Dengan adanya tragedi kegiatan Pramuka Susur Sungai SMPN 1 Turi yang menyeret IYA (36), R(58) dan DDS (58) sebagai tersangka, saya berharap, peristiwa ini tidak menyurutkan "kakak-kakak" pembina Pramuka lain - juga pihak sekolah, untuk tetap melaksanakan kegiatan outdoor yang positif. Bagaimanapun juga, setelah siswa belajar, belajar dan belajar rutin di dalam kelas, aktifitas outdoor akan selalu menyenangkan dan me-refresh otak anak yang sudah jenuh.
Dari pengalaman saya, sebagai ibu tiga anak, ketika anak-anak mendengar akan ada kegiatan di luar sekolah mereka sudah gembira bukan kepalang. Ini baru mendengar saja. Tak jarang mereka dengan exciting akan mempersiapkan sendiri perbekalan apa yang harus mereka bawa. Pada Hari H, tentu lebih mengasikkan lagi. Bisa jalan bareng, guyon-guyon dengan teman-teman plus guru, rileks sejenak, makan di tenda bareng, pengalaman ini akan terukir dalam benak mereka selamanya. Dengan destinasi yang sama, pergi dengan teman sebaya - apalagi rombongan- sepertinya menimbulkan sensasi yang berbeda bagi anak dibanding ketika mereka "jalan" dengan kita orantuannya.
Saya pribadi, selalu berusaha untuk bisa menyertakan anak saya dalam berbagai kegiatan outdoor yang diadakan di sekolah anak. Baik itu fieldtrip ke berbagai tempat, Jamran (Jambore Ranting) di bumi perkemahan bahkan hanya sekedar berenang bersama teman-teman (satu kelas bareng), karena saya percaya dengan berkegiatan di luar sekolah, anak akan dilatih untuk meningkatkan kemampuan bersosialisasi dan beradaptasi, selain menambah wawasan baru buat mereka.
Ketika hari Pahlawan tahun lalu, tim Paskib sekolah anak bungsu saya, mengadakan Patriotsm Trip ke Museum Kepresidenan Balai Kirti di Istana Bogor. Pelaksanaanya, kami mengenalkan moda transportasi Commuter Line sambung jalan kaki menuju lokasi, Kebun Raya Bogor. Selain melatih agar terbiasa dengan transportasi umum, Tim Paskib juga diharap bisa kompak dengan sesama anggota Tim Paskib yang lain, jika ada yang nampak kelelahan -karena berjalan kaki dari Stasiun Bogor menuju Balai Kirti-, sambil diguyonin dan khas anak-anak, tim yang di depan harus mengurangi kecepatan, atau malah menghentikan jalan, untuk menunggu yang di belakang. Alhamdulillah, acara berlangsung lancar sesuai yang diharapkan.
www.rumahkedua-angga.blogspot.com/2018/11/patriotism-trip.html
Tentu tak ada seorangpun yang membayangkan kejadian yang menimpa anggota Pramuka di SMPN 1 Turi, tidak para siswa, orangtua, juga guru/pembina yang terlibat. Saya percaya tak ada niat untuk mencelaki peserta didik. Mungkin mereka memang lalai, sehingga harus dihukum karena menyebabkan orang lain meninggal dunia (Pasal 359 KUHP) atau kelalaian yang menyebabkan orang lain luka-luka (Pasal 360 KUHP), tapi melihat perlakuan pemeriksaan pada tiga guru yang seperti dipertontonkan di televisi, pakai baju orange dangan kepada digunduli. Sebagai orangtua, saya miris melihatnya.
Kesalahan yang dilakukan guru tersebut, menurut kacamata saya yang awam, jelas berbeda dengan kasus kekerasan seksual/fisik yang juga (sedihnya) kerab terjadi di dunia pendidikan. Dan oknum guru-guru yang seperti ini (melakukan kekerasan seksual pada anak didik) memang harus "dihukum" seberat-beratnya. Sedang kepada tiga guru pembina SMPN 1 Turi ini, saya tidak tahu hukuman apa yang akan mereka terima, 5 Tahun penjara sesuai UU yang yang dilanggar, atau ada Penangguhan Penahan, atau adakah sanksi berupa "Tahanan Sekolah" saja?
Apapun yang akan terjadi, kembali ke awal tulisan ini, semoga proses pemeriksaan ketiga guru pembina yang "sedemikian" dan menyusul putusan hukuman apa yang akan mereka terima, tidak menyurutkan para guru/pembina untuk tetap bersedia mendampingi anak-anak untuk berkegiatan ekskul. Kesalahan yang ada bisa ditutup dan terus disempurnakan dengan menghitung risk reduction dari segala kegiatan yang akan dilaksakanan. Masing-masing pihak, baik sekolah maupun orangtua dan siswa harus sigap dan siaga mengantipasi resiko yang ada dalam setiap kegiatan yang akan berlangsung. Setelah didiskusikan bersama baru bisa dilaksanakan sebagai kegiatan sekolah.
Dengan ini, semoga kegiatan outdoor anak-anak ke depan, tetap bisa berlangsung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H