tersebut. Kalau Slovenia, itu merupakan sebuah ketidaksengajaan alias keisengan semata hehe..

Jadi begini.. Persiapan saya dibilang cukup mendadak. Saya payah dalam memanage waktu kuliah dan mempersiapkan segala kebutuhan saya, maklum saya memang benar - benar sendiri mengurus semuanya, dari mulai hal kecil hingga hal rumit sekalipun. Tidak sempat mandi di hari itu. Eurail pass saya saja baru selesai pada tanggal dua belas sore hari keberangkatan saya, alhasil saya ditinggal travel dan ditinggal empat orang teman saya yang berangkat dari bandung. Untungnya masih ada travel jam 20.30 Bandung - Blora (Jakarta), dari Blora saya naik taksi ke Soeta. Benar saja, Syafwan (salah satu teman) berkali-kali mengontak saya via sms dan telepon, menanyakan keberadaan saya. Untungnya lagi saya sampai tepat waktu ketika calon penumpang sedang antri di loket penimbang koper. Satu yang saya sadari saat melihat teman - teman  adalah saya membawa koper yang terlalu besar ditambah dua tas jinjing, dan saya juga sadar bahwa hal ini akan merepotkan nantinya (hingga akhirnya terpaksa menitipkan koper di loker stasiun kereta di Frankfurt).

Perjalanan selama delapan jam dengan maskapai Emirates lancar sampai di Dubai Airport. Kami harus berganti pesawat menuju Frankfurt. Disinilah perjalanan solo saya dimulai. Jadwal transit yang saya ketahui sama dengan jadwal keempat teman saya lainnya ternyata berbeda. Saya terpisah dengan mereka, saya harus transit selama kurang lebih delapan jam sedangkan mereka hanya tiga jam. Dalam hati saya memaki "What the hell is this?", namun saya mencoba tetap tenang agar keempat teman saya tidak cemas. Tapi lama kelamaan kekhawatiran saya pun reda, syukurlah, saya hanya bisa berdoa semoga perjalanan saya lancar.

14.30 waktu Dubai, pesawat EK 047, mengantar saya menuju Rhein-Main International Airport - Frankfurt. Naik airport bus ke stasiun kereta lalu kemudian saya mendatangi bahn office disana, sial kedua saya: entah petugas bahn yang tidak mengerti atau saya memang ditipu olehnya, ketika saya ingin mengaktifkaneurail pass, dengan lantang ia bilang kalau saya harus mengaktifkannya di Indonesia bukan di Jerman. Saya sudah adu argumen dengannya bahwa begini bahwa begitu, tetapi saya diburu waktu, tak mau ambil pusing, akhirnya saya beli tiket baru seharga 60 euro menuju Ilmenau. Menurut rute, saya harus ganti kereta di stasiun Erfurt sebelum sampai di stasiun Ilmenau. Dalam perjalanan menuju Erfurt saya diberi tahu oleh petugas kereta bahwa tidak ada kereta yang akan berangkat ke Ilmenau malam ini, pada saat itu pukul satu malam. "So where I have to stay?Tau gini kan saya stay aja dulu tadi di Frankfurt! huhuhuhu", saya langsung lemas. Akhirnya saya turun di sebuah stasiun yang saya kira Erfurt, betapa kagetnya saya ketika saya melihat plang stasiun bertuliskan EISENACH. "What??" Saya salah turun! Hiks.. No more train passed.. Huffff..

Eisenach ditengah malam benar - benar mati. Di stasiun saya hanya menemukan seorang petugas kebersihan tua yang sedang tertidur pulas di depan bahn office, tak tega saya membangunkannya, kemudian saya keluar stasiun dan tidak menemukan satupun taksi, tetapi itu tidak lama, sebuah taksi lengkap dengan supirnya (bukan taksi jadi-jadian lho) datang dan mengantarkan saya ke hotel terdekat. Saya mengalami kesulitan di Eisenach, supir taksi dan petugas hotel tidak mengerti bahasa Inggris, jadi saya menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan mereka. Hotelnya sangat nyaman, harganya pun juga lumayan merogoh kocek saya, 55 euro untuk satu malam. No credit, no internet access, no news from another indonesian delegates. Pasrah dan tidur.

Niat saya untuk mengambil kereta pertama ternyata batal karena saya terlalu pulas tidur ditambah saya melakukan packing ulang pada koper saya. Akhirnya saya berangkat pukul 08.11 dan sampai pukul 09.30 di Ilmenau, harga tiket dari Eisenach ke Ilmenau sebesar 15,80 euro.

Jadi bisa dibilang saya sudah mengeluarkan biaya kurang lebih 130,80 euro = Rp 1.700.400,00 diluar dugaan. Rugi deh rugi >.<"

Oh ya, akhirnya saya mengaktifkan eurail pass saya di Bahn Office di Erfurt. Saya tidak mengalami masalah seperti yang saya dapatkan ketika Frankfurt lho.  Mungkin sepertinya ada human error pada petugasnya.

Sampai di Ilmenau semua urusan lancar. ISWI benar - benar menyenangkan. Bertemu dengan total 350 partisipan dari seluruh dunia, berkenalan dengan 20 Indonesian delegates lainnya, mengikuti serangkaian program ISWI seperti:International Sport Festival, Seminar dengan pembicara-pembicara pilihan dan topik-topik yang menarik, Crossing Boarders (Culture and Sport), Open Air Concert, The Long Path to Freedom,  Pemutaran Film yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi, The Dark Ages of Freedom, NGO Fair and Workshop Day, Get To Know Party, International Brunch, dll. Bergabung di grup teater dengan tujuh teman baru dari :Pakistan, Manchester, Bulgaria, Mesir, Kroasia, Serbia; ditambah dua orang group leader dari negara setempat, membuat saya sangat bersemangat mengikuti program ini. Plenty of knowledges, friends, and happiness that I got from this event.

Sebenarnya kegiatan macam apa sih ISWI itu, siapa penyelenggaranya, dan bagaimana bisa bergabung? Nah kalau ada yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu, saya akan coba menjabarkan sedikit mengenai ISWI. ISWI merupakan program youth conference yang diselenggarakan oleh Universitas Ilmenau didukung oleh pemerintah Jerman. Fokusnya ada beberapa pilihan seperti: freedom of art (theater, photography, literature), education, system, environment, and culture. Biasanya dilaksanakan di bulan Mei setiap dua tahun sekali. Seleksinya semacam mengirim essay dan form via email ke lembaga penyelenggara. FYI Indonesian delegates selalu menjadi yang paling banyak diterima lho, kalau menurut asumsi saya sih karena Indonesian delegates selalu menampilkan pementasan budaya yang paling keren diantara negara lain. Bukannya saya narsis, tapi memang begitu adanya :) Semua biaya selama ISWI berlangsung, ditanggung oleh mereka, kita hanya perlu menyiapkan biaya penerbangan dan uang saku saja. Menurut seorang mafia konferensi (sebutan untuk dia yang lebih dari tiga kali mengikuti konferensi internasional), ISWI merupakan salah satu konferensi terfavorit di dunia. ISWI yang saya ikuti merupakan ISWI yang kesepuluh, berarti acara ini sudah dilaksanakan dari dua puluh tahun yang lalu bukan. Nah, bagi kalian yang ingin juga mencicipi dunia perkonferensian, ISWI is one of the conference recommended. Karena ISWI juga saya jadi bisa jalan-jalan deh di negara lain hehe..

Perjalanan yang saya lalui di Jerman, Hungaria, Austria, dan Slovenia adalah liburan yang paling menakjubkan yang pernah saya alami. Berbagai keberuntungan mulai dari kenal dengan Ester yang notabenenya sudah memiliki keramahan seperti layaknya orang Indonesia, tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap di hostel atau semacamnya karena selalu ada tumpangan hehe, bisa nonton choir gratis dan ditraktir nonton opera, dsb. Saya juga ternyata menikmati menjadi solo traveler di beberapa kota seperti: Eisenanch, Erfurt, Munchen, dan Maribor. Ada kepuasan tersendiri apabila bersolo traveler, yaitu lega kalo tidak kesasar haha.. Tidak enaknya apabila ingin berfoto, tidak bisa minta bantuan teman, jadi harus foto sendiri, kurang asik kan hmm. Terpaksa menjadi solo traveler, sebenarnya saya mensyukuri diberi kesempatan seperti ini. Kejadian berupa kebodohan - kebodohan yang saya alami menjadi suatu hal yang lucu buat saya, juga menjadi pelajaran yang sangat berharga. Misalnya dalam kedisiplinan dan kecekatan yang saya rasakan pada jadwal tram dan kereta, kalaupun ada keterlambatan, paling - paling tidak lebih dari lima menit. Wow keren ya..

Eits saya masih punya cerita lain lagi. Ini yang paling berkesan buat saya. Sekembalinya saya ke Frankfurt dari Salzburg, saya berniat mengambil koper yang saya titipkan sembilan hari sebelumnya. Sampai di gudang loker, "huaaaa kok tagihannya menjadi 30 euro, bukannya seharusnya hanya 5 euro??". Saya tidak tahu kalau loker tersebut biaya sewanya dihitung per-hari, saya pikir hanya kena sekali charge saja. Refleks saya mengecek dompet saya, hanya ada 5 euro tersisa. Wah saya benar - benar ketar - ketir pada saat itu. Kali ini saya tidak bisa setenang seperti biasanya. Bingung saya mencari jalan keluar dalam keadaan tidak punya pulsa handphone. Cukup lama saya menenangkan diri saya hingga akhirnya ada ide yang melintas dalam ketenangan itu. Saya bertanya pada petugas kereta mengenai warung internet terdekat yang ternyata ada di lantai dasar di stasiun itu. Saya mengaktifkan account facebook saya dan men-chat seorang teman, meminta tolong padanya menghubungi ibu saya dan memberitahukan kabar tentang saya agar ia bisa mengirimkan uang kepada saya. Tiga puluh menit saya menunggu transferan uang dari ibu saya, akhirnya saya bisa mengambil 30 euro dari rekening, fiuh.. Saya diburu waktu, harus sudah berada di airport secepat mungkin. Terlebih dahulu saya harus membeli tiket metro di mesin karcis. Saya mengantri, memencet beberapa tombol, menentukan tempat tujuan, dan keluar angka di layar 3,5 euro. Saya mengambil dompet dan memasukkan semua euro yang tersisa. Tidak cukup. Saya bingung. Pikir saya harusnya malah lebih, bukannya saya masih punya 5 euro? Oh tadi kan saya ke warung internet, dan membayar sebesar 2,5 euro untuk akses internet tersebut.There's no more euro in my pocket neither my account. Tanpa sadar saya terbengong di depan mesin tersebut, orang yang mengantri di belakang saya mulai tidak nyaman akan kelakuan saya. Akhirnya wanita tersebut mencari mesin lain. Saya ingin menangis tapi tak bisa mengeluarkan air mata, tidak tahu apa yang saya pikirkan saat itu, saya pun menunduk. Tiba - tiba ada bunyi "cling", bunyi koin dimasukkan di mesin di depan saya. Sontak saya kaget dan mengenyahkan lamunan saya dan melihat sepasang kekasih yang tersenyum kepada saya. Sambil pergi, si laki - laki berkata, "that's for you". Speechless. Bibir saya terkunci. Ahkhirnya dalam jarak enam meter dari kepergian mereka, saya berteriak, "heiii thank youuu so muchhh". Ahhhhhhhhhhhhhh air mata saya baru bisa keluar saat itu, betapa mereka seperti malaikat bagi saya. Segera saya menyelesaikan transaksi dan kemudian menaiki metro. Sepanjang perjalanan menuju bandara, saya benar - benar menitikkan air mata haru.

Sujud syukur ku panjatkan kepada Mu Ya Allah Ya Illahi Rabbi. Sungguh luar biasa yang aku dapatkan akan pengalaman ini. Aku mengerti ilmu ikhlas yang coba Engkau ajarkan kepadaku. Bahkan apabila pada saat itu aku pun tidak bisa pulang ke Indonesia karena tiket pesawat yang hangus, insyaAllah aku ikhlas Ya Rabb. Tawakal dan ikhtiarku hanya kepada Engkau.

Jatinangor, 4 Desember 2011

-Idea B.P.-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline