Lihat ke Halaman Asli

Surat Untuk Pascal

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dear Pascal. . .

Untuk segala perjuangan yang terhenti dan cinta yang hanya kupendam dalam hati.

Aku menulis ini untukmu. . . .

Tahun-tahun telah lama berganti sejak kita tak lagi bercinta. Betapa sepi. Sejak aku memutuskan untuk tak memperjuangkanmu. Kuhirup setiap pagi penyesalan demi penyesalan. Lalu aku melangkahkan kaki menuju kesalahan demi kesalahan. Dan itu mengingatkanku padamu, Pascal!

Ternyata kau tak sama dengan yang lain. Aku berusaha bertahun-tahun untuk menggantikan posisimu di hatiku. Tapi nyatanya cinta hanya satu. Perasaanku padamu bukan hanya sekedar terlanjur kuberikan, lebih dari itu, aku menemukan diriku dalam dirimu.

Setiap pagi atau sore aku menuju tempat kekasihku dan saling bercumbu. Aku menciumnya dengan sepenuh kesadaran bahwa aku tak mencintainya. Dan aku melakukannya sebagai sebuah rutinitas, meski terpaksa. Aku ingin kau tahu, aku ingin menciummu, Pascal! Lagi. Seperti dulu.

Orang tuaku telah menjodohkanku dengan Akuntansi, 4 tahun yang lalu. Bayangkan! Selama 4 tahun aku berusaha menganggapnya sebagai jodohku, satu-satunya lelakiku, tapi kian hari aku kian menyadari dia sama sekali bukan lelaki idamanku.

Kau tahu, Pascal. Akuntansi itu lelaki yang sangat membosankan! Aku bosan padanya setiap hari, setiap bulan, setiap tahun! Setiap kali bertemu, dia akan bercerita tentang laba rugi, laporan-laporan kusut, juga utang-piutang yang tidak penting. Ah, esok dia akan membahas hal itu lagi.

Entah, bagaimana rasanya punya mertua seperti Luca Pacioli. Pasti dia mertua yang suka ceramah, sangat irit, dan perhitungan. Aku membayangkan dia akan membunuh menantu-menantunya dengan buku yang sangat besar.

Pascal, aku ingat sebuah puisi saat pertama kali aku menangis karenamu. Saat usiaku masih terlalu muda untuk bisa mengerti segala perih kehilangan. Ketika perjuangan mesti terputus oleh sesuatu yang tak adil. Ketika aku yakin aku yang terbaik, ternyata bukan. Ingatkah kau dengan puisi-puisiku?

Ketika statement go to tak bisa menuju akhir yang indah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline