Lihat ke Halaman Asli

Ida Tahmidah

Ida Tahmidah

Tidak Cerdas Mengatur Finansial Perusahaan, Apa Jadinya?

Diperbarui: 4 September 2017   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Orang Yang Bisa Menaklukkan Orang Lain Itu Kuat, Orang Yang Bisa Menaklukkan Diri Sendiri Itu Hebat   (Lao Tzu)

Saya masih selalu terkenang dengan cerita ibu saya, di beberapa tulisan di blog pribadi saya juga pernah menulis tentang kisah ini.  Sebuah kisah tragis keluarga besar dari pihak ayah saya.  Dulu Almarhun Kakek adalah seorang pengusaha cukup sukses.  Beliau pemilik sebuah penginapan, pom bensin dan beberapa usaha lainnya, sayangnya harus berakhir tragis. Usahanya kolaps hingga harus menjalani masa tuanya dengan kehidupan yang pas-pas an. 

Tak bisa dipungkiri, memiliki belasan putra dan putri serta seorang istri dari keluarga ningrat memang cukup berat menghidupinya.  Tetapi sebetulnya itu bukan sebuah alasan untuk membuat usaha menjadi bangkrut. Iya memang gaya hidup juga berpengaruh, tetapi kalau usahanya tertata rapi tidak salah dalam manajemen tentu tidak akan berakhir dengan kebangkrutan.

Mengelola usaha memang bukan hal yang gampang, butuh fokus, butuh kepiawaian dalam memenej nya.  Saya juga mengalaminya, bagaimana saat usaha kita tidak dijalani dengan fokus dan manajemen yang baik, bukannya berkembang yang ada dari tahun ke tahunnya terus menurun. Seperti sudah menjadi sebuah stigma yang harus kita amini bahwa banyak usaha kecil dan menengah (UKM) tidak pernah bertahan sampai lima tahun. Dan kesalahan fatal yang sering dilakukan oleh para pengusaha kecil adalah, ingin mengerjakan semua sendiri dan pengelolaan keuangan perusahaan dan rumah tangga yang tidak terpisah.  

Persis, itulah yang saya alami.  Meski sudah melewati masa lima tahun, tahun ini adalah tahun ke delapan usaha laudry saya seperti kata pepatah "Mati Enggan, Hidup pun Tak Mau.."  Miris.  Padahal background pendidikan saya akuntansi, paham betul tentang manajemen keuangan perusahaan dan rumah tanga harus dipisahkan.

Itulah mengapa saya memulai tulisan dengan sebuah kutipan dari Lao Tzu seorang filsuf asal Cina Kuno.  Di dalam bisnis kemampuan untuk menaklukan diri sendiri itu penting.  Ego untuk bisa mengelola diri sendiri hingga tunduk patuh pada pakem syarat untuk menjadi pengusaha sukses dapat kita patuhi.  Sebagai seorang pelaku pengusaha kecil saya memahami, itu hal yang cukup sulit untuk dilakukan.  Tak heran, kalau ternyata banyak pengusaha kecil di negara kita yang gulung tikar di usia sebelum lima tahun.

Kompasiana memahami itu semua, guna memberikan semangat dan pemahaman tentang manajemen keuangan perusahaan, Kompasiana mengadakan acara bertajuk "Cerdas Mengatur Finansial dalam Berwirausaha".  Dengan menggandeng Lembaga Penjamin Simpanan dan Pemilik usaha Dapur Gladies acara ini pun digelar di Hotel Santika Jalan Sumatera No 52-54 Citarum Bandung.  Bandung menjadi kota ketiga atau kota terakhir rangkaian acara Kompasiana Nangkring kali ini.

Dokumentasi pribadi

Pembicara acara Kompasiana Nangkring kali ini adalah Bapak Tedi Heryadi, beliau adalah Direktur Likuidasi LPS dan Mba Gladies pemilik bisnis kue brownies Dapur Gladies.  Dalam paparannya Pak Tedi mengungkapkan bahwa LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan lahir karena adanya krisis moneter tahun 1998 dimana saat itu banyak bank yang dilikuidasi.  Akibat peristiwa itu kepercayaan masyarakat terhadap bank akhirnya menurun karena masyarakat takut bank tempat menabungkan uangnya dilikuidasi dan akhirnya uangnya hilang tak berbekas.  Oleh karena itulah LPS didirikan oleh pemerintah.

LPS hadir berdasarkan UU No 10 tahun 1998, maka pada tanggal 24 September 2004 Lembaga Penjamin Simpanan resmi berdiri.  Namun lembaga ini baru mulai aktif tanggal 22 September 2005. Lembaga ini berfungsi untuk menjamin simpanan nasabah di bank dan juga untuk menjaga stabilitas system perbankan.  Dengan adanya LPS ini diharapkan masyarakat tidak ragu lagi untuk menabung di bank karena sudah ada yang menjamin uangnya bila terjadi sesuatu dengan bank tempatnya menabung.  

Setiap bank di Indonesia wajib untuk menjadi anggota LPS, baik itu bank pemerintah atau pun bank swasta.  Bank konvensional maupun bank syariah, bank asing maupun bank nasional.  Begitu pula dengan BPR atau Bank Perkreditan Rakyat wajib untuk menjadi anggota LPS.  Nasabah pun tak perlu khawatir karena semua biaya yang berhubungan dengan LPS ditanggung oleh bank yang bersangkutan.  Keanggotaan bank ini ditandai dengan penempelan sticker di area pintu bank.  Dan itu wajib dilakukan oleh semua bank anggota LPS bila tidak, bank itu akan dikenai denda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline