Lihat ke Halaman Asli

Ida Rohmatul Auliyyah

GURU TK MODERN AL-RIFA'IE

Penyesuaian Sosial Anak Kelas Akselerasi

Diperbarui: 1 Desember 2022   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PENDAHULUAN

Dalam ranah pendidikan khususnya di lingkungan sekolah sudah banyak yang mengadakan progam-program kelas khusus bagi anak berbakat. Sebagian besar sekolah yang sudah mempunyai fasilitas yang cukup memadai dan sudah memenuhi kriteria telah mulai mengadakan kelas khusus bagi anak-anak berbakat, diantaranya kelas akselerasi (kelas percepatan), kelas bahasa (teruntuk anak yang berbakat dan minat dalam bidang bahasa), kelas unggulan (teruntuk anak dengan prestasi baik), kelas olimpiade (teruntuk anak yang mempunyai keahlian dalam berbagai bidang pelajaran yang kemudian akan dikirim sebagai perwakilan sekolahnya dalam perlombaan olimpiade-olimpiade) dan masih ada beberapa lagi kelas yang dikhususkan bagi anak yang mempunyai bakat-bakat tersendiri. Sekolah yang sudah mengadakan kelas-kelas khusus pasti sudah mempunyai standariasi penyeleksian serta kriteria-kriteria khusus bagi siswa-siswinya untuk di tempatkan di kelas yang tepat. Salah satu program yang sudah banyak diadakan di sekolah-sekolah Indonesia adalah kelas Akselerasi.

Akselerasi adalah program yang diadakan pemerintah mulai dari sekolah dasar sampai menengah ke atas dimana dikhususkan untuk anak-anak yang berbakat. Di Indonesia anak yang dapat dinilai sebagai anak berbakat salah satunya adalah anak yang memiliki IQ > 130. Namun tidak hanya itu, anak yang dapat disebut anak berbakat juga mempunyai bakat-bakat yang mendukung IQ-nya, yang saat ini menjadi syarat masuk kelas Akselerasi. Program ini adalah program percepatan, dimana peserta didik yang mengikuti program Akselerasi akan menempuh belajar di sekolah dalam waktu singkat. Seperti pada saat SMP yang wajarnya ditempuh selama 3 tahun, maka bagi anak yang mengikuti Akselerasi hanya menempuh jarak 2 tahun untuk sekolah di SMP.

Di dalam kelas Akselerasi, para peserta didik telah di gembleng oleh mata pelajaran yang sudah dipadatkan sehingga para peserta didik dituntut untuk mampu belajar lebih cepat dari pada teman-temannya yang tidak mengikuti program Akselerasi. Anak Akselerasi mempunyai waktu yang lebih lama untuk belajar dalam sehari, berbeda dengan kelas-kelas yang lain. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan belajar dan sering kehilangan waktu untuk berinteraksi dengan orang lain. Anak Akselerasi sering merasa canggung bersosialisasi dengan teman-teman yang lain. Mereka lebih dekat dengan teman yang sekelas dengannya. Mereka hanya akrab dengan teman sekelas yang sesama mengikuti program Akselerasi, karena memang setiap hari bahkan setiap waktu hanya teman yang sama yang mereka temui. Ini semua yang membuat anak Akselerasi sering mengalami kesulitan bersosialisasi dengan masyarakat umum. Dan menjadikan kebanyakan dari mereka tidak hanya pada saat mengikuti program Akselerasi saja, bahkan sampai lulus dari sekolahnya dan sudah hidup dengan masyarakatpun mereka lebih memilih tertutup dan tidak terlalu bergaul dengan masyarakat di sekitarnya. Sebagian besar dari mereka seakan sudah lupa pentingnya bersosialisasi dengan masyarakat. Apalagi dengan masyarakat pedesaan yang terkenal dengan “grapyaan” (pandai bergaul)-nya. Masyarakat pedesaan yang mempunyai solidaritas tinggi kepada orang lain, ini yang akan membuat anak dari Akselerasi yang jarang bersosialisasi seakan merasa menjadi anak yang berbeda dari sudut pandang mereka. Masyarakat pedesaan akan lebih peka dengan hal tersebut. Masyarakat di pedesaan sering menganggap seakan-akan anak tersebut sekolah tapi tidak pernah pulang, tidak pernah terlihat, tidak pernah keluar rumah. Jika anak Akselerasi itu berasal dari pedesaan, mereka akan merasakan betapa tingginya solidaritas dari masyarakatnya. Mereka akan semakin merasa minder, tidak bisa seperti anak-anak kampung pada umumnya saat mereka mulai terjun di lingkungan masyarakat.

Anak Akselerasi seringkali kurang akrab dengan teman-temannya yang di kelas lain selain Akselerasi. Sebagian besar dari anak-anak yang bukan Akselerasi menganggap bahwa anak Akselerasi jarang bergaul dengan mereka, anak Akselerasi jarang terlihat membaur dengan anak kelas lain, dan lain sebagainya. Berbagai macam opini yang dikemukakan oleh anak yang bukan Akselerasi terhadap sikap sosial anak Akselerasi. Meskipun tidak jarang dari mereka yaitu anak-anak di kelas Akselerasi yang kenal dengan teman di kelas lain. Namun tingkat keakraban mereka rendah dibanding dengan teman yang sesama kelas Akselerasi. Mereka seaakan mempunyai teman yang senasib seperjuangan dengan mereka, sehingga mereka lebih akrab dengan anak kelasnya sendiri. Dan seakan-akan hanya teman itu-itu saja yang ada dalam hidupnya, padahal tidak demikian.

Ini lah yang sering terjadi dalam diri anak yang mengikuti program Akselerasi, yang seharusnya ada tindak lanjut untuk permasalahan seperti ini. Maka dari itu pentingnya guru BK salah satunya adalah untuk menetralkan kembali mindset mereka terhadap lingkungan masyarakat. Juga dapat membantu anak-anak Akselerasi ini lebih mampu melakukan sosial yang lebih baik di lingkungan masyarakat.

PEMBAHASAN / INTI

Manusia tidak akan lepas dari yang namanya “interaksi sosial” karena setiap manusia pasti membutuhkan hidup bersama orang lain. Tanpa adanya interaksi sosial manusia seakan tidak mempunyai peran dalam hidupnya. Hurlock (2000) berpendapat bahwa sosialisasi merupakan suatu kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan kelompoknya. Menurut Hurlock (2000) sosialisasi meliputi belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, perkembangan sikap sosial (dalam Putri, dkk). Interaksi sosial berguna untuk setiap manusia mengaktualisasikan diri, seberapa berperannya seseorang di lingkungan masyarakat. Karena pada dasaranya tujuan pokok sosialisasi adalah agar manusia bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku serta agar yang bersangkutan menghargainya (Soekanto, 1990 dalam Putri, dkk. 2005).

Begitupun anak berbakat, anak berbakat itu sendiri menurut Renzulli (1979) yakni adalah anak yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, kreativitas yang tinggi, dan komitmen yang tinggi terhadap tugas. Yang berarti bahwa anak berbakat memiliki salah satu atau semua dari 3 unsur tersebut. Salah satunya anak yang berada di kelas Akselerasi. Anak Akselerasi juga manusia yang butuh interaksi sosial dengan orang lain, yaitu interaksi dengan teman-teman di sekolahnya, keluarganya, sampai orang-orang di lingkungan sekitarnya. Anak Akselerasi memang butuh interaksi kepada semua, namun dilihat dari kegiatan anak Akselerasi itu sendiri, dimana mereka selalu dituntut belajar lebih, mata pelajaran yang di kelas reguler (bukan Akselerasi) dapat di tempuh beberapa pertemuan tapi di kelas Akselerasi hanya di tempuh dalam sekali pertemuan saja, yang mana setiap mata pelajaran menuntut untuk menguasai materi. Anak Akselerasi dituntut untuk lebih cepat memahami materi yang bagi anak yang kurang mampu akan dapat menyebabkan stres dalam dirinya. Pengertian Akselerasi itu sendiri menurut Alsa (2007) (dalam Prehaten, dkk) yaitu bahwa Akselerasi memiliki arti pemberian perlakuan apapun yang memngkinkan bagi siswa yang cerdas dan berbakat untuk menyelesaikan sekolahnya secara cepat sesuai dengan tingkat kemampuan dan kematangannya, sehingga mereka dapat menyelesaikan pendidikan formalnya dalam waktu yang lebih singkat atau pada usia yang lebih muda.

Kegiatan anak Akselerasi yang begitu padat mulai pagi sampai sore sehingga membuat sebagian besar dari mereka enggan untuk mengikuti ekstrakulikuler di sekolahnya, dengan alasan capek atau sudah tidak ada waktu lagi. Kegiatan yang seperti tersebut diatas inilah yang membuat anak-anak di kelas Akselerasi jarang bergaul dan membaur dengan teman-teman di kelas lain. Yang mulai pagi mereka sudah mulai kegiatan sampai sore yang dilanjutkan istirahat di asrama (tempat tinggal bagi anak akselerasi) yang kemudian malam dilanjutkan lagi untuk bimbingan belajar. Kegiatan mereka begitu ketat dan padat. Bahkan untuk nongkrong dan sekedar berbincang-bincang santaipun seakan mereka tidak punya waktu yang lama untuk itu semua. Kondisi-kondisi yang dialami oleh siswa akselerasi akan menimbulkan beberapa dampak negatif bagi kehidupan psikososial siswa diantaranya; (1) siswa tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial penting yang tepat untuk usianya, (2) program akselerasi akan mengurangi jumlah dan frekuensi hubungan dengan teman-teman, (3) siswa akan memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk mengembangkan keterampilan memimpin, karena ia berada di antara teman-teman yang berusia lebih tua. Secara lebih serius, hal ini dapat mengakibatkan penyesuaian sosial yang buruk saat dewasa (Irza, dalam Gunarsa, 2004 dalam Prehaten, dkk).

Sekolah yang mempunyai program akselerasi biasanya menempatkan anak-anak akselerasi dalam lingkup yang berbeda dari pada kelas reguler. Mereka lebih eksklusif dengan kelas yang ditempatkan lebih dekat dengan ruang guru dan ruang BK. Jumlah anak Akselerasi dalam satu kelas sekitar kurang lebih 20 anak. Maka dari itu tidak heran jika dengan jumlah siswa yang sedikit di kelas dan setiap hari mereka dipertemukan di setiap kegiatan yang hampir terus-menerus membuat kearaban mereka yang semakin erat diantaranya. Namun disayangkan, dengan jumlahnya yang sedikit dan kegiatan yang sangat padat mereka hanya mampu berinteraksi secara bebas dan akrab hanya dengan teman-teman di kelasnya saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline