Lihat ke Halaman Asli

Ida Pakpahan

Tukang Tulis

Saksi Bisu Kelamnya Malam

Diperbarui: 1 November 2021   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Nggak papa, Sayang. Nggak ada siapa-siapa di sini. Nggak ada yang liat. Tenang aja."

"Tapi takuuut."

Ceweknya ketakutan dengan wajah memucat, yang cowok malah tersenyum manis Masih terus membujuk dengan rayuan mautnya.

"Nggak papa, Yang. Buka, ya..."

Malas aku menengok kelanjutannya. Sudah tahu dan sudah sering terjadi. Dasar manusia tak punya otak. Belum menikah sudah coba-coba kawin. Di semak-semak pula.

Oh. Di sebelah sana ada cewek lagi jalan sendirian. Dia kayak takut apa gimana? Kok lihat-lihat belakang terus, tasnya juga dipegang kuat, takut hilang. Eh, ada siapa tuh di belakangnya? Banyak laki-laki jalannya cepat banget. Cewek itu malah lari, beberapa laki-laki itu juga lari. Ah, sial. Nih cewek dalam bahaya. Tak berapa lama, kudengar suara jeritan, tangisan, makian hingga tertawaan di sana. Aku nggak sanggup mendengarnya.

"Mau ke mana kamu, Mas?"

"Pergi ke manapun yang kumau, asalkan nggak liat muka kamu lagi."

"Mas, jangan pergi! MAS RANGGA! MAAAAS!"

Oh shit! Drama rumah tangga lagi. Sudah sering kudengar ribut-ribut dari rumah mereka, namun baru kali ini suami perempuan itu pergi tengah malam begini. Dasar laki-laki pengecut. Lari dari masalah.

Haduh, pusing. Rasanya pengen tidur aja, aku benci menyaksikan dunia malam. Persis warnanya, gelap. Suram. Sebagai penjaga malam, aku merasa tak berguna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline