Lihat ke Halaman Asli

Menatap Rupa Dunia

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

“Sabar! Sabar.” Lirih memapar perih.

Tak terdengar jawaban, hanya hingar bingar lembar-lembar arta berulang kali. Tentang bensin melonjak naik, sumur-sumur mengorontang. Tak cukup keping menawar kempek teranyar. Paras memerah, api menjalar ubun.

“Aku benci menjadi papa!” ujarmu mengguncang jiwa labilku.

Prang! Piring-piring berterbangan. Aku takut, aku pengecut.

“Peluk aku, Papa.” Gerakanku semakin payah. Mencari-cari artiku dalam sanubarimu.

“Papa, kamu dimana?”

Kosong! Aku ada dan tiada. Tersangkut pada malam itu. Malam yang membuatmu tertawa-tawa nikmat.

***

Bulan ketujuh ….

“Sabar! Sabar!” Suara pelan tertelan ligamen.

Tak terdengar jawaban, hanya hingar bingar irama musik memekakkan. Ditambah kepulan kabut-kabut membentuk lingkaran kecil. Jantungku memacu lebih cepat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline