Lihat ke Halaman Asli

KKN Goes Wrong

Diperbarui: 30 Mei 2024   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKN. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tinggal seminggu lagi, KKN periode 2023 ini akan selesai. Sebagaimana kelompok KKN lainnya, kelompok KKN 70 juga banyak melakukan finishing dan menyusun konsep pameran produk KKN mereka begitu mereka sudah kembali ke kampus nanti. Kegiatan mereka tidak terlalu sibuk sehingga punya banyak waktu luang untuk istirahat. Desa tempat mereka tinggal terletak di dataran tinggi dan untuk menuju ke sana harus melalui hutan belantara yang luas. Perkampungan di desa itu juga bersebelahan dengan hutan dan sebuah bukit yang sering dijadikan tempat diklat atau sekadar mendaki bagi pendaki pemula. Suhu udaranya selalu dingin bahkan ketika siang hari. Ditambah mereka KKN di saat musim penghujan sehingga harus mengenakan pakaian ganda untuk menghalau dingin. Mereka diperbolehkan menempati salah satu rumah kosong yang memang dikhususkan untuk anak-anak yang akan melaksanakan KKN di desa tersebut. Mereka menempati lantai dua sementara pemilik kos, Bu Warsih menempati lantai satu.

Malam ini mereka pulang ke posko agak terlambat usai melakukan musyawarah di balai desa bersama karang taruna mengenai kegiatan tujuh belas Agustus yang harus dibatalkan karena keterbatasan dana desa. Karena kegiatan itu, mereka melewatkan makan malam dan bermaksud ingin memasak mi instan, namun kayu bakar di tempat penyimpanan sudah habis sehingga mereka memutuskan untuk mencarinya di hutan sebab tidak mungkin minta bantuan pada Bu Warsih sebab beliau belum kembali dari rumah salah satu saudara di desa sebelah. Telah diputuskan bahwa empat orang yang mencari kayu bakar dan semuanya adalah para cowok, sementara para cewek menyiapkan bahan makanan yang akan diolah nanti termasuk nasi supaya lebih kenyang.

Galih sedang fokus memunguti dahan dan ranting yang berjatuhan sampai akhirnya tidak terasa ia berjalan cukup jauh dari ketiga temannya kemudian matanya menemukan sebuah sepatu kotor yang tergeletak di sebuah tanah. Galih mengernyitkan kening sebelum akhirnya memungut sepatu itu dan meneliti penampilannya. Ia menyipitkan mata kemudian menyinari bagian sol sepatunya hingga berkat cahaya senternya, kini ia bisa melihat apa yang ada di dalam sol tersebut. Detik itu juga, matanya membulat karena ada bercak darah di dalam sol sepatu yang tidak sengaja ia temukan. Galih menolehkan pandang ke sembarang arah, matanya kembali memincing saat menangkap benda asing. Ia berjalan mendekat dan menemukan sepatu kotor lainnya, yang corak dan ukurannya berbeda dengan sepatu pertama yang ia temukan, namun persamaannya adalah, di bagian sol dan luar sepatu ada bercak darah. Bulu kuduk Galih mendadak berdiri dan ia merasakan bahwa angin berembus cukup kencang menampar punggungnya. Ia lalu lari tunggang langgang sambil menahan diri untuk tidak berteriak supaya tidak menghebohkan beberapa warga desa yang belum terjaga. Ia hanya berhasil membawa salah satu sepatu karena sepatu kedua terlepas dari genggamannya dan jatuh. Ia membuat teman-temannya menoleh dan wajah-wajah panic mereka menyambut kedatangan Galih.

"Kemana aja sih lu?! Untung nggak hilang!" kata Janu gemas ingin mencakar wajah Galih yang nampak pucat ketakutan.

"G-g-gue nemu i-ini di sana...." Galih berucap terbata-bata sambil menunjukkan sebuah sepatu yang tadi ia pungut. Ketiga temannya mendekat dan sama-sama meneliti benda itu menggunakan senter. Sepersekian detik kemudian, ketiganya memelototkan mata hampir bersamaan karena menemukan bercak darah di dalam sol sepatu.

"Mungkin aja ini sepatu pendaki," ujar Yudha berusaha tenang. "mending lu balikin ke tempatnya. Pamali bawa pulang sesuatu dari tempat yang asing. Gih, sana, balikin! Udah semua kan, kayu bakarnya? Langsung balik aja."

Belum sempat Galih melangkah untuk mengembalikan sepatu itu, mereka mendengar suara mobil datang dari arah utara kemudian berhenti. Saling menatap dengan tatapan bingung---bagaimana mana bisa sebuah mobil memasuki kawasan perkampungan yang sebagian besar tanahnya ditumbuhi pepohonan lebat, bahkan di desa ini hanya tersedia jalan setapak yang biasa dilalui pejalan kaki atau warga desa yang membawa motor. Guna menuntaskan rasa penasaran, keempatnya berjalan perlahan, mengikuti Janu yang memimpin jalan sebab pendengarannya cukup tajam. Mereka memasuki gapura tua yang di sebelahnya terdapat plang berkarat yang ditumbuhi tanaman merambat. Setelah dibersihkan, mereka membaca plang itu yang tertulis "Panti Asuhan"---dan walaupun samar, mereka yakin bahwa nama panti asuhan itu adalah Panti Asuhan Welas Asih.

"Jangan-jangan di dalam hutan ini ada panti asuhan yang udah nggak beroperasi lagi?" tanya Bima yang hampir disangkal oleh Yudha, namun urung karena mereka memutuskan untuk mencari kebenaran bangunan itu. Di balik pepohonan dan semak-semak lebat, mereka membulatkan mata saat menatap bangunan yang cukup besar di hadapan mereka yang berbentuk seperti panti asuhan pada umumnya, namun walaupun bangunannya sudah tidak terurus, lampu pada beberapa ruangan dibiarkan menyala.

Galih sudah akan melangkah maju mendekat mendatangi bangunan itu, tapi buru-buru ditarik oleh tiga kawannya dan menyuruhnya diam lalu menunjuk ke arah depan untuk menunjukkan sesuatu. Galih menoleh sesuai petunjuk arah ketiganya, dan nampak kaget serta bingung karena mendapati rektor universitas mereka ada di sana bersama rombongannya kemudian bertemu dengan seorang dokter yang tampak mengenakan setelan khusus yang biasa dikenakan saat hendak melakukan operasi. Mereka mengobrol entah apa, tapi terlihat bahwa salah satu orang kepercayaan pak rektor memberikan sebuah koper kepada si dokter yang diterima dengan senyum lebar. Tak lama setelah koper itu diterima, keluarlah seorang anak laki-laki kisaran 10 tahun dengan mata tertutup kain hitam dan tangan terikat. Pakaiannya cukup rapi dan dia kelihatan bingung saat dipaksa memasuki salah satu mobil yang akan dikemudikan oleh salah seorang penjaga panti asuhan, diikuti dengan mobil milik pak rektor yang melaju ke utara. Terang lampu mobilnya membuat mereka berempat dapat melihat samar bahwa ada jalan tembusan rahasia yang muat dilalui sebuah mobil, walaupun selama hampir 45 hari di desa ini, mereka sama sekali belum mengetahui kalau ada jalan rahasia di dalam hutan, apalagi sebuah panti asuhan tua yang ada penghuninya.

"Ini pasti tempat nggak benar," ujar Yudha berbisik yang diangguki oleh ketiga temannya. Mereka kembali menoleh saat seorang penjaga mendorong seorang remaja berusia 13 tahun hingga tersungkur ke tanah. Ia mengenakan training dan jaket seperti seragam yang kumuh berwarna hitam merah. Wajahnya pucat dan dia menggigil kedinginan. Penjaga itu lalu memasukkannya ke sebuah kandang sapi lalu mengunci pagarnya. Penjaga lain bertubuh tambun keluar bersama temannya dan mulai menggali dua lubang tak jauh dari kandang sapi. Setelah lubang galian itu cukup dalam, penjaga lain membawa dua jenazah yang pada kain pembungkusnya masih terdapat darah yang merembes keluar. Mereka mengubur dua jenazah itu tanpa memberinya batu penanda kemudian masuk dengan santai. Tidak lama setelah dua jenazah itu dikubur, dua orang dengan jas dokter dan masker keluar sambil membawa dua box menuju sebuah mobil pick up lalu meninggalkan panti menggunakan jalan yang sama dengan mobil sebelumnya.

Mereka berempat menelan saliva susah payah dan dengan kaki tangan gemetaran memutuskan untuk meninggalkan daerah itu dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Saat sudah keluar dari gapura, mereka sudah bersiap berlari, namun urung karena mendengar suara rintihan minta tolong yang asalnya tidak jauh dari mereka. Keempatnya segera menuju asal suara dan menemukan seorang bocah lelaki kisaran umur 9 tahun yang jatuh terperosok ke dalam lubang perangkap untuk memburu hewan di hutan. Kakinya terluka dan seluruh tubuhnya dipenuhi lecet. Ia mengenakan baju yang sama dengan anak yang tadi dimasukkan ke kandang sapi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline