Lihat ke Halaman Asli

Ida Bagus Suwardana

Kepala PKBM Taman Eden Jimbaran yang menjalankan program pendidikan kesetaraan.

Paksa Agar Biasa?

Diperbarui: 18 Agustus 2024   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lomba Bola Kertas/dokpri

Paksa Agar Biasa?

Sebagai orang tua saat ini mungkin sering mendengar istilah “paksa nanti biasa”. Anak-anak jika tidak dipaksa oleh orang tua untuk ikut les maka tidak akan berhasil. Apakah itu sepenuhnya benar?

Memaksa anak untuk mencapai apa yang orang tua inginkan dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang tidak diinginkan. Memaksa merupakan dorongan yang bersifat eksternal yang bisa jadi bertentangan dengan keinginan dan kemampuan pada diri anak tersebut.

Memaksa akan menimbulkan perilaku negatif seperti anak hanya akan melakukan jika dipaksa oleh orang tua. Jika orang tua tidak memaksa atau mengawasi maka anak tersebut akan enggan untuk melakukannya. Dampak berikutnya adalah anak tersebut akan muncul antipati terhadap sebuah kegiatan yang seharusnya menimbulkan dampak positif, kemudian karena dipaksa maka daya kreatif anak juga tidak muncul karena dari pikirannya sudah merasa dipaksa. Hal ini terjadi karena orang tua memaksa anak. 

Sebagai contoh karena orang tua ingin agar anaknya tampil bermain musik piano di depan panggung maka orang tua memaksa anaknya untuk ikut les piano. Hal ini akan dapat menyebabkan anak tersebut merasa enggan dan bahkan kesal, sehingga les yang harusnya menghasilkan dampak yang baik karena dipaksa dan dikerjakan asal-asalan akhirnya hasilnya tidak maksimal.

Lalu apa yang harus dilakukan oleh orang tua atau pendidik? Kita harus ingat bahwa setiap anak itu berbeda. Setiap anak memiliki minat dan bakat masing-masing. Orang tua dan pendidik tidak dapat memaksakan anak untuk dipaksa bertumbuh sesuai dengan keinginan orang tua atau pendidik. Mulailah mengamati hal apa yang paling disenangi oleh anak Anda. Apa yang membuat mereka sangat tertarik?

Tanaman jagung akan menghasilkan jagung, padi akan menghasilkan padi. Demikian juga anak, mereka memiliki kodratnya masing-masing.

Hal-hal yang membuat mereka tertarik akan memunculkan motivasi internal dan merangsang daya kreatif dari anak tersebut. Selanjutnya orang tua atau pendidik membantu anak bertumbuh dalam minat dan bakatnya tersebut dengan mengajak berdiskusi dengan mereka.

Jika anak-anak diberikan ruang dan kesempatan untuk bertumbuh dalam minat dan bakat dalam diri mereka maka mereka akan memiliki motivasi diri yang dapat menggerakkan daya kreatif mereka untuk terus berkembang. Sehingga anak-anak tidak lagi dipaksa dalam melakukan kegiatan yang positif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline