Lihat ke Halaman Asli

Pancasila, Ideologi Ter-ideal untuk Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Ida Ayu Marina Clara W

Ideologi adalah sekumpulan ide yang mencerminkan kebutuhan-kebutuhan, harapan, dan tujuan sosial dari individu, kelompok, golongan atau budaya (The American Heritage dan Dictionary of The English Language, Fourth Edition). Ideologi juga seringkali dipahami sebagai sekumpulan ajaran atau kepercayaan yang membentuk dasar-dasar politik, ekonomi, dan sistem-sistem lain yang ada di sebuah negara. Dengan kata lain, setiap negara pasti memiliki sebuah ideologi.

Namun, seperti sebuah peribahasa, “lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”. Pandangan mengenai ideologi negara yang satu belum tentu diterima oleh negara yang lain. Setiap negara memerlukan ideologi  yang berbeda-beda sebagai wadah, dasar, dan landasan untuk pembangunan di wilayah masing-masing. Banyak negara-negara maju di dunia yang sudah mencapai kejayaan yang cemerlang dikarenakan mereka telah menggunakan ideologi yang tepat untuk bangsa mereka sehingga tidak begitu sulit bagi masyarakatnya agar berprilaku sesuai dengan landasan ideologi yang mereka gunakan. Lalu, apakah Pancasila merupakan ideologi yang tepat untuk Indonesia? Untuk mengetahui apakah Pancasila sudah ideal untuk kita gunakan, kita melihatnya dari tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi tersebut, yaitu dimensi realitas, idealitas, dan fleksibilitas.


  1. Dimensi Realitas menyatakan bahwa sebuah ideologi merupakan  interprestasi dari keadaan riil bangsanya sendiri. Ideologi Pancasila telah memenuhi dimensi realitasnya karena Pancasila telah menggambarkan keadaan sesuangguhnya dari masyarakat Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila juga dapat dikatakan sebagai cermin dari kepribadian bangsa Indonesia karena telah memberikan ciri yang khas bagi bangsa Indonesia untuk dapat dibedakan dengan negara lain. Terdapat kemungkinan bahwa masing-masing sila di dalam Pancasila terlepas dari sila yang lain, akan tetapi, kelima sila tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Itulah sifat dari Pancasila yang mencirikan bangsa Indonesia, yaitu terdiri atas berbagai suku, agama, pulau-pulau namun tetap merupakan satu kesatuan Indonesia.
  2. Dimensi Idealitas menyatakan sebuah ideologi harus mengandung cita-cita dari seluruh elemen masyarakatnya, sehingga suatu bangsa mengetahui tujuan mereka masing-masing. Ideologi Pancasila juga telah memenuhi dimensi idealitasnya, karena Pancasila mengandung cita - cita dari seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Cita-cita luhur bangsa Indonesia tegas memuat dalam Pembukaan UUD 1945. Di dalam Pembukaan UUD 1945 juga  terdapat nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, Pancasila merupakan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
  3. Dimensi Fleksibilitas menyatakan bahwa sebuah ideologi harus bisa beradaptasi dengan perkembangan jaman. Pancasila telah memenuhi dimensi fleksibilitasnya karena Pancasila bisa beradaptasi dengan perkembangan jaman. Pancasila juga terbuka terhadap hal - hal yang baru tanpa kehilangan nilai - nilai dasarnya. Oleh karena itu, Pancasila juga sering disebut sebagai ideologi terbuka.


Dari ketiga dimensi tersebut, maka sudah tentu Pancasila adalah ideologi terbaik bagi kita sebagai warga negara Indonesia. Renungan Ir Soekarno tentang Pancasila di depan pohon sukun di Ende, Flores telah membuktikan kepada kita bahwa sejarah tak hanya berawal dari Pulau Jawa. Pancasila telah menyatukan Indonesia. Dan di usianya kini yang sudah berusia 69 tahun, Pancasila tetap setia menemani kita, tanpa tergoyahkan oleh ideologi-ideologi lain yang ingin meruntuhkan kekuatannya. Terdapat 3 peristiwa di Indonesia yang telah membuktikan bahwa Pancasila tidak pernah tergoyahkan oleh ideologi lain, yaitu


  1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun tahun 1948 yang ingin mendirikan negara komunis di Indonesia,
  2. Pemberontakan Darul Islam – Tentara Islam Indonesia (DI/TII), yang ingin mendirikan negara Islam di Indonesia, dan
  3. Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia tahun 1965 yang dikenal dengan sebutan G 30 S PKI, PKI ingin mengganti dasar negara Pancasila menjasi komunis.


Pemberontakan PKI tersebut dapat ditumpas oleh ABRI dari seluruh rakyat Indonesia yang setia pada Pancasila. Walaupun memang pada awal kemunculannya Pancasila memang sempat menuai perdebatan. Pada saat itu, terdapat masyarakat yang menginginkan Islam menjadi dasar negara karena melihat mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Namun, sebagian besar masyarakat Indonesia juga menginginkan negara yang integralistik. Dan tentu saja, perdebatan tersebut akhirnya dimenangkan oleh pihak yang menginginkan negara yang integralistik. Hal ini juga membuktikan kepada kita bahwa nilai-nilai Pancasila tidak akan goyah hanya karena kepentingan golongan tertentu, karena Pancasila bersifat universal dan merangkul semua golongan. Tentu dengan sifatnya tersebut, Pancasila sangat cocok untuk digunakan di Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya. Sehingga nantinya akan terwujud keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Segala keterpaduan yang dimiliki oleh Pancasila terhadap keadaan di Indonesia membuat penulis memilih Pancasila sebagai ideologi terbaik. Namun, untuk menjadikan Pancasila menjadi ideologi yang membawa kemajuan, diperlukan upaya-upaya yang dilakukan oleh bangsa Indonesia, yaitu


  1. Menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai Pancasila,
  2. Melaksanakan ideologi Pancasila secara konsisten,
  3. Menempatkan Pancasila sebagai sumber hukum dalam pembuatan peraturan perundangan nasional,
  4. Menempatkan Pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia.


Apabila keempat hal tersebut telah dilakukan, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara yang sejahtera dan makmur layaknya negara-negara maju saat ini. Sehingga, kesimpulannya, Pancasila sangat ideal dan sangat tepat untuk Indonesia. Penulis yakin, ketidaksempurnaan Indonesia sesungguhnya bukan berpangkal pada sistem maupun ideologi yang digunakan, tetapi bagaimana kita sebagai masyarakat menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dan mengimplementasikannya di lapangan.





Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline