Lihat ke Halaman Asli

Dinding Tosca Berdebu

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

.

Pada dinding tempat aku menulis namamu, biru tosca berdebu

Masih bergetar jemariku, menyentuh dinding itu

Mengusap coretan yang kian usang

Dan bingkai fotomu lusuh oleh waktu

.

Pada dinding tempat aku berbisik rindu, biru tosca berdebu

Suaraku menempel pada kusam dinding itu

Memudar warna tosca, warna rindu yang tua

Aku terbatuk menghirup debu dan siluet senyummu

.

Pada dinding tempat aku memanggil kisahku, biru tosca berdebu

Seluruh warna dan benda masih pada tempatnya, kecuali bayangmu

Ia semakin nyata dalam keheningan yang sempurna

Dan lagu-lagu tentangmu, nada yang sama menanti kabar kembalimu

.

Pada dinding tempat aku mengukir kehilanganku, biru tosca berdebu

Datanglah senja nanti seperti kau kemari kala senja itu

Masihkah dinding ini tak bisa mengantar pesan padamu

Dan segala yang kutulis berulang kali, huruf-huruf mati

.

Ataukah dinding itu telah palsu, biru tosca yang sama berdebu

Getar jemariku, getar airmataku mengusap debu pada namamu

Masihkah tosca itu dinding hatimu

Ataukah pudar warna yang tak pernah benar-benar dirimu

Kini sepertinya dinding itu wajah tosca yang baru

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline