Lihat ke Halaman Asli

Idatus sholihah

Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Mengenang Permainan Tradisional Masa Kecil "Kempyeng"

Diperbarui: 27 November 2022   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pict by: https://denkspa.com/

Jika masa kecil memberi bekal pembelajaran hidup maka kelak di hari yang akan datang hendaknya manusia mengingat apa yang sudah dipelajari dulu. Barangkali hal-hal remeh dianggap sebagai mainan dan pengisi waktu luang ternyata menyimpan filosofi berharga dan pembelajaran hidup yang berarti. Memang begitu, kadang banyak dari cerita dilupakan dan digantikan kisah lain yang sering melenakan.

Setidaknya kita sering teringat salah satu dari cuplikan kisah masa kecil yang  sudah pernah mengisi waktu dan menjadi kawan. Yakni dengan melakukan kegiatan masa kecil, bermain bersama teman-teman dengan beraneka ragam permainan tradisional.

Salah satu dari beberapa kenangan permainan tersebut adalah permainan kempyeng. Aku tidak tahu apa sebutannya dalam bahasa Indonesia sebab sampai saat ini aku belum menemukan padanan kata yang sesuai. Jadi tak perlu repot, cukup aku menyebutnya kempyeng.

Kempyeng, sebuah permainan sederhana yang dibuat dari tutup alumunium botol teh sosro, fanta, coca-cola, sprite. Di seluruh ujung permukaannya berbentuk gerigi, jika membuka botol biasanya digunakan alat pengungkit sederhana.

Nah, dari tutup botol tersebut mulailah dibuat suatu mainan. Mulanya harus mencari lima tutup botol, kemudian tutup tersebut dibuat menjadi lempengan dengan cara dipukul dengan palu, batu, atau benda keras lain yang sekiranya bisa membuat permukaan tutup tersebut menjadi datar.

Setelah kelima tutup tersebut menjadi lempengan baru bisa digunakan bermain. Bagaimana caranya?

Pertama, kelima kempyeng ditata bertumpuk kemudian digenggam. Setelah itu kempyeng di lepaskan sehingga menyebar. Sekali lagi, jumlahnya lima, itu merupakan jumlah ganjil. Untuk memainkan lebih lanjut, maka harus mengambil atau bahasa umumnya mengeliminasi satu kempyeng agar jumlahnya menjadi genap dan masing-masing memiliki pasangan.

Mengapa satu pasangan?

Kempyeng yang tersisa empat maka harus memilih satu kempyeng yang digunakan untuk menylentik satu kempyeng lain, begitu juga dengan dua sisa kempyeng lain. Selentingan harus tepat sasaran jika tidak maka kalah.

Setelah dua pasang kempyeng mati, semua diambil kembali lalu ditata di telapak tangan, setelah itu di lempar ke atas dan ditangkap punggung tangan kemudian dilempar ke atas lagi dan ditangkap telapak tangan. Kempyeng yang berhasil ditangkap itu berarti adalah hasil nilai dari permainan tersebut. Jika yang ditangkap satu berarti nilainya sepuluh, dua berarti dua puluh, dan seterusnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline